Filosofi Bola

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
29/11/2019 05:30
Filosofi Bola
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(MI)

SEBULAN sudah pemerintahan baru terbentuk. Kita tentu tidak meminta ada hasil yang langsung bisa dirasakan. Membangun itu memerlukan waktu. Kita berharap konsolidasi bisa cepat dilakukan agar kemudian pemerintahan ini bisa segera bekerja.

Kita sengaja gunakan kata konsolidasi karena pemerintahan ini harus berwawasan ke depan. Bukan melihat ke belakang, apalagi hanya mencari-cari kesalahan pemerintahan yang lama. Ibarat klub sepak bola, pelatihnya tetap sama, yang berbeda hanya formasi pemain yang diturunkan.

Kalau kita ibaratkan Liverpool, Presiden Joko Widodo adalah Juergen Klopp. Saat menghadapi Crystal Palace di Liga Premier, Klopp menurunkan Georginio Wijnaldum-Fabinho-Jordan Henderson bermain sebagai gelandang. Ketika menghadapi Napoli di Liga Champions, pelatih Liverpool itu menurunkan formasi James Milner-Fabinho-Henderson.

Meski formasi pemain yang diturunkan berbeda, tujuan yang ingin dicapai Klopp dan Liverpool tidak berubah yakni meraih kemenangan. Milner, misalnya, tidak perlu menilai permainan Wijnaldum yang digantikannya. Yang harus ia fokuskan, bagaimana memberikan kontribusi terbaik agar Liverpool bisa menang.

Begitu pulalah seharusnya pemerintahan sekarang ini. Dengan segala kekurangan dan kelebihan pemerintahan yang lalu, mereka sudah mencoba memberikan yang terbaik kepada pemerintahan dan negara ini. Buktinya, Jokowi bisa terpilih kembali sebagai presiden, salah satunya pasti karena rakyat merasa puas dengan apa yang sudah diraih lima tahun yang kemarin.

Seperti halnya para pendukung Liverpool, rakyat sekarang mengharapkan kabinet yang baru ini bisa bekerja optimal untuk memenuhi harapan seluruh anggota masyarakat. Kabinet ini bekerja sebaik mungkin agar pembangunan negara ini bisa berlanjut dan rakyat bisa lebih sejahtera.

Sayang kalau cara pandang kabinet sekarang ini tidak seperti itu. Mereka melihat kabinet yang lalu sebagai saingan. Akibatnya, mereka hanya mencari-cari kekurangan kabinet lama dan lupa bahwa tantangan yang dihadapi ke depan justru lebih berat.

Tidak salah apabila ada yang mengatakan bangsa ini terjebak dalam pola pikir apa yang dalam bahasa latin disebut dengan bellum omnium contra omnes. Kita seperti berperang dengan semua. Kita seperti tidak tahu lagi mana lawan sebenarnya yang harus dihadapi.

Padahal kita ini tidak sedang bersaing dengan bangsa sendiri. Pesaing kita itu negara-negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Singapura, atau Thailand. Kita berlomba dengan negara-negara di sekitar untuk siapa yang paling lebih dulu bisa menyejahterakan kehidupan warganya.

Semua negara di kawasan mencoba untuk bisa lebih unggul. Mereka mencoba memperbaiki iklim usaha di negara masing-masing untuk menarik investasi sebab hanya dengan masuknya investasi akan terbuka lapangan kerja, dan dengan itulah kesejahteraan rakyat bisa ditingkatkan.

Vietnam sekarang merupakan negara yang paling agresif menarik investasi. Dengan sistem sosialis yang dijalankan, mereka terus mempercantik diri. Kemudahan berusaha benar-benar diberikan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi negara yang baru pada 1975 selesai perang itu melesat pesat.

Kita akan semakin ketinggalan kalau cara pandang masih inward looking seperti sekarang. Kita ini seperti katak dalam tempurung. Yang dilihat hanya orang-orang yang ada di sekitar kita dan mereka dianggap sebagai pesaing, bukan dijadikan partner untuk bersama-sama memajukan negeri.

Presiden sebagai pemimpin tertinggi harus mengingatkan para menterinya untuk tidak terus menebarkan aura negatif, tetapi harus berwawasan ke depan. Bukankah Presiden sudah mencanangkan, target besar yang ingin kita capai ialah mencapai produk domestik bruto US$7 triliun pada 2045.

Kita membutuhkan kemauan dan upaya yang kuat untuk mencapai cita-cita besar itu. Energi yang ada harus dipakai untuk membangun bangsa, bukan malah cakar-cakaran dan sekadar mencari kesalahan. Kita justru harus menyatukan kekuatan yang dimiliki tiap-tiap orang agar menjadi satu energi yang bisa membawa bangsa ini lebih maju.

Jangan lupa, perjalanan ke depan itu penuh dengan rintangan. Tahun depan kondisi ekonomi global tidak semakin mudah. Bahkan, sudah ada yang mengingatkan, pertumbuhan ekonomi kita tahun depan bisa di bawah 5%. Karena itu, janganlah membuang waktu dengan hanya melihat spion yang kecil, tetapi lihatlah kaca depan yang jauh lebih lebar.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima