Jambu Hanyut Sang Guru Agama

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
20/6/2020 05:00
Jambu Hanyut Sang Guru Agama
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ALKISAH, seorang saleh mendapati jambu hanyut di sungai yang disusurinya. Karena lapar, ia mengambil dan menyantapnya. Belum tuntas jambu disantap, perutnya sakit. Orang saleh itu berpikir ada yang tak beres dengan cara dia memperoleh jambu itu. Ia lantas membungkus sisanya dan membawanya menyusuri hulu sungai mencari tempat jambu berasal. Ia menemukan pohon jambu berbuah banyak di tepi sungai di bagian hulu. Ia berpikir dari situlah jambu yang dimakannya berasal.

Ia menemui pemilik pohon, meminta maaf telah ‘mencuri’ dan memakan jambunya. Si pemilik memafkan dan, ajaib, sakit perut orang saleh itu hilang.

Kisah itu diceritakan guru agama Islam saya di kelas satu sekolah dasar. Belasan tahun kemudian, saat saya kuliah, kisah serupa saya baca di Slilit Sang Kiai, buku kumpulan tulisan Emha Ainun Najib.

Dikisahkan seorang kiai kampung pulang kenduri. Ia terganggu dengan sisa makanan yang terselip di giginya. Orang Jawa menyebutnya slilit. Ia lalu mengambil ujung bambu dari pagar rumah yang dilewatinya untuk dijadikan tusuk gigi guna mencongkel slilit itu. Di akhirat, tusuk gigi yang diambil sang kiai dari pagar bambu tanpa seiizin pemilknya itu menghalanginya masuk surga.

Ibu guru agama Islam saya hendak mengajarkan moral atau akhlak lewat cerita jambu hanyut tadi. Dia memang lebih banyak mengajarkan akhlak ketimbang aspek lain dalam beragama di mata pelajaran agama Islam. Pun, Emha menekankan aspek akhlak dalam beragama lewat kisah Slilit Sang Kiai.

Pakar agama membagi agama dalam tiga aspek, yakni akhlak, syariah atau ibadah, serta akidah. Banyak pakar menyebut akhlak lebih utama daripada dua aspek lainnya. Bukankah para nabi diutus ke muka bumi pertama-tama untuk mengubah akhlak manusia? “Dan aku tidak diturunkan ke muka bumi kecuali untuk memperbaiki akhlak,” kata Muhammad. Itu artinya apa yang dilakukan guru agama Islam saya di SD dulu sudah tepat.

Kemendikbud mewacanakan menggabungkan mata pelajaran agama di sekolah dasar ke dalam mata pelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN). Zaman saya di SD dulu PPKN disebut PMP, pendidikan moral Pancasila. Kemendikbud kiranya hendak menekankan aspek akhlak dalam pelajaran agama. Pun moral itu universal, tak perlu dikotakkan dalam agama-agama.

Pada konteks akhlak lebih utama dalam beragama, wacana Kemendikbud untuk menekankan moral agama lewat peleburan pelajaran agama dengan PPKN sudah tepat. Akhlak selayaknya diajarkan sejak dini, sejak SD. Semestinya aspek akhlak dalam beragama terus diutamakan di tingkat pendidikan lebih tinggi.

Anak saya yang kuliah di universitas swasta terkemuka mata kuliah agamanya dilebur ke dalam mata kuliah character building. Melalui mata kuliah itu, dosen mengajarkan agama, Pancasila, dan kewarganegaraan. Namun, anak saya yang kuliah di universitas negeri, serupa dengan saya ketika kuliah dulu, masih harus mengambil mata kuliah agama Islam.

Bilapun ada mata kuliah agama, semestinya bukan mata kuliah agama Islam, agama Kristen, dan lain-lain, melainkan mata kuliah agama-agama. Lewat mata kuliah itu, dosen mengajarkan dan mengajak mahasiswa mengenal dan memahami agamaagama, bukan cuma agamanya sendiri. Akhlak keberagaman terbentuk melalui mata kuliah agama-agama itu.

Meski wacana peleburan mata pelajaran agama ke PPKN tepat, banyak yang menolaknya. Harap maklum, di negara yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, agama dianggap sangat sakral dan sensitif. Kita biasanya tak tahan bila sudah dihadap-hadapkan dengan perkara agama lalu mengalah.

Bila Kemendikbud memilih mengalah, apa boleh buat, tetap adakan mata pelajaran agama. Namun, Kemendikbud harus memastikan kontennya lebih menekankan aspek akhlak, serupa yang ditekankan guru agama Islam saya di SD dulu lewat kisah jambu hanyut tadi. Konten radikalisme seperti yang ada dalam buku anak SD berjudul Anak Islam Suka Membaca serupa yang ditemukan beredar di Ponorogo, Jawa Timur, pada 2016, jangan terulang.

Orangtualah yang bertanggung jawab mengajarkan akidah dan ibadah kepada anak-anak. Orangtua bisa mendatangkan guru privat agama untuk mengajarkan akidah dan ibadah. Orangtua bisa juga mengirim anak-anak ke madrasah sore hari atau sekolah Minggu supaya anak mendapat pelajaran akidah dan ibadah.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima