The Real People

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
13/5/2019 05:10
The Real People
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SETELAH pilpres, kiranya terjadi klaim aneh tentang rakyat. Ada yang mengklaim bahwa mereka yang punya rakyat yang suaranya dicurangi. Lalu muncul ajakan.

Maukah Anda diajak makar? Ini pertanyaan sinting. Jelas saya tidak mau. Sesama orang waras, saya pikir Anda pun tidak mau.

Makar bertentangan dengan demokrasi. Akan tetapi, ditengarai di negeri ini, setidaknya menurut kepolisian, ada yang diduga makar.

Soal pokok kenapa setelah pesta demokrasi pilpres yang mencuat urusan makar? Tidakkah karena memandang makar sebagai saudara kandung demokrasi?

Ada-ada saja. Saudara kandung berasal dari satu rahim, rahim yang sama. Bagaimana mungkin makar dan demokrasi serahim?

Jawabnya kira-kira begini. Yang diperebutkan ialah yang bernama rakyat. Bukankah demokrasi pemerintahan oleh rakyat? Ada yang mengklaim bahwa mereka yang punya rakyat.

Apakah yang tidak termasuk dalam klaim itu bukan rakyat? Jawabnya bukan rakyat kita.

Begitulah pada mulanya sang rakyat lahir dari rahim yang sama, tetapi setelah Pilpres 2019, sesama anak kandung itu diklaim berpisah.

Yang satu ialah rakyat yang mengakui kesahan dan keabsahan penghitungan suara KPU. Inilah rakyat yang menunggu pengumuman resmi KPU pada 22 Mei 2019.

Yang satu lagi, rakyat yang diklaim menolak hasil perhitungan suara KPU. Pemilu dinilai curang. Inilah rakyat yang katanya mau makar atau diajak makar.

Ajakan makar itu ada yang diekspresikan dengan pernyataan pendek 'Jokowi dilikuidasi'. Ada yang membahasakannya rada panjang, 'jangan tunduk kepada konstitusi Indonesia, kita harus revolusi, harus bubarkan negara ini'.

Yang paling seram beredar video pria muda berjaket cokelat mengancam memenggal kepala Jokowi. Dia bukan cuma mau menggulingkan presiden yang sah, malah mau membunuhnya.

Hal itu terlihat pada video yang beredar di media sosial setelah pilpres. Itulah yang kiranya dijadikan alat bukti bagi kepolisian untuk menjadikan pelakunya sebagai tersangka makar.

Pilpres seyogianya solusi yang konstitusional dalam urusan rakyat memilih pemimpin. Sekarang pilpres malah dijadikan cantolan orang untuk makar dengan klaim rakyat menginginkannya.

Pertanyaannya, siapa sebetulnya 'the real people'? Bukankah semua rakyat yang datang ke TPS menggunakan hak pilihnya itu rakyat yang nyata, bukan fiktif, bukan rakyat-rakyatan? Yang dipilih juga capres benaran, bukan capres-capresan. Tentu bakal ada capres yang menang atau kalah. Siapa pun yang menang dan siapa pun yang kalah merupakan hasil pilihan rakyat, rakyat yang nyata, bukan rakyat-rakyatan.

Bukan pula rakyat di sebelah sini dan rakyat di sebelah sana. Rakyat bersama.

Rakyat bisa tidak sepikir. Inilah yang membuahkan perbedaan pendapat dan pilihan. Perkara yang lumrah dalam demokrasi. Namun, rakyat seyogianya sehati, sejiwa, setujuan dalam berbangsa dan bernegara.

Pilpres bukan alat untuk membelah rakyat, apa pun klaim yang dipakai. Pilpres bukan pula referendum untuk menentukan kita bersatu atau berpisah. Pilpres tempat kita memilih pemimpin terbaik untuk Indonesia yang utuh.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima