Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MARI kita rundukkan kepala sedalam-dalamnya bagi para martir demokrasi. Mereka yang gugur dan menderita sakit sebagai baris terdepan pesta demokrasi paling menyita energi, Pemilu 2019 ini. Mereka wafat menjalankan tugas yang tak ringan.
Mereka yang bekerja seusai subuh yang satu hingga pascasubuh berikutnya. Itu semua karena satu hal: tanggung jawab. Merekalah penentu sukses dan gagalnya perhelatan besar hajat politik nasional lima tahunan itu.
Para martir itu, ratusan orang yang wafat dan sakit ialah bagian dari penyelenggara pemilu di garda paling depan. Merekalah tenaga Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
Selain kelompok ini yang menjadi korban, juga ada tenaga panitia pengawas (panwas) dan perlindungan masyarakat (linmas). Hingga sepekan sejak hari pencoblosan, 225 orang anggota KPPS wafat. Selain itu, sebanyak 1.470 anggota KPPS dilaporkan sakit.
Jangan bandingkan jumlah mereka yang gugur dengan jumlah tempat pemungutan suara (TPS) yang ada, 810.329 buah. Jangan pula bandingkan dengan seluruh anggota KPPS yang berjumlah 5,6 juta orang. Tentu persentasenya kecil.
Namun, sebuah pesta demokrasi dengan korban jiwa lebih dari 100 orang penyelenggara karena tinggginya beban, sungguh ironis. Inilah pesta demokrasi yang membunuh penyelenggara pestanya sendiri.
Tragedi pesta demokrasi setidaknya menyadarkan dua hal. Pertama, pemilu lima surat suara di negara yang luas dan tak semuanya mudah dijangkau, mesti dievaluasi.
Bisa juga pemilu legislatif dipisah lagi dari pemilu presiden, atau pemilu legislatif daerah (DPRD kabupaten/kota dan DPRD provinsi) digabung jadi satu penyelenggaraan dan pemilu presiden digabung dengan anggota (DPR RI dan DPD RI).
Kedua, di tengah 'perang opini' yang sengit, hoaks yang merajalela, bahkan hasutan dan provokasi yang semena-mena (menolak hasil pemilu jika Jokowi-Ma’ruf Amin) menang, bisa jadi teror buat kita semua. Ingatlah para martir demokrasi itu. Mestinya para politikus malu dengan para martir itu.
Ingatlah, mereka menyabung nyawa demi suksesnya sebuah pesta demokrasi, demi para puan dan tuan anggota dewan duduk di kursinya masing-masing. Demi tuan presiden dan wakilnya duduk di singgasana.
Kita bayangkan tanpa mereka, penjaga TPS, seperti apa wajah pemilu kita? Tuduhan pemilu curang yang digemakan berulang-ulang memang ditujukan pada penyelenggara (KPU dan Bawaslu).
Ada opini yang dibangun jika pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin menang pasti curang. Bahkan, Prabowo dengan dasar hitung cepat versi internal yang tempatnya disembunyikan sedikitnya telah empat kali melakukan deklarasi kemenangan.
Mereka menegasi beberapa lembaga survei yang angkanya lebih tinggi Jokowi. Namun, syukuran kemenangan di Taman Mini Indonesia Indah tak boleh direkam. Terasa ganjil memang.
Ini memang pemilu dengan perang klaim penuh paradoks paling tinggi sepanjang reformasi. Rasa empati dan duka mendalam pada para korban mestinya bisa menghentikan saling serang dan tuduhan pemilu curang dengan bukti yang minim.
Pemilu mestinya mengakhiri sebuah perbedaan. Dalam pemilu, calon yang baru diseleksi dan yang masih menjabat dievaluasi. Itu esensi sebuah pemilu.
Alangkah banal hati kita ketika duka keluarga para martir belum hilang, tapi tuduhan curang digemakan berulang-ulang. Dengan banyak saksi di TPS dan sistem penghitungan yang terbuka di KPU, kecurangan sesungguhnya sangat mudah diketahui. Nyatanya KPU juga kerap mengoreksi diri sendiri, yakni menunjukkan beberapa kali salah input data secara terbuka. Kalau berhasrat culas, kenapa justru dibuka kepada publik?
Jika pascapemilu para elite dan pendukungnya terus memperpanjang perseteruan, ini artinya kita tengah membunuh demokrasi itu sendiri. Kita pun kehilangan dua hal penting sekaligus: demokrasi dan penyelenggara pesta demokrasi itu sendiri. Kepandiran memang jadi racun paling mematikan.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved