Dusta tak Kunjung Reda

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
08/3/2019 05:30
Dusta tak Kunjung Reda
()

SEHARI menjelang perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1941, anak bungsu kami yang kuliah di Bali mengirim gambar pawai ogoh-ogoh. Di tengah keramaian jalan raya Denpasar, pawai itu mendapat antusiasme masyarakat. Bali terasa arkais tapi juga kekinian. Itulah salah satu pesona Pulau Dewata.

Si bungsu memberi kabar ia hendak menginap di sebuah tempat. Ia ingin menikmati udara yang bersih tanpa polusi dan jalan raya tanpa kebisingan kendaraan bermesin. "Internet juga enggak hidup," tulisnya. 

Saya membayangkan jika libur internet diperluas secara nasional, alangkah media sosial sepi dari saling serang para pendukung calon presiden 01 versus 02. Sepi juga dari kabar dusta yang merajalela; dari fitnah yang tak kenal lelah.

Selain Nyepi bagi umat Hindu di hari Kamis, 6 Maret ialah Rabu Abu. Bagi umat Katolik, Rabu Abu awal dimulainya puasa dan pantang hingga Jumat Suci 20 April 2019. Adapun hajatan politik nasional bernama pemilu (pemilihan legislatif dan pemilihan presiden/wakil presiden) digelar 17 April.

Suasana politik yang panas dengan bersimaharajalelanya kabar dusta dan fitnah, saling caci menjurus benci, hari-hari keagamaan menjadi amat berarti. Kenapa pemilu tak dilakukan di puasa Ramadan? Agar kabar dusta dan kebencian jadi melisut, meski tak jadi enyah!
Kini perbedaan politik telah melahirkan tabiat saling hujat. Banyak 'pemain' media sosial, jika terkait dengan politik, menjadi manusia-manusia garang, tega mengorbankan persaudaraan-kebangsaan. 

Jari-jemari para politikus yang gagal berjuang di parlemen, seperti kesetanan memainkan media sosial. Yang mengherankan, beberapa yang menyebut diri ustaz, pendakwah, yang mestinya jadi pencerah justru punya semangat memecah belah. 

Di berbagai grup WA keluarga, banyak teman mengungkapkan merasa lelah mengingatkan betapa bahayanya kabar dusta alias hoaks. Saya juga. Berkali-kali kabar dusta ditulis/dibagikan, berkali-kali dibantah dengan kabar yang berfakta, tapi kabar dusta tak 'mati-mati'. Padahal, sudah beberapa orang dibui karena menyebarkan dusta.

Saya kerap tak paham, justru mereka yang lebih tua dan yang kerap bicara agama yang tak bisa mengendalikan diri. Apa pun materinya, yang penting sesuai dengan kelompoknya, paslon yang dipuja, mereka bagikan saja. Mereka tak risih, tak merasa bersalah. Tak ada maaf dimohonkan ketika ada bantahan fakta yang sesungguhnya. Mereka memang sudah 'mabuk politik'.

Bahkan, seorang ibu di kampung yang mengaku setahun tak melihat televisi, apalagi baca surat kabar, dan buku-buku, tapi paling rajin mengopi paste kabar dusta. Ia 'membutakan' dan 'menulikan' diri jika ada yang meluruskan. Ia tak peduli jika NU dan Muhammadiyah berpandangan politik merupakan masalah muamalah bukan akidah; meski ia anggota salah satu ormas itu.

Puncak hoaks di Indonesia, untuk sementara, saya kira yang dilakukan Ratna Sarumpaet. Ia mengaku wajahnya babak belur karena dianiaya, padahal operasi plastik. Jika Ratna yang terpelajar, 'pejuang' HAM, melakukan dusta secara telanjang, apa lagi yang lain? Dari sini dusta-dusta lain pasti akan susul menyusul. 

Jadi, tak mengagetkan hoaks tujuh kontainer surat suara dari Tiongkok yang sudah dicoblos. Tak mengherankan tiga ibu di Karawang membual, jika paslon 01 menang, tak akan ada lagi suara azan, tak ada lagi yang pakai kerudung. Perempuan dan perempuan bisa menikah; laki-laki dan laki-laki bisa menikah. Begitu katanya. 

Tak mengherankan jika di Sulawesi Selatan seorang ibu berdusta mengajak memilih paslon 02, jika tidak, kurikulum agama akan ditiadakan dan pesantren akan dienyahkan. Bukankah Hari Santri yang mencanangkan Jokowi? 

Dalam kenekatan (dan kepandiran) mereka yang berhoaks-berfitnah, hari penting keagamaan seperti Nyepi, Rabu Abu, Puasa Ramadan, yang amat menekankan pengendalian diri jadi amat berarti. 

Namun, saya heran, kenapa di mimbar-mimbar khotbah dan tausiah, sepi dari ajakan dan peringatan bahayanya menyebar kabar dusta dan fitnah. Padahal, kitab suci jelas-jelas menegaskan menyebar kabar dusta ialah dosa besar. Kenapa suara serupa ini sepi?
 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima