Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Gubernur rasa presiden. Begitu warganet kerap menyebut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sebutan itu berkonotasi positif bahwa kerja Gubernur Anies naik kelas, sekelas kerja Presiden Jokowi. Harap maklum warganet yang menyebut gubernur rasa presiden itu para pendukung Anies.
Tjahjo Kumolo ketika menjadi menteri dalam negeri pernah menyebut Anies Gubernur Indonesia. Itu karena Jakarta menjadi tempat bermukim orang orang dari seluruh Indonesia.
Tetapi, Partai Solidaritas Indonesia menyebut Anies gubernur rasa wali kota. Sebutan ini jelas berkonosi negatif bahwa kinerja Anies turun kelas, sekelas kinerja wali kota. PSI memang pengkritik utama Anies.
Jadilah Anies gubernur rasa presiden, rasa gubernur Indonesia sekaligus rasa wali kota, ramai rasanya, serupa permen Nano Nano.
Bicara kekritisan PSI, William Aditya Sarana, anggota DPRD asal PSI, baru-baru ini mengungkap kejanggalan pengajuan anggaran pengadaan lem yang mencapai Rp82 miliar lebih dalam APBD DKI 2020.
Anies menjawab bahwa ada kesalahan input yang diakibatkan sistem e budgeting warisan yang kurang smart. Anies secara tidak langsung mempersalahkan sistem. Anies juga mempersalahkan pendahulunya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ini serupa pepatah, kita tak pandai menari, lalu lantai kita persalahkan.
Gubernur Anies juga menyebut yang mengungkap pengajuan anggaran lem itu cari panggung. Anies secara tidak langsung menyebut William atau PSI cari panggung. Anies seperti hendak menyalahkan William atau PSI yang mengumbar perkara lem itu ke publik. Coba kalau tidak diumbar, tidak akan ketahuan, tidak akan bikin heboh. Toh, anggaran aneh itu pasti dikoreksi.
Di media sosial, Anies dikritik habis-habisan. Istilah 'gluebernur' muncul di media sosial. Glue bahasa Inggris yang artinya lem.
Sebutan gubernur rasa presiden muncul lagi di media sosial. Konotasinya negatif, kok gubernur rasa presiden ceroboh seperti membiarkan anak buah salah input.
Bila atasan bekerja cermat dan disiplin, tak mungkin anak buah berani mengajukan anggaran untuk pembelian barang dengan harga gila-gilaan. Supaya karakter gubernur dan karakter presiden menyatu dalam diri Anies, mungkin harus direkatkan dengan lem seharga puluhan miliar rupiah. Itu kata para pengkritik Anies.
Ada pembela Anies yang menjawab kritik itu dengan kasus Presiden Jokowi yang pada 2015 meneken peraturan presiden ihwal penaikan tunjangan kendaraan pejabat. Perpres itu dikritik karena tidak sensitif terhadap beban rakyat yang baru saja menanggung penaikan harga bahan bakar minyak. Presiden Jokowi terus terang mengakui dirinya menandatangani perpres itu tanpa membacanya lebih dulu.
Pengakuan Presiden Jokowi merupakan satu kejujuran. Presiden mempersalahkan dirinya sendiri. Presiden Jokowi menyiapkan dirinya untuk menjadi sasaran kritikan, bahkan nyinyiran.
Presiden melokalisasi kecerobohan itu pada dirinya sendiri. Dia tidak melemparkan kesalahan pada pihak lain. Presiden Jokowi betul-betul bertanggung jawab.
Kebanyakan pejabat emoh menanggung, cuma gemar menjawab. Celakanya bila jawabannya malah menyalahkan pihak lain. Tentu saja pihak lain yang dipersalahkan tidak terima. Ahok, misalnya, membalasnya dengan mengatakan Anies over smart, keminter, kata orang Jawa. Yang terjadi berbalas pantun, bukan pencarian akar persoalan.
Okelah pengajuan anggaran pembelian lem dikoreksi. Tetapi, itu boleh jadi merupakan langkah reaktif. Orang bisa saja menduga-duga, bila William tidak berteriak, mungkin anggaran pembelian lem yang besarnya tak masuk akal itu tetap lengket di dokumen APBD DKI 2020.
Untuk mencari akar persoalan, pertama-tama diperlukan jiwa besar untuk mengakui kesalahan. Toh, presiden, pun gubernur, juga manusia yang sesekali bikin kesalahan.
Ketika kesalahan itu terjadi, sebagai pemimpin dan negarawan, seorang presiden sekali pun tak perlu ragu mengakui kesalahan. Anies semestinya meniru Jokowi yang mengakui kesalahannya, bertanggung jawab, tidak melempar tanggung jawab dan kesalahan kepada pihak lain.
Bila Anies melakukan serupa yang Jokowi lakukan, Anies sungguh-sungguh gubernur rasa presiden. Siapa tahu kelak Anies betul-betul jadi presiden.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved