Standar Pemimpin Bangsa

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
05/8/2019 05:30
Standar Pemimpin Bangsa
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI)

KIRANYA sebagai bangsa kita perlu merenungkan standar pemimpin bangsa di masa depan yang tidak terlalu jauh. Di tingkat manakah standar pemimpin yang kita inginkan, yang kita perlukan?

Pemimpin hadir karena ada yang dipimpin. Karena itu standar pemimpin bangsa harus pula bisa dilihat seberapa jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar rata-rata warga negara. Hemat saya itulah pokok pikiran yang terluput dalam perbincangan publik saban kali kita bicara mencerdaskan bangsa.

Kata Theodore Roosevelt, standar rata-rata warga negara harus dipelihara tinggi. Standar rata-rata warga negara tinggi dapat dipelihara tinggi bila standar pemimpin jauh lebih tinggi.

Dalam ukuran dunia, standar rata-rata warga negara kita belum tinggi. Kita belum sampai pada tahap 'memelihara', melainkan baru pada tahap hendak 'mencapai' level lebih tinggi.

Dari ukuran human development index, kita saat ini berada di level menengah (medium human development). Dalam lima tahun ke depan kita seyogianya naik kelas berada di level tinggi (high human development).

Setelah berhasil memacu pembangunan infrastruktur, kiranya itulah ukuran pencapaian pemerintahan Jokowi jilid II yang bakal berorientasi pada pengembangan mutu sumber daya manusia. Saya percaya itu tercapai, mengingat Jokowi pemimpin yang fokus bekerja dan berani mengambil keputusan.

Tugas pemimpin bangsa selanjutnya ialah menaikkan lagi level negara tercinta ini masuk ke kelompok negara sangat tinggi (very high human development). 

Di dalam kelompok sangat tinggi, sekalipun berada di peringkat terbawah dalam kelompok sangat tinggi itu. Bila pun masih berada di kelompok negara-negara menengah, namun kiranya berada di posisi paling atas dalam kelompok itu. Kata Bung Karno, gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.

Pertanyaannya ialah pemimpin bangsa macam apakah yang mampu membawa negara ini ke dalam kelompok very high development itu? Adakah orangnya saat ini? Atau adakah orang yang 'terbaca' pada lima tahun lagi memenuhi harapan itu?

Sebetulnya itulah pertanyaan untuk Pilpres 2024. Pertanyaan itu boleh jadi bagi sebagian kalangan terdengar terlalu cepat. Bukankah rasa 'capek' pilpres belum hilang?

Masih capek atau sudah segar kembali, Pilpres 2024 ialah sebuah kepastian konstitusional. Dalam perspektif konstitusi itu, lima tahun bukan waktu yang pendek untuk capek atau tidak capek untuk melaksanakan perintah konstitusi, yakni carilah, temukanlah, dan pilihlah orang yang bakal memimpin bangsa di masa depan yang tidak terlalu jauh.

Karena partai atau gabungan partai yang punya kursi 20% di DPR yang berhak mencalonkan presiden, wajarlah bila ada partai yang mulai bermanuver 'membayangkan' koalisi yang pas untuk itu. Siapa yang larang? Siapa pula yang cemas dengan manuver itu? Bukankah demokrasi butuh proses?

Demokrasi memang butuh proses, bukan instan. Akan tetapi, urusan besar bangsa ini bukan partai mana kawin dengan partai mana, tapi kelak punyakah kita pemimpin seperti yang dicandrakan dalam narasi di atas?
 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima