Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
”SAYA tidak akan bisa melupakan bulu tangkis, dunia yang membuat saya bisa memberikan yang terbaik untuk negara dan bangsa.”
Itulah testimoni Liliyana Natsir alias Butet, pebulu tangkis yang pada Ahad (27/1) secara resmi menyatakan pensiun dari olahraga yang ia gekuti selama 24 tahun. Seremoni ’pamit pensiun’ pebulu tangkis berusia 33 tahun itu, dihelat 1 jam sebelum ia dan Tontowi Ahmad (Owi), pasangannya di ganda campuran, berlaga di babak final Indonesia Master 2019. Ribuan penonton pun mengikutinya dengan takzim
Di final Owi/Butet kalah di tangan pasangan nomor satu dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong asal Tiongkok. Namun, nama Butet tetap terpatri di hati para pecinta bulu tangkis Indonesia. Seperti ia ucapkan dalam sambutannya yang penuh haru, lewat bulu tangkis ia telah ’memberikan yang terbaik untuk Indonesia’. Ini bukan janji seperti para politikus, melainkan testimoni prestasi. Sepanjang kariernya, ia telah menorehkan 52 gelar internasional. Prestasi atlet putri yang amat gemilang.
Kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 9 September 1985 dari pasangan Beno Natsir dan Olla Maramis itu menekuni bulu tangkis sejak usia 9 tahun di klub Pisok Manado. Pada usia 12 tahun ia bermigrasi, berlatih di PB Tangkas Jakarta. Pada 2002 ia masuk pelatnas, pada 2004 menekuni ganda campuran, berpasangan dengan Nova Widhianto. Di tangan Butet, ganda campuran menjadi penuh gengsi.
Prestasi demi prestasi pun ia raih, antara lain juara dunia 2005, 2007, dan medali perak Olimpiade Beijing 2008. Pada 2010 Butet berpasangan dengan Owi dan mencetak hattrick All England, yakni 2012, 2013, dan 2014; juara dunia 2013, 2017, dan Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Perjuangan kerasnya mengantarkan Butet menjadi pebulu tangkis terkemuka dunia.
Di tengah dunia politik yang berdebu dan membelah, kata-kata Butet jadi punya arti yang dalam. Dengan badminton, ia dan para pebulu tangkis lain telah memperkuat Indonesia. Bukan membuat punah. Bukan membuat bubar! Dengan begitu banyak prestasi internasional, pastilah berkali-kali pula Merah Putih dikibarkan tinggi-tinggi dan Indonesia Raya berulang kali berkumandang. Artinya berkali-kali Indonesia dikuatkan dan dikukuhkan.
Tak terlalu banyak momen yang membuat sang Saka berkibar tinggi. Muskillah prestasi Butet diraih tanpa kerja keras, dedikasi, kecintaan, dan tanggung jawab yang besar. Ia meyakini betul betapa proses tak akan mengkhianati hasil. Ia suntikkan semangat pantang menyerah kepada para juniornya. Dedikasinya diakui kawan dan lawan. ”Butet selalu memberikan yang terbaik hingga pertandingan terakhirnya,” puji Zheng Siwei, pebulu tangkis asal Tiongkok.
Bulu tangkis yang dicintai Butet memang telah membuat Indonesia harum. Bulu tangkis membuat Indonesia disegani dan dihormati. Ini menjadi kontras dengan sepak bola yang begitu banyak penggemarnya, tetapi begitu sedikit prestasinya; lebih banyak problemnya daripada solusinya.
Bulu tangkis memang telah menjadi oasis ketika kita dahaga akan prestasi. Sejak Olimpiade Barcelona 1992, ketika Susy Susanti dan Alan Budikusuma menyandingkan sepasang medali emas, Indonesia tak pernah sudah mengukir prestasi tinggi, kecuali Olimpade London 2012. Kita juga ’jawara’ Thomas Cup sejak diraihnya pada 1958, yakni 13 kali; dan All England yang melahirkan legenda Rudy Hartono. Belum lagi medali emas di ajang Asian Games, SEA Games, dan kejuaraan dunia perorangan dengan berbagai level.
Pendeknya bulu tangkis, seperti kata Butet, olahraga yang bisa memberikan torehan terbaik bagi bangsa. Pantas kita berterima kasih kepadanya, yang telah menginspirasi demi prestasi. ”Yang memalukan itu ialah menyerah. Tekun berlatih dan raihlah prestasi,” kata Butet. Kita semua, khususnya para pemimpin bangsa, layak belajar dari seorang Butet.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved