Empat Ancaman Demokrasi

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
15/8/2019 05:30
Empat Ancaman Demokrasi
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI)

KORUPSI sudah lama bercokol di tubuh partai politik. Setidaknya telah hadir pada 1962-1964. Demikian salah satu pokok pikiran yang dapat dipetik dari 'kuliah' singkat padat santai Prof William Liddle, Senin (12/8) malam, di halaman Kantor DPD Partai Golkar DKI Jakarta.

Pada 1962-1964 Liddle muda (umur 24-26) melakukan penelitian di Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, untuk disertasi doktornya di Universitas Yale. Dia bergaul intens dengan para pemuka partai politik di daerah penelitiannya itu, kecuali Partai Komunis.

Dalam berbagai perbincangan Liddle dengan para anggota DPRD, ada satu nama orang yang selalu mereka sebut tidak layak menjadi wali kota. Liddle tidak menyebut kotanya. Saya rasa itu Kota Siantar, satu-satunya kota di situ. Ketika akhirnya nama orang itu yang terpilih menjadi wali kota, Liddle bertanya kepada mereka, anggota DPRD itu, "Kenapa dia yang Bapak pilih"? Dijawab dengan gerakan tangan yang melukiskan uang.

Semua itu terjadi ketika Liddle berumur 20-an. Senin lalu, dalam usia 81, Liddle kembali menceritakan kisah politik transaksional jual-beli suara itu untuk menunjukkan betapa korupsi telah berurat berakar di negeri ini.

Prof Liddle lalu mengutip pendapat Mancur Olson bahwa ada dua macam bandit, yakni stationary bandits dan roving bandits. Bandit pertama dibahasakannya sebagai 'korupsi tunggal'. Katanya, itulah Soeharto. Adapun bandit kedua dibahasakannya sebagai 'korupsi majemuk', yakni korupsi yang sekarang merajalela di era demokrasi ini.

Korupsi, demikian Liddle, merupakan satu dari empat ancaman demokrasi Indonesia. Tiga ancaman lainnya ialah islamisme, komunisme, dan separatisme.

Hemat saya, empat ancaman demokrasi Indonesia yang dikemukakan Liddle itu dapat dilihat dalam tiga derajat ancaman. Pertama, ancaman dalam derajat tinggi, yakni korupsi majemuk dan islamisme seperti ditunjukkan HTI.

Korupsi majemuk ancaman terang-terangan. Sekalipun KPK terus menangkap basah pelakunya, tidak ada tanda orang takut korupsi. Islamisme menemukan aktualisasinya sebagaimana dipicu kasus Ahok. Ketegasan negara mengawal ideologi Pancasila dan menggasak korupsi sebuah keharusan, dan itu hanya dapat ditegakkan oleh pemerintah yang kuat serta pemimpin yang berani dan bersih seperti Jokowi.

Kedua, ancaman dalam derajat sedang, yakni separatisme yang seperti tidur. Jangan kaget inilah ancaman yang sontak dapat terbangun mendadak.

Ketiga, ancaman dalam derajat rendah, yakni komunisme, yang menurut Liddle dihabisi berkat jasa Soeharto dan tentara. Kiranya perlu waspada, di mana-mana di dunia komunisne dapat disuarakan melalui kemiskinan.

Saya pikir bukan hanya demokrasi dapat terancam bubar. NKRI pun bisa bubar 'dimakan' islamisme dan separatisme.

Kita tahu, penelitian Liddle pada 1962-1964 untuk disertasi doktor itu kemudian diterbitkan berupa buku berjudul Ethnicity, Party, and National Integration: An Indonesian Case Study (Yale University Press, 1970). Inilah hasil penelitian yang penelitinya sempat 'menyamar' sebagai antropolog untuk bisa mendapat izin dari LIPI.

Prof Liddle malam itu berbicara dengan bahasa Indonesia yang mengalir dan bahasa tubuh yang ekspresif dalam acara rileks berjudul Casual Dinner in Honor of Prof Bill Liddle. Seperti tecermin dalam judul itu, di acara itu hadir terutama para doktor ilmu politik bimbingannya, mantan murid-muridnya, antara lain Makarim Wibisono, Salim Said, Saiful Mujani, dan tuan rumah Rizal Mallarangeng.

Liddle contoh guru orang Amerika yang bukan saja Indonesianis, melainkan juga sedemikian dalam cintanya kepada Indonesia yang ditunjukkan dengan membimbing dan menghasilkan belasan anak bangsa ini bergelar doktor ilmu politik dari Ohio State University. Dia contoh akademisi langka, amat langka.

Menurut saya, bukan hanya murid-muridnya, kita pun berutang intelektual kepublikan kepada Prof Bill Liddle melalui kariernya yang kedua sebagai penulis di media cetak.
 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima