Lupakan Revolusi Mental

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
21/9/2019 05:10
Lupakan Revolusi Mental
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI)

AKHIR tahun lalu, saya berkesempatan ikutan uji coba moda raya terpadu atau MRT bersama Presiden Jokowi dan Gubernur Anies Baswedan. Di perjalanan dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Lebak Bulus, Presiden menyinggung bahwa MRT kelak membentuk peradaban kita. “MRT akan membuat kita tertib, menciptakan budaya antre, dan masyarakat pejalan kaki,” kata Presiden.

Begitu MRT beroperasi, kita menyaksikan ketertiban dan kedisiplinan yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Orang tertib antre ketika memasuki stasiun dan kereta. Orang disip­lin dan patuh enggan makan minum di kereta. Kita seperti sedang berada di negara lain yang berperadaban maju.

Peradaban maju lebih dulu tercipta di kereta rel listrik Jabodetabek. Jauh sebelum itu, KRL kita kacau. Jendela bolong atau pintu rusak begitu adanya. Orang naik di atap gerbong biasa saja. Penumpang naik kereta tanpa bayar dimaklumi. Bila kecopetan, itu sedang sial saja. Itu semua menjadi gambaran bobroknya mental kita.

Kini itu semua tinggal sejarah. Tak ada lagi penumpang naik di atap gerbong. Malu orang naik kereta tanpa membayar. Copet cari mati namanya bila masih nekat beroperasi di kereta saat ini.
Dulu berbagai cara kita lakukan untuk mereparasi mental kita, mulai gerakan disiplin nasional di era Pak Harto sampai revolusi mental di masa Presiden Jokowi. Semuanya bisa dibilang gagal. Kita jadi tak yakin bahwa kita bisa berubah.

Kini berangsur tapi pasti, mental kita berubah. Berawal di KRL lalu MRT, kita mulai bermental tertib, berbudaya antre, serta berkultur disiplin. Ternyata kita bisa. Kok, bisa?

MRT ialah infrastruktur. Infrastruktur bagian struktur. Itu artinya struktur membentuk kultur, kebiasaan.
Ada Ignasius Jonan dalam struktur kepengurusan Kereta Api Indonesia. Jonan-lah yang membenahi kereta. Jonan ialah struktur. Terbukti lagi, struktur mengubah kultur.

Jonan memperbaiki infrastruktur KRL. Tak ada lagi jendela bolong atau pintu macet di kereta. Semua gerbong berpendingin udara. Untuk apa orang naik di atap gerbong dengan risiko masuk angin bahkan mati terjatuh bila naik di dalamnya sejuk, aman, dan nyaman. Malu juga bila naik kereta senyaman itu tanpa membayar. Ternyata struktur membentuk kultur.

Lewat sistem pembayaran yang dibuat simpel dengan teknologi, tak mungkin orang berkereta tanpa membayar. Sistem ialah struktur. Sekali lagi, struktur membentuk kultur.

Dibuat aturan dilarang makan-minum di KRL, juga di MRT. Makan-minum pasti menyisakan sampah di kereta. Orang disiplin enggan makan-minum di KRL dan MRT lantaran tak mau melanggar aturan. Ini serupa orang Indonesia piknik ke Singapura, tak berani buang sampah atau ludah sembarangan karena aturan ketat melarang. Aturan ialah struktur. Lagi, struktur membentuk kultur.

Struktur bahkan membuat negara maju. Bukan kultur yang bikin negara maju. Begitu kesimpulan Robinson dan Acemoglu dalam buku Why Nations Fail.

Kedua pakar sampai pada kesimpulan itu setelah mengamati daerah bernama Nogales. Sebagian Nogales berada di Meksiko, sebagian lagi menjadi bagian Amerika. Nogales Amerika lebih maju daripada Nogales Meksiko meski kultur dan kondisi geografis mereka serupa. Menurut Robinson dan Acemoglu, itu karena institusionalisasi, strukturisasi, atau pelembagaan di Amerika lebih mapan jika dibandingkan dengan di Meksiko.

Maka, sudah tepat bila Presiden Jokowi menggenjot pembangunan infrastruktur. Lupakan revolusi mental. Pembangunan infrastruktrur besar-besaran berarti melakukan revolusi mental.

Teruslah bangun infrastruktur. Ciptakan sistem. Susunlah aturan. Angkatlah pejabat yang kira-kira mau dan mampu membangun struktur.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima