Pertemuan Elite Integratif

Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
17/10/2019 05:30
Pertemuan Elite Integratif
Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(Ilustrasi)

PARA pemimpin bertemu, berjabat tangan, bertukar pikiran tentang perkara-perkara besar kiranya bagus buat bangsa dan negara. Itulah yang diharapkan terjadi ketika Ketua Umum Gerindra Prabowo bertandang ke rumah Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.

Kedua partai itu partai papan atas, peraih kursi ketiga dan keempat terbesar di DPR. Gerindra 78 kursi, NasDem 59 kursi, total 137 kursi atau 23,8%. Sebuah jumlah yang amat bermakna, terutama bagi yang gemar mereka-reka masa depan, karena jumlah itu lebih dari cukup untuk mencalonkan presiden.

Pilpres masih jauh. Pilpres kemarin bahkan masih menyisakan benih-benih disintegrasi. Dalam optik itu pertemuan Surya Paloh dan Prabowo kiranya lebih dimensional ketimbang urusan bagi-bagi kursi kabinet.

Mereka elite penentu dalam kualitas yang kita perlukan, sangat perlukan, yakni sebagai elite integratif. Tiga pikiran besar yang mereka sepakati menunjukkan bobot elite integratif.

Pertama, pemimpin partai politik sepakat untuk memperbaiki citra parpol. Kedua, pemimpin parpol sepakat untuk melakukan segala hal yang dianggap perlu untuk mencegah dan melawan segala tindakan radikalisme. Ketiga, pemimpin partai politik sepakat bahwa amendemen UUD 1945 sebaiknya bersifat menyeluruh.

Kesepakatan pertama merupakan pengakuan objektif atas buruknya penilaian publik terhadap parpol. Parpol lebih mementingkan diri sendiri. Dua pemimpin partai besar dengan jujur melakukan koreksi diri.

Kesepakatan kedua mempertegas komitmen atas ideologi negara Pancasila dan sepakat melawan radikalisme. Dalam Pilpres 2019 terkuak potensi disintegrasi berbasiskan politik identitas, identitas agama. Pertemuan Surya Paloh-Prabowo sarat makna kenegaraan yang dibahasakan sebagai silaturahim kebangsaan.

Kesepakatan ketiga mengundang kontroversi hebat. Pertanyaan yang paling pokok kenapa UUD 1945 perlu diubah? Apa alasannya? Jangan-jangan perkara ini cuma suka-suka elite.

Pertanyaan itu bermaksud mengatakan bahwa rakyat tidak tahu alasan utama kenapa perlu amendemen. Padahal elite telah melangkah rada jauh. MPR yang lalu mewariskan agenda amendemen terbatas kepada MPR yang sekarang, tanpa rakyat tahu kenapa amendemen perlu dilakukan. 

Yang bijak ialah ruang perdebatan seyogianya dibuka seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Tidak didominasi pikiran amendemen terbatas, atau pikiran amendemen menyeluruh. Terbuka pula pikiran kembali ke UUD 1945 asli, atau tidak sama sekali ada amendemen.

Kalau pun konstitusi perlu diubah, apa saja yang perlu diubah? Ini pun jangan-jangan maunya elite semata.

Elite politik rasanya perlu pembelajaran dari buruknya komunikasi kepublikan atas perubahan UU KPK yang berakibat tersulutnya kemarahan publik. Perubahan UU itu dikerjakan seperti pencuri di malam gelap.

Mengubah konstitusi demi GBHN mengundang syak wasangka buruk bahwa GBHN hanya 'tempelan' agar MPR kembali menjadi lembaga tertinggi negara. Lembaga yang 'membawahkan' presiden.

Sejak Pemilu 2004 kita hidup berbangsa dan bernegara sehat walafiat tanpa GBHN, bahkan tanpa 'lembaga tinggi negara'. Apa perlunya dihidupkan kembali? Bahkan, apa perlunya amendemen konstitusi jika berakibat kegaduhan nasional, bahkan dapat memecah belah bangsa dan negara?

Negara dan bangsa ini bukan laboratorium bongkar pasang konstitusi. Saya percaya elite integratif tahu betul makna pernyataan itu.
 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima