Sampah Labuan Bajo

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
25/11/2019 05:10
Sampah Labuan Bajo
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAMPAH Labuan Bajo naik kelas. Persoalan sampah di daerah pariwisata superprioritas itu menjadi perhatian Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas mengenai pengembangan destinasi prioritas pariwisata di Kantor Presiden pada Kamis (21/11). Ironisnya, masyarakat lokal yang termarginalkan dalam pembangunan pariwisata belum tersentuh.

Produksi sampah di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mencapai 12,8 ton atau 112,4 meter kubik sampah setiap hari. Padahal, tempat pembuangan akhir (TPA) hanya seluas 25--90 meter persegi. Akibatnya, jejak sampah meluber sampai di jantung kota.

Peningkatan produksi sampah pada satu sisi memperlihatkan derasnya arus wisatawan yang datang ke Labuan Bajo. Sebagian dari mereka bukanlah orang beradab yang membuang sampah pada tempatnya. Tapi pada sisi lain, ini yang lebih memperihatinkan, hal itu memperlihatkan otoritas lokal gagap mengurus sampah.

Jika pada 2013, jumlah turis domestik dan mancanegara yang datang ke Labuan Bajo cuma 44.579 orang, enam tahun kemudian jumlahnya sudah 163.237 orang hingga September 2019. Akan tetapi, kunjungan wisatawan itu masih jauh dari target 1,5 juta orang.

Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab otoritas lokal. Kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Disebutkan, pemerintah daerah melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap enam bulan selama 20 tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup.

Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai lalai melakukan pemantauan dan evaluasi berkala. Sebab, luas TPA di Labuan Bajo tidak sepadan dengan sampah yang dihasilkan per harinya. Saban hari sampah diproduksi 112,4 meter kubik, TPA hanya seluas 25--90 meter persegi.

Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLF) tidak bisa cuci tangan atas persoalan sampah di daerah tujuan wisata. Tidak bisa cuci tangan karena badan itu diberi kewenangan berlimpah mengelola pariwisata Labuan Bajo berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2018. Malah, kewenangan pemerintah daerah atas pariwisata kian berkurang.

Jujur dikatakan bahwa sejauh ini BOPLF yang dibiayai APBN itu hanya membangun pariwisata melalui wacana, belum berbuat nyata. Wacana yang sempat dilontarkan BOPLF ialah wisata halal yang mendapat reaksi keras masyarakat setempat. Dirut BOPL Shana Fatina sempat dinonaktifkan terkait wacana wisata halal.

Setelah kembali aktif, Shana Fatina melontarkan wacana pemilihan aktor pemenang Piala Oscar Leonardo di Caprio menjadi Duta Pariwisata Labuan Bajo. Wacana itu juga menimbulkan pro-kontra karena Labuan Bajo dengan segala isinya sudah menjadi komoditas yang hanya dikuasai segelintir orang, namun dipromosikan uang rakyat.

Siapa pemilik usaha operator wisata dan kapal wisata serta usaha hotel dan restoran di Labuan Bajo? Yang pasti kepemilikan warga lokal bisa dihitung jari, sehingga keuntungan terbesar pariwisata dinikmati kaum pemodal nasional bahkan orang asing.

Kesimpulan studi Baratdwi Wiratmi (2018) berjudul Ekonomi Politik Ekowisata di Labuan Bajo sangat mengejutkan. Disebutkan, dominasi dan kontrol kekuasaan global-nasional telah bernegosiasi dengan kuasa lokal termasuk elite lokal, tokoh adat, tokoh agama,dan pemandu wisata lokal.

Mereka membangun narasi ekowisata, investasi, peluang pekerjaan, dan kemajuan industri pariwisata. Narasi itu hanya menjadi alat penguasaan sumber daya alam dan budaya yang memarginalkan masyarakat lokal secara sistematis dan terencana menggunakan ideologi pembangunan negara dan kuasa kapital global.

Temuan Baratdwi yang dituangkan dalam tesisnya di UGM itu terkonfirmasi melalui fakta empiris. Pariwisata boleh saja terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi gagal meningkatkan kualitas hidup masyarakat Nusa Tenggara Timur.

Jumlah penduduk miskin di NTT pada Maret 2019 sebesar 1.146,32 ribu orang, meningkat meningkat 4,15 ribu orang jika dibandingkan dengan Maret 2018. NTT masih menempati posisi ketiga termiskin setelah Papua dan Papua Barat.

Kita percaya, sangat percaya, Presiden Joko Widodo memberikan perhatian besar terhadap Labuan Bajo, utamanya kualitas hidup warga lokal. Namun, jujur dikatakan bahwa perhatian Kepala Negara itu tidak mampu diterjemahkan otoritas pengelola pariwisata. Saatnya kinerja otoritas pariwisata dievaluasi, bila perlu pemimpinnya dicopot. Urus sampah saja tidak becus, apalagi mengurus manusia.

Persoalan sampah bukan kebersihan semata. Sampah sejatinya cermin peradaban. Akan tetapi jauh lebih beradab lagi jika pembangunan pariwisata Labuan Bajo tidak menjadikan warga lokal sebagai sampah sehingga harus dipinggirkan.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima