Ada Takbir yang Mencemaskan

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
14/5/2019 05:10
Ada Takbir yang Mencemaskan
Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group(MI)

SETIAP zaman punya ceritanya sendiri. Setiap hasrat punya siasatnya sendiri. Seperti cerita zaman ini. Cerita ketika Tuhan diklaim punya kelompok tertentu dan yang lain seperti tak boleh memiliki. Hasrat menemukan siasat.

Takbir yang teramat sakral, yang diajarkan para guru me­ngaji kami dahulu di surau semasa kanak-kanak, mesti di­ucapkan penuh takzim. Di zaman ini takbir kerap digemakan di jalanan, bahkan kadang bernuansa ancaman. Ancaman pembunuhan. Kenapa Tuhan Yang Maharahman dilibatkan untuk kejahatan?

Dengan takbir pula di kerumunan aksi di depan KPU, Jakarta, Jumat pekan silam, seorang pemuda sesumbar hendak memenggal kepala pemimpin tertinggi negara. “Dari Poso siap penggal kepala Jokowi. Insya Allah. Allahu Akbar.”

Ia ulangi lagi setelah bergerak beberapa langkah ke depan. “Jokowi siap kita penggal kepalanya. Dari Poso. Demi Allah.”  Ringan saja ia mengancam. (Tahun lalu seorang remaja bertelanjang dada, seperti kalap, memaki-maki Jokowi, mengancam hendak menembaknya. Ayah anak ini kemudian meminta maaf. Kenapa anak ini begitu benci?)

Poso, Sulawesi Tengah, yang disebut ialah lokus yang punya cerita kekerasan. Sang pemuda itu punya referensi. Adakah nama Jokowi yang disebutkan punya tafsir selain Joko Widodo, sang kepala negara kita? Di mahkamah nanti akan menjadi benderang apa motifnya. Polisi toh telah mencokoknya.

Frasa ‘Demi Allah’, tanda keseriusan hendak melakukan. Dalam video kerumunan itu, dua ibu berhijab dengan riang dan serentak melafalkan takbir tanda setuju kehendak sang pemuda. Memenggal kepala manusia, bahkan kepala negara, seolah hal mulia. 

Tak usah dicari jejak yang jauh. Sejak Pilkada Jakarta, dimulai kasus Al-Maidah 51, seruan membunuh Ahok dipimpin pentolan FPI Muhammad Riza Shihab nyaring diteriakkan. Tak aneh jika ada banyak yang mengikuti jejak yang tak jauh itu. Seolah di negeri ini membunuh manusia semudah orang meludah. Inilah pilkada dengan politik identitas yang paling membelah yang terus dibawa ke Pemilu 2019.

Kasus sang pemuda itu menambah panjang senarai serupa itu, takbir untuk laku mungkar. Sebagai muslim saya merasa tak nyaman setiap ada  gema takbir sebagai prolog atau epilog laku destruktif. Ada rasa cemas setiap takbir digemakan di jalanan dengan nada jauh dari ketakziman.

Ini bulan Ramadan. Bulan penuh berkah dan ampunan. Bulan ketika muslim dianjurkan menjaga lisan (dan tulisan). Bulan ladang pahala jika puasa dilaksanakan dengan segenap jiwa raga. Seperti kata Imam Al Ghazali, ibadah puasa secara paripurna dengan membersihkan hati dari hal-hal busuk dan menjauhi segala perbuatan buruk.

Baik dan bijak pula anjuran di bulan Ramadan agar kita puasa bermain media sosial. Salah satu yang menganjurkan ialah Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Istilah yang kini populer ‘puasa jempol’ sebab lewat kuasa jempollah kabar dusta, fitnah, dan kebencian menyebar bagai virus mematikan.

Namun, puasa kali ini mungkin kita hanya mendapat lapar dan dahaga sebab kita belum juga jeda dari aksi saling menjelekkan dan umbaran purbasangka. Tak sekali dua kali mereka yang mengaku ulama menghujat sesama muslim lain, juga terhadap Jokowi. Ada sikap jemawa: Islam mereka lebih sejati.

Menurut Syeikh Imam Nawawi Albantani, beberapa ciri-ciri ulama pewaris nabi antara lain: memiliki iman yang kukuh, istikamah, dan konsisten terhadap kebenaran. Ulama juga memiliki sifat kerasulan: jujur (shiddiq), amanat (amanah), cerdas (fathanah), dan menyampaikan (tablig).

Karena itu, jika ada ulama yang merendahkan (fisik) sesama manusia, menghasut untuk melakukan kekerasan, memaki-maki dengan kata-kata kotor, menebar kabar dusta dan fitnah, sulit saya menaruh hormat kepada mereka. Ulama, orang-orang berilmu itu, harus jadi pencerah umat. Bukan pemecah umat.

Kita percaya, ulama sejati, para pencerah dan pemandu umat itu, tetap setia pada tugas yang mulia. Mereka teguh. Tak gaduh dan riuh. Mereka istikamah dan konsisten menjaga kebenaran. Mereka jadikan kejujuran dan keadilan mahkota hidupnya sebab inilah ‘magnum opus’ ulama yang sesungguhnya. Termasuk tugas besar meluruskan generasi pembenci nan agresif hasil ‘didikan’ para penghasut lewat media sosial.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima