Gerakan Subuh

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
29/3/2019 05:30
Gerakan Subuh
Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group(MI/Tiyok)

BEBERAPA tahun lalu, jauh sebelum hiruk pikuk politik yang membelah, seorang pendakwah menggaungkan gerakan salat subuh berjemaah. Saya melihatnya di sebuah stasiun televisi di pagi hari. Ia menekankan gerakan ini akan punya banyak manfaat: membangkitkan disiplin waktu, silaturahim umat, kesehatan rokhani/jasmini, serta produktivitas ekonomi.

Ia menjelaskan manfaat salat subuh berjemaah bisa menjawab tantangan bangsa yang merosot dalam disiplin waktu, persatuan yang merenggang, meningkatnya aneka penyakit, serta ekonomi umat yang rendah. Sehabis salat subuh, katanya, mesti  dimanfaatkan untuk olahraga sebelum mencari nafkah. 

Di pagi hari tenaga dan pikiran masih prima. Sebuah dakwah yang kontekstual, berupaya mencari solusi problem bangsa yang dimulai dari disiplin waktu salat subuh. Waktu terberat untuk bangun. Ia mengungkapkan fakta, betapa banyak muslim Indonesia menyia-nyiakan waktu, termasuk waktu tidur terlalu banyak, kurang olahraga, dan pola makan yang tak sehat.

Bertahun-tahun saya tak melihat ajakan sang pendakwah itu bergema. Tak banyak pula ustaz yang mengikuti jejaknya. Inilah ajakan salat subuh berjemaah yang belum bercampur dengan urusan politik elektoral.

Sejak politik elektoral DKI Jakarta, gerakan salat subuh berjemaah memang mulai muncul. Ada Deklarasi Gerakan Indonesia Salat Subuh (GISS) di area Monumen Nasional, Jakarta, yang dilakukan para aktivis Aksi 212 pada Desember  2017.

Deklarasi ini mengajak anggota keluarga tetangga dan kawan-kawan untuk datang ke masjid di waktu subuh untuk salat subuh berjemaah. Diharapkan pada 2020 seluruh masjid dan musala di seluruh  Indonesia sudah melaksanakan salat subuh berjemaah. Kini salat subuh berjemaah menggaung di banyak tempat. 

Ada yang bermotif politik, ada yang murni ibadah. Wali Kota Malang, Sutiaji,  misalnya memulai 40 hari kerjanya dengan salat subuh berjemaah tanpa henti. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, sejak menjabat Wali Kota Bandung, memaknai positif salat subuh berjemaah ini. Ia juga aktif melakukannya di banyak masjid.

Beberapa kepala daerah juga melaksanakan hal yang sama. Ada yang menyorot GISS terlalu kentara muatan politiknya. Dalam sebuah diskusi bertema Politisasi GISS, mencederai ajaran Islam yang digelar di Depok tahun lalu, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hikam Depok, Sofiudin, mengingatkan GISS harus dijaga dari politisasi. 

Ia mengingatkan ada penceramah yang kerap berlebihan, yang mengarahkan dukungan ke calon atau partai tertentu. Ini yang menurutnya bisa mencederai Islam.

Ia mengungkapkan dakwah di masa Nabi Muhammad SAW. Waktu itu, katanya, Nabi dan para sahabat berbicara politik di masjid, tapi mereka tidak menjadikannya ajang kampanye. Sofiudin mengakui akan meneliti lebih jauh terkait GISS ini sebagai subjek yang melakukan politisasi atau menjadi korban politisasi.

Dosen FISIP UIN Jakarta Robi Sugara menilai GISS niatnya baik, tapi kampanye politik praktis menjadikannya bias. Ia amat menyayangkan. Jika GISS berhasil meluas ke seluruh Indonesia, akan menguntungkan elite politik tertentu. "Ini persoalan taktik dan strategi politik para oposan. GISS akan berdampak masif dan strategis dalam momen Pilpres 2019," tandasnya.

Apa yang dinubuat Robi Sugara benar. Salah satu unsur pendukung capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Alumni 212, sudah berterus terang akan memanfaatkan GISS dalam pemilu. Presidium Alumni 212 memberikan intruksi kepada para pendukungnya di seluruh Indonesia agar pada 17 April di hari pencoblosan, melakukan salat subuh berjemaah yang didahului salat tahajud; dilanjutkan hingga penghitungan suara.

Menurut penggagas gerakan salat subuh berjemaah ini, Forum Umat Islam (FUI), GISS untuk mencegah kecurangan penghitungan surat suara. Sekjen FUI Al-Khathtathath dalam akun Youtube FUI Channel yang diunggah 20 Maret lalu mengakui hal itu.

Seperti apa kelanjutan GISS pasca-Pemilu 2019 ini jadi menarik. Bisa jadi akan terus dimanfaatkan untuk kepentingan politik yang lain. Namun, sebaiknya lebih banyak yang tetap melaksanakan salat subuh berjemaah seperti yang pernah digaungkan pendakwah yang pernah saya lihat di televisi itu. Tetap dengan niat ibadah yang tulus.

Masjid-masjid yang dipakai GISS mendukung Prabowo-Sandi sangat berpotensi menimbulkan perasaan tak enak bagi para pendukung Joko Widodo-Maruf Amin. Masjid yang mestinya menyatukan umat pun bisa merenggangkannya.***
 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima