Suka Menghasut

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
16/9/2019 05:10
Suka Menghasut
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI)

Di tengah kita berbangsa dan bernegara kiranya selalu ada pemimpin dalam 'sikon' tertentu suka menghasut. Sebagai pemimpin tentulah mereka orang-orang terhormat, orang-orang terkemuka yang ternyata di dalam dirinya bersemayam 'sosok' pemimpin suka menghasut.

Sikon tertentu itu ialah masa 'transisi', terlebih masa yang mereka anggap 'krisis'. Dalam sikon macam itu muncullah atau tampaklah sosok yang suka menghasut.

Menghasut ialah membangkitkan hati orang supaya marah, atau melawan, bahkan memberontak. Di era keterbukaan ini bukan hanya ajakan menenangkan hati orang dilakukan secara terbuka, ajakan membangkitkan hati orang supaya marah, bahkan supaya melawan pun dilakukan secara terang-terangan.

Ajakan supaya melakukan people power di masa pilpres, contohnya, dilakukan secara terbuka. Yang mengajak jelas seorang pemimpin, yakni orang terhormat, orang terkemuka.

Menghasut bisa pula dilakukan penasihat. Di masa peralihan penasihat seyogianya membikin orang tenang sehingga orang dapat menimbang, yakni memikirkan baik-baik untuk menentukan baik buruknya. Tidak hanya memikirkan, tapi juga merasakan baik-baik untuk menentukan baik buruknya.

Adakah penasihat macam itu? Ada. Dia ialah penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi yang dapat ditengarai menghasut ketika dia menyatakan bahwa ketua KPK yang baru terpilih bakal berhadapan dengan internal KPK.

Contoh lain apa yang dilakukan seorang wakil ketua KPK kala dia bersama-sama pegawai KPK memimpin gerakan penutupan lambang KPK di kantor KPK. Empat lambang KPK ditutup dengan kain hitam oleh orang yang masih berkedudukan sebagai pimpinan di lembaga itu.

Pimpinan macam apakah orang itu? Maaf, itulah pimpinan yang menunjukkan sosoknya bertipe penghasut di masa peralihan kepemimpinan KPK dari yang lama kepada yang baru.

Sekarang mari kita membahas fakta bahwa tiga dari lima unsur pimpinan KPK menyerahkan tanggung jawab pengelolaan KPK kepada Presiden. Mereka menunggu perintah selanjutnya dari Presiden dan berharap diajak berbicara terkait kegelisahan di KPK. Pertanyaannya, apa makna 'menyerahkan tanggung jawab pengelolaan KPK kepada Presiden'?

Jawabnya berupa pertanyaan, bukankah hal itu dapat dimaknai mereka  menghasut presiden untuk mengambil alih kepemimpinan KPK?

Kata Menteri Sekretaris Negara, Presiden segera bertemu ketiga pimpinan KPK itu. Tolong dalam pertemuan itu Presiden bilang kepada mereka tidak elok dan tidak boleh menyerahkan tanggung jawab pengelolaan KPK kepada Presiden. Pamali, pantang!

Bilang juga kepada mereka bahwa masa jabatan mereka tinggal 3 bulan. Tidak elok mereka meninggalkan tanggung jawab di ujung masa pengabdian mereka.

Mintalah mereka segera  kembali ke Kantor KPK, bekerjalah karena ada orang yang telah ditetapkan bertahun-tahun sebagai tersangka, namun hingga sekarang belum dibawa ke pengadilan. Berilah contoh yang baik, jangan wariskan perkara mangkrak.

Bapak Presiden yang terhormat, saya mengatakan itu semua bukan dengan maksud menghasut Bapak. Saya percaya Bapak bukan pemimpin bertipe penghasut, bukan pula pemimpin dapat dihasut. Bila saya terkesan menggurui Bapak, maafkan, hal itu sedikit atau banyak ada di dalam diri saya.

Kata seorang filosof, budak memimpin budak, tuan memimpin tuan. Siapa pun memimpin KPK, mereka 'tuan' memimpin 'tuan', bukan 'tuan' memimpin 'budak'.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima