Negara Besar

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
21/8/2019 05:10
Negara Besar
Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group(MI)

SAYA ingin memulai cerita negara besar dari sini. Dari situasi yang tak biasa. Setelah beberapa hari menjadi presiden, atas saran sang penasihat, Soekarno perlu mengangkat ajudan. Ia pun dengan cepat mengangkat seorang pejuang sipil, yang bukan siapa-siapa, dengan pangkat letnan.

Satu jam kemudian, sang panasihat menghadap lagi. Ratu Juliana dari Belanda, negeri imperialis itu, katanya, yang hanya memimpin 10 juta manusia, punya ajudan berpangkat kolonel. Indonesia tak boleh kalah. Tak boleh rendah.

Sebagai negara besar, presiden yang memimpin 70 juta penduduk harus punya ajudan berpangkat lebih tinggi. Satu setengah jam kemudian sang letnan naik pangkat menjadi mayor. Zaman tak normal musykil mengatur negara dengan cara lurus. Bukankah lazim waktu itu untuk memenuhi aneka kebutuhan dalam negeri juga dengan cara menyelundup?

Sebagai negara besar, di masa awal kemerdekaan, diplomasi jadi amat penting di tengah ancaman Belanda yang bernafsu kembali. Sementara sebagian masyarakat yang 'mabuk kemerdekaan' juga mulai menggugat. Kenapa setelah merdeka kehidupan rakyat tak lantas menjadi nikmat?

Benarlah Bung Karno, "Kemerdekaan tak menyudahi soal-soal. Kemerdekaan malah mendatangkan soal-soal baru." Soal-soal yang harus dipecahkan. Kemerdekaan memang menyediakan jalan untuk itu.

Dunia internasional juga harus terus diyakinkan bahwa Indonesia ialah negeri merdeka. Negeri muda ini butuh banyak diplomat yang harus tampil gagah. Para 'diplomat dadakan' harus diangkat. Mereka harus banyak siasat. Kerap mereka berunding dengan pakaian pinjaman.

Duta Besar Indonesia untuk Filipina harus meminjam jas tukang cukur, milik si empunya rumah yang dikontrak sang dubes. Ia harus puasa beberapa hari dan hanya memakan satu-dua buah apel. Fulus mereka tak cukup untuk membeli makanan utama. Bung Karno menuturkan itu semua kepada Cindy Adams dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (edisi revisi, 2011).

Kini frasa 'negara besar' amat kerap dipidatokan Presiden Jokowi. Besar secara wilayah, besar penduduk (kini 260 juta jiwa), besar keragaman etnik, budaya, dan bahasa. Besar potensi ekonominya. Menurut Standard Chartered Plc, pada 2030 Indonesia dinubuat menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Namun, angkatan kerja masih didominasi lulusan SD dan SMP.

Pascareformasi, Jokowi presiden Indonesia yang paling rajin mempromosikan 'negara besar' ini. Salah satunya ia kerap mengenakan pakaian tradisional dari berbagai daerah. Presiden bahkan memakai busana Bali ketika melawat ke Malaysia baru-baru ini. Ia nyata memperlihatkan betapa kaya tradisi kita.

Indonesia, seperti ditulis sejarawan Prancis Denys Lombard, selama dua milenium menjadi persilangan budaya. Di negeri ini peradaban-peradaban besar India, Islam, Tiongkok, dan Eropa saling bertemu, diterima, diolah, dikembangkan, dan diperbarui. Penelitian Lombard dibukukan berjilid-jilid berjudul Nusa Jawa Silang Budaya (cetakan kelima, 2018).

Negara besar butuh solusi besar yang lahir dari para pemimpin bervisi besar. Para wakil rakyat dan presiden-wakil presiden terpilih Pemilu 2019 haruslah menyadari mereka bekerja untuk kejayaan bangsa. Sumpah mereka ketika dilantik untuk mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan diri sendiri dan golongannya.

Pertanyaan yang kini ramai, akan punya susunan kabinet seperti apa pemerintahan Jokowi yang kedua? Jawabnya mudah. Mereka harus merealisasikan Visi Indonesia yang telah dipidatokan presiden terpilih. Lima hal penting dalam visi besar itu ialah melanjutkan pembangunan infrastruktur, membuka investasi seluas-luasnya, fokus membelanjakan APBN, reformasi birokrasi, dan membangun sumber daya manusia berkualitas.

Para pembantu presiden harus cakap akan hal teknis dan paham secara politis dalam melaksanakan visi besar itu. Yang tak boleh diabaikan, mereka harus punya kecintaan kepada Republik ini. Terlalu sayang negeri besar ini diisi para pemimpin berjiwa kerdil. Sementara banyak 'negara kecil' telah melakukan perubahan besar. Dirgahayu Indonesia.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima