Menjual Integritas

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
18/3/2019 05:30
Menjual Integritas
(MI)

AKAR korupsi kiranya tertanam-dalam pada diri yang tidak mengenal kata cukup dan patut menyangkut harta. Salah satu wujudnya ialah harta yang diperoleh karena takhta.

Hubungan itu dapat dibalik, yang tertanam-dalam pada diri bukan harta, melainkan takhta. Untuk mendapatkan dan mempertahankan takhta diperlukan harta.

Bukan sembarang harta, bergerak atau tidak bergerak, tapi harta likuid. Itu demi politik uang. Karena itu salah satu yang menarik perhatian publik ketika orang tertangkap basah KPK ialah banyaknya uang yang ikut tertangkap tangan. Ketika Ketua Umum PPP Romahurmuziy ditangkap KPK, uang yang disita Rp156.758.000. Sopir yang membawa kami di Jawa Tengah berkomentar, "Orang sekelas ketua partai uang segitu ditelateni."

Modus korupsi bukan makan uang yang berkaitan dengan anggaran proyek. Namun, uang suap urusan seleksi jabatan di Kementerian Agama.

Uang memang keperluan duniawi. Uang tidak beragama. Sekalipun punya negara, uang sesungguhnya tidak kenal nasionalisme, terlebih di saku koruptor.

Realitas pahit ialah cash is king berlaku sangat deras dalam politik Indonesia. Elite politik paham benar makna uang dalam pemilu. Makna cash is king juga kian merasuk ke tingkat warga yang punya hak pilih sehingga terciptalah hubungan uang yang sangat rasional dan realistik, yaitu cash and carry, tanpa pelayanan purnajual.

Tanpa pelayanan purnajual dalam arti yang paling brutal. Setelah orang terpiih, tidak ada ikatan selain ketemu kembali pada pemilu mendatang dengan pola yang sama, cash is king, dan hubungan dengan konstituen terulang cash and carry tanpa pelayanan purnajual.

Dalam hal uang kiranya perlu pengakuan yang jujur bahwa demokrasi kita demokrasi jual beli. Habis perkara. Partai sebagai salah satu pilar utama demokrasi ialah institusi kepublikan yang makan ongkos sangat mahal bahkan sejak partai dilahirkan di era demokrasi ini. Terlebih untuk membesarkannya melalui pemilu yang berwatak cash is king serta cash and carry, tanpa pelayanan purna jual.

Apakah ada yang aneh dengan kenyataan sebanyak lima ketua umum partai ditangkap KPK? Mereka ialah Romahurmuziy/PPP, Anas Urbaningrum/Partai Demokrat, Luthfi Hassan Ishaaq/PKS, Suryadharma Ali/PPP, dan Setya Novanto/Golkar.

Korupsi layak dicurigai enak. Kenapa? Ternyata banyak yang suka.

Pernyataan bahwa korupsi enak muncul di benak begitu saja ketika mendengar berita Romahurmuziy ditangkap KPK. Bukankah sebelumnya telah begitu banyak yang ditangkap KPK? Kok, tidak takut? Jawabnya mungkin korupsi itu enak banget sehingga mengalahkan rasa takut ditangkap KPK.

Kasus itu semakin menunjukkan kecenderungan elite politik negeri ini lebih memilih status daripada integritas. Lebih buruk lagi menjual integritas demi status.

Seseorang sampai pada kedudukan ketua umum partai seyogianya bukan lagi jenis pribadi pemburu status, apalagi pecinta uang dengan segala cara. Dia pribadi yang integritasnya teruji dan mumpuni, contoh yang hidup di ranah kepublikan.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima