Pengusaha

Suryo Pratomo/Dewan Redaksi Media Group
20/8/2019 05:30
Pengusaha
Suryo Pratomo(MI)

DI mana kita menyempatkan peran pengusaha dalam kehidupan berbangsa? Pada zaman penjajahan Belanda, pengusaha ditempatkan sebagai kaki tangan. Mereka menjadi pihak yang diperas sehingga akhirnya kemudian memeras rakyat.

Tidak usah heran apabila citra pengusaha kemudian menjadi begitu negatif. Tidak ada orangtua yang dulu mengizinkan anaknya menjadi pengusaha karena citranya yang buruk. Semua ­orang berusaha menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi agar kemudian menjadi ambtenaar, menjadi pegawai negeri.

Dalam perjalanan waktu, kita tahu pembangunan tidak mungkin ditumpukan hanya kepada negara. Etatisme ekonomi tidak mungkin bisa terus dipertahankan. Paket Oktober 1988 yang dikeluarkan pemerintahan Presiden Soeharto menempatkan pengusaha pada posisi yang strategis.

Pembangunan menjadi lebih cepat dengan kehadiran peran pengusaha. Pengambilan keputusan untuk masuk atau tidak masuk pengembangan bisnis tidak harus bertele-tele. Maraknya investasi memberi manfaat lapangan pekerjaan yang lebih banyak kepada masyarakat.

Memang tetap tidak mudah untuk membalikkan citra para pengusaha. Mereka tetap sering dilihat sebagai business’s animal. Semua yang jelek selalu dilekatkan kepada para pengusaha, tanpa pernah dilihat bagaimana pengusaha mempertaruhkan modalnya yang belum tentu bisa kembali.

Dalam konteks inilah kita menghargai langkah pemerintah untuk memberikan penghormatan juga kepada para pengusaha. Ada empat pengusaha yang diberikan bintang kehormatan pada peringatan 17 Agustus lalu yaitu Bintang Mahaputra Nararya untuk Arifin Panigoro dan Sofjan Wanandi serta Bintang Jasa Utama untuk Prajogo Pangestu dan Theodore Permadi Rachmat.

Penghargaan itu tentu akan memberi semangat kepada para pengusaha untuk melanjutkan pengabdian mereka kepada negara. Mereka pasti akan lebih banyak menanamkan modal di Tanah Air karena tidak lagi dilihat sebagai warga negara kelas dua.

Kalau kita lihat Arifin Panigoro, misalnya, ia merupakan pengusaha nasional yang mampu membangun Medco sebagai perusahaan energi kelas dunia. Investasinya sekarang tidak hanya terbatas kepada industri minyak dan gas, tetapi berani mengembangkan sawah di Merauke, Papua.

Hal yang sama dilakukan Teddy Rachmat. Meski seperti Arifin Panigoro latar pendidikannya dari Institut Teknologi Bandung, ia sangat peduli dengan bidang pertanian. Ialah salah satu eksportir karet alam terbesar di dunia. Ia membantu petani-petani karet di Indonesia untuk mendapatkan penghasilan lebih baik.

Sofjan Wanandi dikenal sebagai pengusaha yang juga peduli terhadap masalah politik. Ia rela melepaskan jabatan bisnisnya ketika diminta untuk membantu sebagai penasihat ekonomi Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Prajogo Pangestu sendiri boleh disebut Bapak Petrokimia Indonesia. Perjuangannya untuk membangun PT Chandra Asri Petrochemical begitu dramatis. Proyek lebih dari US$3 miliar yang sedang dibangun tiba-tiba dihentikan keran kreditnya oleh Bank Dunia. Pasokan nafta dari dalam negeri pun tidak diberikan. Dengan kecerdikannya, Prajogo mengubah baju Chandra Asri menjadi perusahaan modal asing agar bisa mendapatkan kredit dari Marubeni, Jepang. Bahan baku nafta pun mau tidak mau dibeli dari pasar internasional.

Tantangan ternyata tidak berhenti di sana. Krisis keuangan 1997 membuat Prajogo hampir kehilangan Chandra Asri. Hanya karena ketangguhannya, ia kemudian melepas aset berharganya di PT Musi Hutan Persada untuk membayar utang Chandra Asri.

Sekarang Indonesia beruntung memiliki Chandra Asri karena setidaknya 4 juta ton per tahun kebutuhan biji plastik tidak harus diimpor. Kalau Indonesia tidak memiliki Chandra Asri, bukan hanya kita tidak bisa memberikan nilai tambah kepada hasil minyak kita, tetapi defisit neraca transaksi berjalan pasti akan semakin dalam.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pernah bertanya, mengapa pengusaha seperti Prajogo bisa membangun pabrik petrokimia, sedangkan Pertamina tidak pernah mampu membangunnya? Kepala Satuan Kerja Khusus Migas Dwi Soetjipto menjawab, karena Prajogo lebih konsisten dalam bekerja. Sebagai pengusaha, ia tidak pernah goyah ketika memiliki mimpi besar yang ingin dicapainya.

Di situlah kelebihan dari seorang pengusaha. Ia berani menghadapi risiko. Tidak pernah ada usaha yang langsung berhasil. Akan tetapi, pengusaha yang tangguh itu akan selalu segera bangkit ketika terjatuh. Itulah yang diperlukan bangsa ini untuk maju, yakni sikap pantang mundur dan sikap pantang menyerah. Kita membutuhkan lebih banyak pengusaha yang unggul untuk membuat Indonesia lebih maju.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima