Tentang Kebebasan Berpikir

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
04/2/2019 05:30
Tentang Kebebasan Berpikir
()

APA yang kita pikirkan tidak sampai ke publik bila tidak dikomunikasikan. Tidak mengherankan bila ada yang berpandangan kebebasan berekspresi lebih utama ketimbang kebebasan berpikir.

Saya tidak sependapat. Seorang bisu kehilangan sebuah cabang kebebasan berekspresi, yaitu berkomunikasi secara lisan. Seandainya dia pun buta huruf, bertambah satu lagi cabang kebebasan berekspresi yang hilang, yaitu berkomunikasi secara tulisan. Akan tetapi, si bisu dan buta huruf itu masih punya satu kebebasan yang sifatnya mutlak dan tidak terbantahkan, yaitu kebebasan berpikir.

Sejak kapankah seorang anak manusia mulai berpikir? Salah satu jawabnya sejak usia 2 tahun. Pada usia itu sang toddler mulai independen. Ia bicara sejumlah kata-kata, memakai baju sendiri yang mudah, bersepeda roda tiga, dan tidak kalah penting bernyanyi kecil untuk dirinya sendiri.

Seraya bernyanyi kecil untuk diri sendiri itu kiranya sang toddler tengah menikmati kebebasannya berpikir dan sekaligus mengekspresikannya. 'Sekaligus', tetapi saya percaya kiranya berpikir mendahului berekspresi.

Orang yang dikurung di penjara dapat kehilangan kebebasan berekspresi, tapi dia tidak kehilangan kebebasan berpikir. Karena itu, sekali lagi saya setuju dengan pandangan bahwa kebebasan berpikir merupakan hal yang mutlak yang tidak terbantahkan.

Kebebasan berpikir menghasilkan bermacam-macam mutu buah pikiran. Ada pikiran besar, ada pikiran konyol, bahkan tolol. Akan tetapi, setolol-tolol buah pikiran yang diproduksi tidak boleh membuat si produsen dilarang berpikir. Orang tolol pun harus dilindungi kebebasannya berpikir sama seperti melindungi kebebasan berpikir orang pintar.

Kebebasan berpikir berpotensi menghasilkan buah pikiran yang mengganggu kemapanan pikiran umum. Apakah buah pikiran yang mengganggu pikiran umum dapat digolongkan sebagai mengganggu ketertiban umum?

Pikiran umum tidak dengan sendirinya bertautan dengan ketertiban umum. Sepanjang ia berhenti sebagai buah pikiran semata, tidak berlanjut menjadi buah agitasi, buah perbuatan, hemat saya tidak ada ketertiban  umum yang terganggu. Tidak ada ketertiban umum yang terganggu, sekalipun pikiran umum terganggu.

Dalam makna kebebasan berpikir itulah saya ingin menempatkan buah pikiran Rocky Gerung bahwa kitab suci fiksi. Bahkan, saya tidak melihat sejak pikiran 'aneh' itu masuk ke ruang publik mengakibatkan  terganggunya pikiran umum, terlebih terganggunya ketertiban umum. Tidak sama sekali.

Saya pertama kali mengenal Rocky Gerung di masa awal terbitnya majalah berita Editor. Saat itu, ia menulis untuk sebuah kolom di majalah yang kami asuh itu. Hal itu terjadi di akhir 1980-an, di masa orde Baru, di era otoriter.

Dipetik dari ingatan, kendati di era tanpa kebebasan berpendapat, dalam tulisannya itu Rocky Gerung telah mengangkat topik pentingnya diskursus publik. Sebuah bukti bahwa pengajar filsafat di UI itu (statusnya ketika itu) menggumuli perkara kepublikan.

Salah satu pengertian berfilsafat ialah berpikir. Orang yang berfilsafat dapat saja seorang yang cinta naik gunung. Namun, lebih diperlukan bila ia seorang pencinta kebebasan berpikir.

Hemat saya, kebebasan berpikir 'mendahului' kebebasan lainnya yang diatur konstitusi atau undang-undang, seperti kebebasan beragama, kebebasan berserikat, dan kebebasan berpendapat.

Menurut sebuah pandangan, berpikir 'mendahului' eksistensi. Aku berpikir, maka aku ada. Yang tidak berpikir tidak perlu dipandang 'ada'.

Berpikir memiliki aturannya sendiri, hukum-hukum logika. Di situ orang berkutat dengan deduksi atau induksi, tesis, antitesis, dan sintesis. Di situ orang terkena aturan premis mayor-premis minor dalam silogisme.

Di dalam kebebasan berpikir itu Rocky Gerung menyimpulkan bahwa kitab suci fiksi. Apakah kesimpulan itu benar atau salah?

Rocky Gerung tentu punya alasan kuat sampai pada kesimpulan kitab suci fiksi. Alasan kuat itu rasanya perlu penjelasan yang panjang dan mendalam. Kiranya tempatnya bukan di kantor polisi, melainkan di mimbar-mimbar akademik di sekolah-sekolah teologi.

Faktanya ialah mimbar-mimbar itu tidak tertarik, apalagi terusik, terlebih lagi terganggu dengan pikiran Rocky Gerung. Jangan-jangan mereka menilainya hanya sebagai igauan orang yang akalnya sehat yang punya panggung untuk masuk ke ruang publik.

Saya berbeda pilihan capres dengan Rokcy Gerung. Akan tetapi, hal itu tidak menghambat saya untuk membela kebebasannya berpikir, sekalipun buah pikiran yang dihasilkan itu merupakan sebuah igauan yang berbeda dengan pikiran umum.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima