Musrenbang

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
11/5/2019 05:30
Musrenbang
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(MI)

HAMPIR 74 tahun kita merdeka, namun tantangan yang dihadapi pemimpin nyaris sama. Birokrasi tidak juga mau berubah untuk menjadi pendorong pembangunan. Cara pandang masih seperti dulu, 'kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah'.

Persoalan perizinan tetap menjadi momok bagi investor. Tidak pernah ada jawaban pasti ketika kita mengurus sebuah perizinan. Ketika ditanya apa ada kekurangan yang harus diperbaiki, jawabannya semua persyaratan sudah terpenuhi. Namun, anehnya surat izin itu tetap tidak kunjung diberikan.

Pemerintah mencoba membangun sistem one single submission agar kendala waktu bisa diselesaikan. Namun, sistem tidak pernah bisa berjalan sempurna ketika manusia yang menjalankan sistemnya tidak ikut berubah. Itulah yang membuat Presiden Joko Widodo kembali mempersoalkan masalah perizinan saat berbicara di depan peserta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional.

Kita tidak bisa hanya menyalahkan pejabat di daerah sebagai sumber masalah. Perilaku menghambat juga terjadi di kementerian. Level di bawah menteri merupakan sosok-sosok yang tidak berubah.

Boleh kementerian menerapkan uji kompetensi dan bahkan mengundang orang-orang di luar birokrasi untuk ikut lelang jabatan. Kita bisa mendapatkan orang yang hebat pengetahuannya, tetapi belum tentu karakternya. Tidak usah heran orang-orang yang terpilih itu tidak banyak memberikan perubahan kepada sistem birokrasi yang ada.

Inilah tantangan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Kita sulit bersaing dengan negara lain dalam menarik investor kalau perilaku menghambat tidak bisa kita dobrak. Dibutuhkan revolusi mental karena kita harus mengubah karakter birokrasi.

Pengalaman PGN Saka Energi untuk menyewa rig yang diperlukan untuk melakukan eksplorasi bisa menjadi contoh. Asas cabotage yang mengharuskan barang itu diangkut dengan menggunakan kapal berbendera Merah-Putih menjadi kendala awal karena kita tidak memiliki kapal yang biasa mengangkut rig. Kemudian panjangnya urusan bea dan cukai untuk rig yang disewa dari luar negeri. Alhasil, diperlukan waktu satu tahun agar rig bisa sampai ke Indonesia dan dipakai untuk kepentingan eksplorasi.

Padahal harga sewa rig satu hari mencapai US$200 ribu. Para penyewa enggan berbisnis dengan perusahaan minyak di Indonesia karena mereka harus banyak kehilangan kesempatan. Tidak usah heran apabila produksi minyak kita semakin hari semakin menurun.

Tentu kita harus menghargai upaya yang dilakukan beberapa kepala daerah untuk memperbaiki sistem perizinan di daerah. Kepala daerah yang berorientasi kepada kemajuan dan kesejahteraan warganya pasti angka pertumbuhan ekonomi daerahnya di atas rata-rata pertumbuhan nasional.

Tantangan kita sekarang bagaimana membuat lebih banyak kepala daerah yang orientasinya lebih terbuka. Para pejabat daerah tidak lagi berorientasi kepada apa yang bisa mereka dapatkan, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa dinikmati warganya.

Kita membutuhkan sosok seperti Park Chung-hee di Korea Selatan. Presiden Korea itu selalu menanamkan disiplin dan kerja keras kepada warganya. Pidato yang selalu disampaikan, jangan pernah berharap bangsa lain akan memajukan negara kita. Yang bisa membuat maju dan makmur negara kita hanyalah kita sendiri.

Presiden Park memberikan contoh bagaimana menempatkan negara pada kepentingan pertama. Suatu saat dalam sebuah acara kenegaraan, Presiden Park menghadapi percobaan pembunuhan saat sedang berpidato. Ia masih sempat menunduk ketika ditembak, namun peluru nyasar mengenai istrinya yang duduk di belakang.

Para pengawal Presiden segera melindungi Presiden Park dan melarikan Ibu Negara ke rumah sakit. Apa yang kemudian dilakukan Presiden Park setelah keadaan terkendali? “Mari kita lanjutkan acara karena belum selesai,” kata Presiden Park dari atas podium.

Sikap disiplin dan kemauan yang keras itulah yang membuat Korea Selatan yang sama tahun kemerdekaannya dengan Indonesia bisa lebih dulu menjadi negara maju. Padahal Korea bukan negara yang kaya sumber daya alam, tetapi mereka memiliki sumber daya manusia yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi.

Kita berharap Presiden Jokowi di masa pemerintahan kedua nanti bisa lebih berani menjalankan kebijakannya. Presiden sudah mengatakan, dirinya tidak lagi memiliki beban politik dalam masa kepemimpinan kedua. Presiden seharusnya tidak ragu untuk meninggalkan mereka yang tidak mau berubah karena kita tidak bisa lagi bekerja biasa-biasa, tetapi harus luar biasa kalau mau menjadi kekuatan ekonomi keempat terbesar di dunia.
 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima