Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
DISKUSI bersama Duta Besar Indonesia untuk Aljazair Safira Machrusah di Wisma Duta sangatlah menarik. Dubes Indonesia menjelaskan bagaimana agresifnya negara-negara di dunia menjadikan Afrika sebagai pasar produk mereka.
Salah satunya dilakukan negara tetangga, Malaysia. Perdana Menteri Mahathir Mohamad turun sendiri menggarap pasar Afrika. Salah satunya mengajak Aljazair membangun aliansi sehingga Malaysia bisa menjadikan negara itu sebagai pintu masuk memasarkan produk mereka ke Afrika. Sebaliknya, Aljazair bisa menjadikan Malaysia pintu masuk produk mereka ke ASEAN.
Bagaimana dengan kita, Indonesia? Setelah kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri nyaris tidak ada delegasi besar datang ke Aljazair. Baru tahun lalu Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjajaki kemungkinan dibuatnya perjanjian perdagangan di antara kedua negara. Akan tetapi, karena terlalu mendadak, Aljazair belum siap membicarakan lebih detail rencana perjanjian perdagangan tersebut.
Afrika selama ini tidak kita lihat sebagai pasar potensial. Akibatnya, kita tidak serius menggarap kawasan itu. Kalaupun ada, inisiatif menggarap pasar Afrika dilakukan perusahaan sendiri. Sekarang yang mulai serius ingin menjadikan Aljazair sebagai pintu masuk ke pasar Afrika ialah PT Indofood Sukses Makmur yang berencana membangun pabrik mi instan di sana.
Kelemahan lain pada kita ialah keinginan agar segala sesuatu bisa cepat menghasilkan. Kita lupa membangun kepercayaan itu membutuhkan waktu. Bahkan, harus ada take and give agar kerja sama itu saling menguntungkan.
Kita pantas belajar bagaimana Tiongkok menggarap Afrika. Setidaknya 20 tahun mereka tekun membangun komunikasi. Negara-negara Eropa dan AS pun baru tersentak ketika Tiongkok sudah menancapkan kuku mereka di kawasan tersebut.
Lepas dari kekurangannya, kita pantas kagum dengan manuver yang dilakukan pendiri Sonangol, Sam Pa, misalnya, untuk membangun hubungan di Afrika. Dia bisa kenal semua pemimpin negara Afrika dan bisa langsung berkomunikasi melalui telepon.
Tak mengherankan apabila Sonangol bisa mendapatkan konsesi lapangan minyak yang begitu banyak di Afrika. Perusahaan Tiongkok itu bisa memproduksi 1,5 juta barel minyak setiap hari dari ladang-ladang minyaknya di 'Benua Hitam'.
Semua pengalaman itu memberikan pembelajaran bahwa tidak ada keberhasilan instan. Bahkan, diperlukan investasi terlebih dulu sebelum kita bisa memetik manfaatnya. Negara harus menyiapkan anggaran khusus apabila ingin menjadi penguasa pasar dunia.
Meskipun terlambat, kita sekarang mulai masuk ke pasar Afrika. Menteri BUMN periode lalu, Rini Mariani Soemarno, membawa perusahaan-perusahaan milik negara menggarap pasar di sana. PT Dirgantara Indonesia semakin gencar memasarkan produk pesawat CN 235 di Afrika. PT Industri Kereta Api Indonesia mulai mendapatkan proyek besar membangun jaringan kereta. Demikian pula dengan PT Wijaya Karya yang mendapatkan proyek pembangunan 4.000 apartemen di Aljazair.
Kita melihat PT Pertamina juga semakin agresif menggarap ladang-ladang minyak. Setelah Aljazair, mereka mulai juga masuk ke Gabon dan Angola. Menurut Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu, hingga 2026 pihaknya akan menginvestasikan modal sekitar US$44 miliar, baik untuk eksplorasi di dalam maupun luar negeri.
Awal yang baik ini tentu harus dipertahankan. Tidak bisa lagi kita menerapkan model hit and run. Kita harus bersungguh-sungguh apabila ingin masuk ke satu kawasan dan menjadi pemenang.
Apa boleh buat kita memang sedang hidup di era kompetisi. Bahkan, ada yang mengatakan, era sekarang ini ialah era hyper competition. Semua berlomba-lomba menjadi pemenang dan mau melakukan apa pun agar tidak menjadi pecundang.
Kita harus mengakui, kita belum terbiasa hidup dengan tingkat kompetisi yang begitu tinggi. Selama ini kita terlena dengan komoditas yang tidak dimiliki banyak negara. Akibatnya, kita selalu dimudahkan untuk menjadi pemenang.
Era itu boleh dikatakan sudah berakhir. Apalagi sumber daya yang tidak terbarukan yang selama ini menjadi kekuatan kita semakin lama juga semakin berkurang. Kita harus beralih ke produk-produk yang juga dihasilkan banyak negara. Di sinilah kita dituntut berpikir lebih strategis dan bertindak lebih cerdas.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved