Wibawa MK

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
20/6/2019 05:30
Wibawa MK
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI)

DI MK sedang berlangsung pertunjukan besar dan seyogianya juga pikiran besar. Basis persoalan ialah apakah mereka bertindak berdasarkan versi yang sama tentang fakta ataukah mereka punya fakta yang sama.

Tentu saja keanehan yang luar biasa di bumi kalau fakta yang dimiliki KPU berbeda dengan fakta yang dimiliki Bawaslu, berbeda pula dengan fakta yang dimiliki pemohon (Prabowo), dan juga berbeda dengan fakta yang dimiliki termohon (Jokowi).

Bayangkanlah apa yang terjadi. Bukti bertruk-truk berhadapan dengan bukti berkontainer-kontainer. Mereka bikin penuh semua kamar hakim MK. Akan tetapi, di kamar yang sama, dari TPS yang sama, fakta yang satu dan yang lain tidak saling kenal, padahal mestinya mereka ‘diri’ yang sama.

Pernyataan saya itu tentu mengandung ‘dramatisasi’, sebuah kata yang sempat sensitif di MK. Senyatanya saya percaya bahwa dalam perkara pilpres, KPU dan Bawaslu punya fakta yang sama dan sama autentiknya.

Pertanyaannya, bagaimana halnya dengan pileg? Dalam pileg fakta yang diklaim sama-sama asli, bisa terjadi senyatanya berbeda.

Pendapat itu memisahkan kejujuran dalam pilpres dan kejujuran dalam pileg. Ini juga aneh, bukankah pilpres dan pileg dilaksanakan serentak?

Betul serentak, tetapi di TPS suasana kebatinan warga jauh lebih terlibat dan tercurah dalam memilih capres jika dibandingkan dengan memilih caleg. Warga juga bisa fokus dua pilihan saja, yakni pilih Jokowi atau Prabowo.

Suasana kebatinan warga itu tentu saja tidak dapat dijadikan alasan legal untuk memisahkan hasil pemilu serentak. Keputusan KPU tentang hasil pemilihan umum menyatukan hasil pilpres dan pileg. Dalam pengertian ini juga aneh menerima hasil pileg, tapi menolak hasil pilpres.

Pertunjukan besar dan perdebatan besar di MK sempat saya harapkan terjadi ketika pihak pemohon meminta agar saksi dilindungi oleh LPSK. Ini soal besar menyangkut nyawa manusia. Di dalam sidang hakim MK bertanya, apakah saksi yang nyawanya terancam itu lapor polisi? Dijawab tidak.

Rasa takut hal manusiawi. Rasa takut hal subjektif. Kemampuan orang menghadapi ancaman fisik atau tekanan psikis berbeda-beda. Akan tetapi, hukum ialah hukum. Meminta perlindungan LPSK hanya untuk perkara pidana. Apakah aparat negara bernama polisi bakal pura-pura tidak tahu?

Orang harus berani jujur memberi kesaksian di muka hakim. Sekalipun orang yang merasa terancam nyawanya tidak melapor ke polisi, saya percaya Kepolisian RI di bawah Jenderal Tito tahu benar apa yang dipersoalkan di MK yang sidangnya terbuka untuk umum. Saya pun percaya dengan caranya polisi bakal menjaga sang saksi.

Hakim MK menunjukkan besar wibawanya. Advokat yang menyebut hakim MK menekan saksi, langsung diancam bakal dikeluarkan. Sebuah pertunjukan besar yang terbuka berlangsung di MK yang membuat hati, jiwa, dan pikiran kita pun besar bahwa MK memang tempatnya kejujuran dipertaruhkan dan dipercayakan.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima