Memilih dengan Kehormatan

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
04/4/2019 05:10
Memilih dengan Kehormatan
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Tiyok)

DIHITUNG mundur tinggal 12 hari lagi rakyat datang ke TPS memilih wakilnya di lembaga legislatif dan memilih presidennya untuk lima tahun mendatang. Sebelum tiba hari pemilihan itu, dalam hal pilpres, sepertinya atmosfer Republik ini diwarnai perseteruan yang tajam bahwa yang di sini ialah kawan, sedangkan yang di sana ialah lawan.

Yang di sini dan di sana itu seperti bukan di negeri sendiri. Bukan sesama anak bangsa. Terdengar suara-suara permusuhan, antara lain kalau capresnya kalah, akan terjadi people power.

Suara macam itu suara orang frustrasi. Suara orang yang tidak percaya pada demokrasi berlandaskan konstitusi. Orang yang percaya parlemen jalanan.

Pokok frustrasi yang terdalam menimpa diri orang macam itu karena menutup mata akan kenyataan bahwa Indonesia sekarang ini baik di bawah pimpinan Jokowi-JK. Negara ini baik karena memang diurus dan dipimpin dengan arah yang jelas mau ke mana negara ini dibawa. Sekadar bukti kosakata negara 'autopilot' hilang dari ruang publik.

Saya bahkan lebih lanjut percaya Indonesia baik di bawah Jokowi-JK itu akan berubah menjadi Indonesia hebat di bawah pimpinan Jokowi-Amin. Pandangan itu perlu terus terang saya sampaikan karena memilih merupakan sebuah kehormatan. Bukan paksaan, bukan bayaran, bukan pula karena dicekoki kebohongan.

Saya pun perlu berterus terang bahwa pikiran dari 'baik' menjadi 'hebat' (good to great) bukan temuan saya, melainkan orisinal temuan Jim C Collins. Izinkan saya menerjemahkannya untuk organisasi yang bernama negara.

Agar negara ini melompat dari baik menjadi hebat diperlukan pemimpin tingkat 5, yaitu pemimpin yang rendah hati. Pemimpin yang mampu membebaskan dirinya dari berbagai bentuk dan isi kesombongan.

Itulah pemimpin yang bekerja juga dengan hatinya, didorong untuk memberi yang terbaik bagi negara. Bukan yang terbaik untuk dirinya, untuk anak cucunya.

Yang juga diperlukan untuk negara ini dari baik menjadi hebat ialah pemimpin yang gagah menghadapi kenyataan buruk. Negara tidak dapat diubah dari baik menjadi hebat bila kita hanya siap menghadapi yang indah-indah. Padahal, itu hanya asal bapak senang.

Lainnya ialah kultur disiplin. Tidak ada negara dapat berubah dari baik menjadi hebat bila disiplinnya angin-anginan. Disiplin harus menjadi darah daging di negara ini.

Faktor lain tentu hanya negara yang berkemampuan menggunakan teknologi maju yang dapat mempercepat pertumbuhan dan melompat dari negara baik menjadi negara hebat. Apa pun alasannya, negara ini bakal menjadi negara gagal bila dipimpin orang yang punya pikiran untuk menggunakan teknologi kuno.

Saya tidak percaya debat publik berpengaruh signifikan terhadap keterpilihan. Akan tetapi, seribu kali KPU menyelenggarakan debat pilpres, seribu kali itu pula terbaca Indonesia baik bakal menjadi Indonesia hebat bila Jokowi yang terpilih kembali.

Menggunakan hak pilih merupakan keniscayaan bagi warga negara yang berkeyakinan bahwa dirinya harus turut serta menentukan jalannya negara. Untuk itu datanglah ke TPS dengan riang gembira, dengan kepala tegak.

Pakailah hak pilih dengan kehormatan, dengan martabat, dengan dignity. Bukan paksaan, bukan bayaran, bukan pula karena dicekoki hoaks. Pilihlah pasangan capres-cawapres yang bakal membawa Indonesia baik menjadi Indonesia hebat.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima