DOB, Marak Mekarnya Payah Majunya

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
03/8/2019 05:10
DOB, Marak Mekarnya Payah Majunya
Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI)

BERBINCANGLAH pagi itu kami (saya dan seorang bupati di Provinsi Lampung) di selasar rumah panggung. Rumah adat yang arkais. Seraya menikmati kopi robusta, sang bupati bertutur tentang perjuangannya hingga bisa dua periode menjabat. Itu tak mudah, katanya, jika ketokohannya tak kuat, strateginya tak jitu, dan pundi-pundi fulusnya tak cukup.

Ia juga bercerita dengan bangga bagaimana bisa 'menjadikan' salah satu anaknya yang masih muda terpilih sebagai bupati di sebuah kabupaten lain hasil pemekaran. "Anda tahu anak saya, kan? Kalau bukan karena ayahnya (maksudnya ia sendiri), tak mungkin anak saya jadi bupati," katanya. Sang anak ialah bupati pertama di daerah otonomi baru (DOB) hasil pilihan langsung.

Itu memang obrolan beberapa tahun lalu. Kini ayah-anak itu sudah tak lagi menjabat bupati. Fenomena anak kepala daerah menjadi kepala daerah memang jamak adanya. Bahkan, tak hanya anak, tapi juga istri, menantu, adik, kakak, dan garis kekerabatan lainnya.

Di seluruh Indonesia, DOB memang bertumbuh pesat. Sebelum reformasi, ada 27 provinsi, 249 kabupaten, dan 65 kota. Setelah terbit UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah (yang beberapa kali direvisi) dan UU No 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, menjadi 34 provinsi, 414 kabupaten, 98 kota, 7.024 kecamatan, dan 81.626 daerah setingkat desa.

Meskipun DOB sudah amat banyak, gairah pemekaran terus berkobar. Menurut Kementerian Dalam Negeri, hingga 2018 pihaknya telah menerima 318 usulan pemekaran baru. Jokowi-Kalla memang menerapkan moratorium DOB. Dasarnya pastilah evaluasi Bappenas dan Kemendagri, sepanjang 1999-2014 sekitar 70%-80% DOB gagal memajukan daerah.

Beberapa provinsi yang pemekarannya amat pesat, tetap saja masuk kategori miskin. Kesibukan kerap tampak setiap ada daerah pemekaran baru, yakni perebutan kekuasaan di antara elite lokal. Munculnya segmentasi 'raja-raja kecil' yang seakan-akan menguasai suatu teritori tertentu menyuburkan politik dinasti, juga dinasti politik.

Fakta serupa itu pula yang dilihat Rustan Amarullah, peneliti birokrasi dan manajemen pelayanan publik. Sementara itu, aktivitas ekonomi kurang kondusif karena pembuatan aturan khususnya retribusi dan pajak daerah yang kerap menimbulkan persoalan. Koordinasi antarlembaga pemerintah juga rendah. Ruang keterlibatan publik terbatas.

Provinsi Banten yang berpisah dari Jawa Barat pada 2000 bisa disebut contoh paling nyata rimbunnya politik kekerabatan. Jejaknya bisa dilacak dari Tubagus Chasan Sochib, ayah Ratu Atut Chosiyah, mantan Gubernur Banten. Di bawa Atut, dinasti politik di provinsi ini berkembang secara terstruktur, sistematis, dan masif. Meskipun kakak-beradik, Atut dan Tubagus Wardana, dibui karena korupsi, politik dinasti tak melindap sedikit pun.

Wahidin Halim pun perlu menggandeng putra Atut, Andika Hazrumy, sebagai wakil dalam kontestasi Pemilihan Gubernur Banten 2017, dan berhasil. Betapa kuat pengaruh keluarga Chasan di Banten. Lebih jauh tentang politik dinasti di Banten bisa dibaca pada penelitian Agus Sutisna, dosen ilmu pemerintahan FISIP Universitas Muhammadiyah Tangerang berjudul Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah (2017).

Sesungguhnya hal baik elite lokal menjadi penguasa DOB. Mestinya justru punya gairah berlipat untuk memajukan daerahnya. Ia harus bermetamorfosis menjadi pemimpin transformatif. Faktanya hanya sebagian kecil DOB yang punya pemimpin inovatif.

Moratorium ini mestinya dimaanfaatkan untuk melakukan evaluasi menyeluruh jalannya DOB. Berbagai peraturan pemerintah harus lekas disiapkan. Harus ada keberanian, DOB gagal disatukan lagi ke daerah induknya. Para pemimpin daerah mestinya menyadari tugas utama memajukan daerah itu, termasuk memberikan pendidikan terbaik. Pemimpin yang hanya menunggu anggaran dan tak punya visi membangun harus lekas dievaluasi.

Di tangan pemimpin yang miskin visi, betapa pun sumber daya alam melimpah dan anggaran terpenuhi, tak akan menjadi apa-apa, kecuali memperkaya diri dan kerabatnya. Padahal, otonomi harus dimaknai sebagai berkah bagi daerah. Bukan musibah. Membiarkan terlalu lama DOB tak sesuai harapan, sama artinya membiarkan kemalangan rakyat wilayah itu terus berlanjut.

Harus ada solusi pula tentang biaya politik yang amat mahal dan suburnya dinasti politik sebab ini pula yang menjadi belenggu orang-orang terbaik menjadi pemimpin dan suburnya korupsi.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima