Halalbihalal

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
11/6/2019 05:30
Halalbihalal
Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group(MI)

DI sebuah kedai tempat rehat di jalur pantura, seraya menikmati kopi, seorang pemudik memutar gambar anak-anak penuh derita di Suriah. Wajah mereka kotor. Anak-anak Suriah ditanya keinginan mereka menjelang Hari Raya Idul Fitri. Dengan aneka ekspresi mereka menjawab, ada yang ingin bertemu ayah dan saudaranya yang mati (dalam perang yang kejam).

Ada yang ingin pulang ke rumah dan tak ada lagi pesawat udara yang membombardir rumah dan desa mereka. Ada juga yang menjawab ingin beli baju, mainan, dan sepeda. Dalam suasana Idul Fitri, video ini viral di media sosial. Saya telah pula mendapat kiriman itu.

Ada gurat kemuraman juga di wajah laki-laki pemutar video itu. Saya mencuri pandang agak lama. Ia tercenung beberapa saat lalu menyeruput  kopi yang lama dibiarkan. Ia letakkan telepon android buatan China di atas meja makan dalam posisi terbalik; layar berada di bawah.

Beberapa ibu berhijab syar'i sibuk berswafoto. Para remaja dengan gawai di tangan banyak ber-chat ria lewat media sosial. Ada juga yang sibuk mengunggah gambar-gambar terbaik mudik di Instagram. Keceriaan yang kental hidup yang dimanjakan media sosial.

Saya menyapu pandang ke seantero tempat rehat. Hampir seluruh gerai makanan penuh. Meski ada yang terhalang beberapa bangunan, mobil yang mereka kendarai umumnya bagus. Bahkan, banyak pula yang tergolong mewah keluaran tahun terbaru. Tempat rehat yang cukup luas itu jadi 'sempit'.  Bahkan, banyak yang parkir di luar, meluber di bahu jalan tol.

Suasana di banyak tempat rehat di jalan tol umumnya serupa. Perjalanan mudik lebih lancar ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Hanya arus balik yang masih memacetkan jalan raya.

Besyukurlah kita, meski kerap diterpa beberapa masalah, jauh lebih damai. Jauh dari kondisi Suriah dan beberapa negara yang karib dilanda konflik.  Itu sebabnya, video tentang kondisi Suriah yang hancur karena perang kerap pula beredar di media sosial. Ada warning, 'Jangan Suriahkan Indonesia'. Sebuah seminar kebangsaan dengan tajuk yang sama juga  digelar Alumni Syam Indonesia di Madura tahun lalu. Ada kecemasan Indonesia bisa 'disuriahkan'.

Hadir Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah Syeikh Adnan Al-Afyouni. Menurut Adnan, Suriah memiliki banyak kemiripan dengan Indonesia. Ini  negeri beragam etnik dan agama. Namun, karena diadu domba oleh kepentingan politik berbalut agama, perang yang melibatkan berbagai negara pun tak terhindarkan. Mereka mengincar kekayaan alam Suriah. Negeri ini pun menjadi medan pembantaian yang brutal. Selama tujuh tahun perang, 370.000 jiwa binasa, belum yang luka-luka. Jutaan warga mengungsi ke banyak negara.

Menurut Adnan, sebelum perang, pemerintah Suriah mencukupi segala kebutuhan rakyatnya. Bahkan, menggratiskan biaya pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, juga biaya kesehatan. Segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok dijamin negara.

Tak ada celah untuk memecah belah negeri berpenduduk 23,5 juta jiwa (2015) itu. Namun, "Mereka (pelbagai kepentingan) memengaruhi kelompok agama tertentu dengan propaganda di masjid sehingga sebagian mereka terpengaruh dengan itu," kata Adnan. Perang pun tak terelakkan. Negeri damai itu menjadi geografi yang mengerikan.

Kita bukan muskil seperti Suriah. Indonesia dengan sumber daya alam melimpah pastilah jadi geografi yang seksi pula. Gairah keberagamaan yang tinggi--tapi sebagian mudah terprovokasi; merebaknya fitnah dan merajalelanya kabar dusta--jelas jadi potensi perpecahan.

Ulama Suriah itu pun berpesan agar bangsa Indonesia bersatu dan menjunjung tinggi kepentingan negara di atas kepentingan lainnya. Adnan ingin  Indonesia mengambil pelajaran dari konflik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah.

"Bagi orang yang berakal, mukmin sejati yang cinta kepada Allah, Rasulullah, tidak mungkin mereka memercikkan api konflik kepada negaranya. Mukmin sejati bisa mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak," ujarnya.

Idul Fitri, seperti diusulkan KH Abdul Wahab Chasbullah kepada Presiden Soekarno pada 1948, ialah halalbihalal (memaafkan) kesalahan masing-masing. Tahun itu suasana kebangsaan kita meregang akibat pemberontakan DI/TII. Tradisi saling memaafkan khas Indonesia akhirnya bisa menyatukan Republik Indonesia yang masih muda. Kini dengan suhu politik yang tinggi karena elite yang tak kunjung menjadi negarawan, Idul Fitri mestinya pula tak hanya memaafkan, tapi menyatukan.*

 

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima