Jalan Konstitusi

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
24/5/2019 05:30
Jalan Konstitusi
Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group(MI)

KERUSUHAN itu akhirnya terjadi juga di Jakarta. Kericuhan yang dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, juga saya. Meski secara umum Polri dan TNI bisa sabar dan tegas menghadapi massa, bentrokan pun tak terhindarkan. Kita mafhum, aksi massa dalam tegangan politik tinggi punya potensi menjadi chaos, menjadi kacau.

Momentum Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei dan juga bulan Ramadan tak mendekatkan ukhuwah kita, tetapi justru merenggangkan bangsa ini. Dua hari aksi massa, meski dijamin konstitusi, tak hanya memundurkan demokrasi, tapi juga bisa menjadi preseden buruk bagi politisi lain, yakni tak menerima kekalahan.

Aksi massa sebagai bentuk pernyataan protes pada KPU dan Bawaslu yang dijanjikan damai pun ternodai. Beberapa hari sebelum pengumuman hasil penghitungan suara Pemilu 2019 pada 22 Mei,  Densus 88 menangkap 29 terduga teroris di berbagai lokasi. Mereka akan melakukan aksi amaliah saat demonstrasi terjadi pada hari pengumuman pemilu.

Beruntung memang tak ada ledakan bom dari para teroris. Namun, jatuh juga korban jiwa dan yang terluka. Ada markas polisi dibakar, kendaraan dirusak, beberapa bangunan dilempari batu, dan pasti membuat ketakutan warga. Aktivitas ekonomi terganggu. Potensi kerugian Pasar Tanah Abang, misalnya, setara Rp200 triliun. Persepsi investor ternodai.

Pesta demokrasi yang mestinya mengakhiri berbedaan justru menjadi ketegangan baru. Padahal, banyak pemimpin negara memberi ucapan selamat. Beberapa pemantau asing bahkan memuji Pemilu 2019 di Indonesia sukses dan damai. Namun, di dalam negeri, oleh oposisi, hasil kerja KPU yang berbiaya Rp25 triliun dan lebih dari 600 orang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara gugur, dinegasi. Namun, di bawah tekanan serupa itu, KPU bergeming. Ia tetap mengumumkan hasil Pemilu 2019, bahkan sehari lebih awal dari waktu yang dijadwalkan 22 Mei.

Dari 34 provinsi, Jokowi-Amin menang di 21 provinsi dan dari 154.257.601 suara sah, pasangan 01 memperoleh 85.607.362 suara (55,50%) dan pasangan 02 memperoleh 68.650.239 suara (44,50%). Selisih suara kedua pasangan itu terpaut jauh, yakni 16.594.335 suara. Ada sembilan partai memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary treshold) di DPR. PDIP (memperoleh 128 kursi), Golkar (85 kursi), Gerindra (78 kursi), NasDem (59 kursi), PKB (58 kursi), Demokrat (54 kursi), PKS (50 kursi), PAN (44 kursi), dan PPP (19 kursi).

Prabowo-Sandi akhirnya akan 'bermain' dalam koridor konstitusi, yakni mengajukan gugatan sengketa pemilu ke MK setelah sebelumnya tak menggubrisnya. Lewat rekaman di Youtube, Prabowo juga meminta peserta aksi tak anarkistis, tak melanggar konstitusi, dan segera pulang untuk melaksanakan makan sahur. Meski terlambat, kita apresiasi langkah Prabowo-Sandi. Di MK, gugatan sengketa dibahas serius oleh para ahli hukum terbaik dari kedua belah pihak. Sembilan hakim MK siap pula memproses gugatan itu. Rakyat pun mendapatkan pelajaran berharga.

Berjuang di jalur konstitusi, tidak saja lebih bermartabat, tetapi ini mengajarkan kepada publik bahwa taat konstitusi ialah contoh terbaik dalam berdemokrasi. Demokrasi tanpa kepatuhan pada hukum dan selalu mengandalkan aksi jalanan yang berpotensi anarkistis akan membuat demokrasi jadi loyo. DI MK jika tuduhan kecurangan dibuktikan bisa saja mengubah keputusan KPU.

Jalur konstitusional telah dipilih Prabowo-Sandi. Namun, kubu 02, terutama Amien Rais yang kerap memprovokasi harus menjaga ucapannya. Amienlah yang punya andil besar keterbelahan publik lewat analogi agama (Islam) yang dia lontarkan dalam konteks politik hari ini. Amien yang melontarkan gagasan people power diubah menjadi Gerakan Kedaulatan Rakyat. Mantan Ketua MPR ini pula yang menganalogikan kontestasi politik serupa Perang Badar, yakni konflik bersenjata antara umat muslim pengikut Muhammad versus kaum Quraish di abad ke-7 di Arab.

Amien juga menggolongkan partai yang berkoalisi di kubu Prabowo-Sandi sebagai partai Tuhan sementara lawannya sebagai partai setan. Analogi yang amat berbahaya sebab bisa membangkitkan gairah perlawanan yang tajam. Pemilihan presiden ialah kontestasi politik biasa. Tak ada hubungannya dengan Islam versus musuh Islam. Bukankah, kedua pasang calon presiden sama-sama muslim dan dipilih oleh mayoritas muslim juga?

Dalam unjuk rasa pada 22 Mei, secara terang-terangan pula Amien menuduh polisi yang menembak umat Islam seperti PKI. Padahal, belum tentu penembaknya Polri. Korps Bhayangkara ini membantah, Polri dan TNI tak dibekali peluru tajam. Jika ada peluru tajam, itu bukan dari Polri dan TNI. Ini kata Kapolri Tito Karnavian.

Polri telah menangkap lebih dari 300 perusuh. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengungkapkan telah tahu pula dalang kerusuhan itu. Presiden Jokowi telah pula memberi warning tegas kepada siapa pun yang mengganggu keamanan negara. "Tidak ada pilihan, TNI dan Polri akan menindak tegas (para perusuh) sesuai aturan hukum yang berlaku," katanya.

Sekali lagi kita apresiasi jalan konstitusi Prabowo-Sandi. Semoga ini kehendak pilihan ini tak ditarik kembali. Namun, menangkap begitu banyak pelaku kerusuhan tanpa menangkap dalangnya, terasa tak adil. Terlalu sayang negeri ini yang didirikan dengan tumpahan darah dan air mata dikorbankan hanya untuk ambisi kekuasaan segelintir orang.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima