Dua Wajah Jakarta

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
24/6/2019 05:00
Dua Wajah Jakarta
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI)

MERAYAKAN ulang tahun Kota Jakarta kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pembeda utama ialah tersedianya MRT.

Transportasi publik itu memudahkan publik datang merayakan ulang tahun ke-492 Jakarta, Sabtu (22/6). Warga datang membeludak, yang tampak pada begitu panjangnya antrean penumpang yang hendak keluar Stasiun MRT Bundaran HI.

Hemat saya bukan perayaan ulang tahun itu yang benar-benar menarik hati warga, melainkan warga ingin merasakan nikmatnya naik MRT. Padatnya antrean di stasiun MRT itu juga terjadi pada hari Lebaran kedua (6/6). Saya termasuk penumpang yang ikut antre amat panjang bersama banyak sekali warga yang hanya ingin merasakan perjalanan MRT ulang-alik Bundaran HI-Lebak Bulus.

Penumpang di sebelah saya, yang usianya sama tuanya dengan saya, berkomentar, "Akhirnya kita tidak perlu ke Singapura untuk menikmati MRT." Komentar senada sering saya dengar.

Tidak hanya MRT yang membuat warga bangga. Keluar-masuk stasiun MRT, orang bertemu dengan trotoar yang lebar dan apik. Terasa benar hadirnya wajah baru Jakarta.

Akan tetapi, Jakarta wajah baru yang membanggakan itu masih hidup berdampingan dengan wajah lama Jakarta yang memprihatinkan. Kata Syamsu Rosid, peneliti dari UI, setiap tahun permukaan tanah Jakarta turun sekitar 11 cm. Ada dua penyebabnya. Pertama, eksploitasi air tanah yang berlebihan. Kedua, kegiatan yang banyak menimbulkan getaran seperti truk-truk bertonase berat ataupun pembangunan infrastruktur yang cukup intensif.

Akibatnya, semakin tinggi potensi rob di Jakarta Utara. Bahkan, ada yang memprediksi Jakarta Utara tenggelam pada 2050.

Wajah Jakarta memprihatinkan lainnya ialah jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah saban kali seusai Lebaran. Ali Sadikin mencegah arus urbanisasi ini dengan mengembalikan pendatang yang tidak jelas tempat tinggalnya dan tidak jelas tujuannya atau tidak punya pekerjaan ke kampung asalnya. Terakhir, Gubernur Ahok melaksanakan kebijakan itu dengan tegas. "Kalau dia enggak ada ongkos, kita kasih," kata Ahok.

Sebelum dipulangkan, mereka membuat perjanjian untuk tidak kembali datang ke Jakarta tanpa tempat tinggal, tanpa tujuan. Bila perjanjian itu dilanggar pendatang yang sudah dipulangkan itu kembali lagi dengan tujuan yang tidak jelas dan tanpa tempat tinggal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memidanakan mereka dengan tuduhan melakukan penipuan.

Akan tetapi, Gubernur Anies Baswedan melonggarkan kebijakan itu. Kenapa? Katanya dia tidak akan melakukan operasi yustisi atau razia dokumen administrasi bagi warga yang datang ke Jakarta seusai lebaran. "Setiap warga negara Indonesia berhak untuk bekerja di mana saja karena memang Indonesia memiliki kesetaraan itu, termasuk juga Jakarta," ujar Anies.

Dalam perspektif HAM, kata-kata Anies itu terdengar heroik. Benarkah? Terus terang sepertinya semata Anies ingin berbeda dengan gubernur sebelumnya, khususnya Ahok. Terdengar heroik, padahal senyatanya daya dukung Jakarta tidak mampu lagi memikul pertambahan penduduk.

Dugaan Anies cuma mau berbeda dengan Ahok diperkuat dengan kebijakannya menerbitkan IMB pulau reklamasi. Hal yang dinilai melukai pendukungnya.

Demikianlah, dengan wajah Jakarta yang satu warga tersenyum bangga, tetapi dengan wajah Jakarta yang lain warga prihatin. Bahkan, muncul pertanyaan elementer, mau ke mana Jakarta dibawa oleh Anies? Pertanyaan itu juga patut ditujukan kepada partai-partai pengusung Anies khususnya, DPRD DKI Jakarta umumnya.

Juga perkara yang mengherankan, kenapa sejak Sandiaga Uno mundur dari jabatan wakil gubernur untuk menjadi cawapres, posisi Wagub Jakarta dibiarkan kosong? Kenapa tidak ada penjelasan yang terbuka kepada publik? Apakah ada agenda tersembunyi untuk mengembalikan Sandiaga duduk di jabatan itu? Jabatan kepublikan hasil pilihan rakyat tidak elok untuk dibikin seperti mainan petak umpet.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima