Hikayat Darah

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
14/12/2018 05:30
Hikayat Darah
()

"NEGARA kita ini untuk kita semua, untuk seluruh rakyat dan untuk seluruh keturunan bangsa kita," kata Bung Karno.

Sebagai salah satu penggagas Republik, seluruh warga negara ialah pemilik sah Indonesia. Tak berkasta! Ia pun tanggalkan derajat ningratnya, juga beberapa pendiri Republik lainnya.

Dalam sejarah Republik ini, hikayat darah (keturunan) yang dimanipulasi pemimpin memang kerap dipakai sebagai alat menyerang. Bung Karno mungkin tokoh pertama yang menerima serangan itu. Dalam autobiografinya yang ditulis wartawan Amerika Serikat Cindy Adams, Penyambung Lidah Rakyat, ia mengungkapkan, di masa revolusi fisik melawan Belanda yang hendak kembali menjajah, ia diberitakan sebagai anak haram.

Di dalam sebuah artkel surat kabar, Bung Karno dipuji bahwa ia pemimpin yang dinamis, berbeda dengan tipologi orang Jawa yang pemalu dan lambat berpikir. Ia pemimpin cerdas, menguasai tujuh bahasa. Namun, epilog tulisan itu justru untuk menghina sang presiden Indonesia.

Kenapa Soekarno memiliki sifat-sifat yang luar biasa? "Karena Soekarno bukanlah orang Indonesia asli, itulah penyebabnya. Dia adalah anak haram dari seorang tukang kebun dari perkebunan kopi yang melakukan hubungan gelap dengan seorang buruh perempuan pribumi, kemudian menyerahkan bayi itu untuk diadopsi orang lain...."

Dengan geram Soekarno menceritakan fitnah keji pers Belanda itu. Ia ceritakan bahwa ibunya seorang perempuan ningrat Bali dari kasta Brahmana, Ida Ayu. Raja Singaraja yang terakhir ialah paman sang ibu. Adapun sang ayah, Raden Sukemi Sostrodihardjo, keturunan Sultan Kediri. Kedua belah pihak para patriot. Leluhur sang ibu terlibat Perang Puputan, dari sang ayah patriot Perang Diponegoro.

Soeharto juga tak lepas dari kontroversi tentang hikayat darah itu. Majalah POP (Peragaan, Olahraga, Perfileman) No 17 Oktober 1974, misalnya, menulis silsilah Soeharto dengan judul ‘Teka Teki Sekitar Garis Silsilah Suharto’. Majalah hiburan ini mengejutkan karena menulis artikel investigasi yang tergolong serius. Narasumber yang diwawancarai juga beberapa nama penting.

Pop menulis bahwa Soeharto yang lahir di Desa Kemusuk Argamulya, Godean, Yogyakarta, ialah anak lurah keturunan Sultan Hamengku Buwono II, Raden Rio Padmodipuro atau Raden Lurah Prawirowiyono. Setelah lahir pada 8 Juni 1921, Rio menitipkan anak dan istrinya kepada kenalannya bernama Kartoredjo, yang menjadi ulu-ulu (aparat pengairan desa) di Desa Kemusuk.

Nyai Atmopawiro ialah istri pertama Rio. Rio menitipkan anak dan istrinya karena takut ketahuan keluarga istri keduanya, putri wedana keraton, Mas Wedono Jayeng Prakosa. Rio tak pernah lagi bertemu anaknya (Soeharto), tak juga memberi nafkah hingga ia meninggal pada 1962.

Soeharto marah besar dengan artkel itu. POP diberedel dan pemimpin redaksinya dipenjarakan. Rupanya ia ingin biografi dirinya yang dekat dengan rakyat, anak seorang petani. Ia tak mau dikaitkan dengan darah bangsawan. Agaknya, kebangsawanan tak membuat ia nyaman.

Namun, ketika acara lamaran Prabowo Subianto-Siti Hediati Hariyadi di awal 1980-an, Soeharto menceritakan masa kecilnya yang kelam itu, yang diperebutkan antara ayah angkatnya dan ayah kandungnya, dari keraton itu. Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo, dalam buku Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000), merasa heran kenapa sang calon besan itu marah ketika masajalah POP menulis biografinya.

Dalam buku Soeharto, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989) yang ditulis  G Dwipayana dan Ramadhan KH, Soeharto menuturkan bahwa ia anak pasangan Kertosudiro dan Sukirah. Waktu itu sang ayah ialah duda beranak dua, Soeharto anak ketiga Kertosudiro atau anak pertama Sukirah.

Setelah Soeharto lahir, mereka bercerai. Beberapa tahun kemudian Sukirah menikah lagi dengan Atmopawiro yang melahirkan tujuh anak. Kertosudiro menikah lagi dan mempunyai empat anak. Dari kedua versi biografi Soeharto, manakah yang benar?

Biografi Presiden Joko Widodo, sejak perhelatan politik 2014 juga menjadi ramai dibincangkan. Seperti yang telah beredar resmi, Jokowi lahir di Surakarta, 21 Juni 1961, dari pasangan Noto Mihardjo (seorang tukang kayu) dan Sudjiatmi. Ia anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara.

Kedua orangtuanya dari Jawa dan beragama Islam. Semasa kecil keluarga ini hidup serbakekurangan. Namun, tabloid Obor Rakyat pada 2014 menulis bahwa ayah Jokowi keturunan China, Oey Hong Liong, aktivis Partai Komunis Indonesia. Kabar bohong itulah yang hingga kini masih juga beredar.

Beberapa hari silam, mantan kader Partai Gerindra yang kini mendukung calon presiden Joko Widodo-Maruf Amin, La Nyala Mattaliti,  mengungungkapkan bahwa pada Pilpres 2014 ia salah seorang yang menyebarkan isu Jokowi kader Partai Komunis, beragama Kristen, dan keturunan China.

Ia juga mengakui fitnah yang ditulis tabloid Obor Rakyat. Ia pula yang menyebarkan tabloid itu di Jawa Timur dan Madura. April lalu, sesungguhnya Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy terlebih dahulu membuka ihwal pelabelan komunis itu pada Jokowi.

Hikayat darah memang bisa dipakai sebagai senjata untuk menyerang lawan, juga untuk menjaga citra diri. Namun, yang paling keji ialah mereka memanipulasi demi takhta.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima