Memilih Pemimpin di Tiga Negara

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
06/5/2019 05:10
Memilih Pemimpin di Tiga Negara
Saur Hutabarat(MI/Tiyok)

MEMILIH pemimpin bangsa dan negara bukan sebuah perjudian. Bukan perkara untung-untungan. Kalau tidak beruntung, ya buntung.

Mari kita lihat tiga negara bertetangga, Malaysia, Indonesia, dan Singapura, dalam mewujudkan pergantian pemimpin negara. Dua substansi terpokok yang perlu disorot ialah pergantian dengan sukacita dan mampu mengelola perubahan.

Singapura telah menentukan siapakah pengganti Lee Hsien Loong, 67, perdana menteri sekarang. Sang pengganti ialah Heng Swee Keat, 57, yang bakal menjadi pemimpin Singapura generasi keempat.

Heng memang dipersiapkan untuk sampai ke jabatan puncak menjadi orang nomor satu Singapura. Pada 1 Mei 2019, dia dipromosikan menjadi deputi perdana menteri seraya tetap menjadi menteri keuangan.

Kapankah suksesi itu terjadi? Dengan asumsi hasil Pemilu 2020 PAP kembali berkuasa (sampai saat ini partai itu sangat besar dan kuat untuk dikalahkan), paling lambat 15 Januari 2021, parlemen mengukuhkan Heng Swee Keat menjadi PM yang baru.

Heng pernah menjadi menteri pendidikan dan managing director Otoritas Moneter Singapura. Ia meraih gelar master ekonomi dari University of Cambridge dan master administrasi negara dari Harvard University. Salah satu ciri pokok elite pemerintahan Singapura ialah mereka terdidik di sekolah-sekolah hebat.

Singapura negara multiras. Sekalipun Tionghoa mayoritas, etnik minoritas terjamin hak dan kedudukannya. Contoh paling bagus kursi presiden harus bisa dijabat kaum minoritas, yang sekarang dipercayakan kepada Halimah Yacob dari puak Melayu. Heng diyakini berkemampuan membawa Singapura tetap unggul di masa depan dengan tetap melanjutkan gaya kepemimpinan konsultatif terbuka (open consultative) Goh Chok Tong dan Lee Hsien Loong yang merangkul semua ras.

Kita tahu Malaysia kembali menjadikan sang kakek, 93, Mahathir Mohamad menjadi perdana menteri. Sebuah kemenangan menggantikan PM Najib Razak yang dicandrakan korup. Pergantian itu berlangsung dalam damai. Akan tetapi, baru berkuasa, Mahathir menyulut potensi konflik di dalam negeri ataupun dengan mancanegara.

Di dalam negeri Mahathir berkonflik dengan Kerajaan Johor. Katanya Malaysia bukan monarki absolut. Sebaliknya, pihak kerajaan bilang kedaulatan wilayah Negara Bagian Johor ada di tangan sultan.

Mahathir semula bernafsu membatalkan perjanjian pembangunan infrastruktur dengan Tiongkok. Perjanjian dibuat di masa PM Najib Razak. Kata Mahathir, rezim Najib Razak terlalu banyak meminjam uang dari Tiongkok, "Yang tidak mungkin kami bayar." Tapi kini Mahathir mulai pragmatis dengan menghidupkan kembali proyek ECRL (East Cost Rail Link) dan proyek Bandar Malaysia yang dibiayai Tiongkok.

Pun dengan negara tetangga Singapura, Mahathir terus memantik sengketa perbatasan udara dan laut. Akan tetapi, sejauh ini pihak Singapura lebih melihat ulah Mahathir itu untuk mengalihkan persoalan yang dihadapi Mahathir di dalam negeri.

Ada pertanyaan serius, setahun setelah berkuasa, sanggupkah Mahathir mengelola ekonomi Malaysia tanpa mengambinghitamkan korupsi PM Najib, khususnya skandal 1MDB bermiliar-miliar dolar AS?

Hemat saya ada satu persoalan yang bisa menjadi bom waktu di dalam negeri, yaitu kapankah Mahathir menyerahkan jabatan PM Malaysia kepada Anwar Ibrahim? Bisa jadi Mahathir lupa bahwa di dalam koalisi yang berkuasa sekarang, Partai Keadilan Rakyat yang dipimpin Wan Azizah, istri Anwar Ibrahim, yang meraih suara terbanyak dalam Pemilu 2018.

Malaysia bisa set back di bawah kepemimpinan Mahathir yang cenderung menang sendiri.

Saatnya mendarat di Bumi Pertiwi. Kiranya lebih dari cukup Bung Karno dan Pak Harto dijatuhkan people power dan cukuplah seorang Gus Dur diturunkan parliament power (MPR).

Karena itu, bersabarlah sampai KPU mengumumkan hasil penghitungan suara. Bagi yang keberatan, silakan membawanya ke MK.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima