Bangsa ini Perlu Kesintingan

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
03/12/2018 05:10
Bangsa ini Perlu Kesintingan
()

PERADABAN manusia kiranya memerlukan kesintingan. Tanpa kesintingan tiada kemajuan.

Hanya yang sinting berani keluar dari kotaknya yang nyaman. Si sinting menantang dingin dan panas di luar kotak.

Orang sinting yang perlu duluan disebut ialah Albert Berry. Inilah orang pertama yang berhasil terjun payung dari pesawat terbang. Dia terjun dari ketinggian 457 meter. Parasut dengan garis tengah 11 meter itu baru terbuka setelah Berry terjun 152 meter.

Apa yang terjadi bila payung itu tetap tertutup? Tewas. Itulah kesintingan dalam kewarasan seorang pelopor yang berani mempertaruhkan nyawanya.

Orang sinting berikutnya ialah Charles Darwin. Menolak menjadi dokter, dia memilih mengikuti dorongan hatinya mengumpulkan bermacam-macam kumbang.

Kolektor kumbang itu berlayar selama lima tahun mengunjungi empat benua. Di Kepulauan Galapagos, sekitar 1.000 km pantai barat Ekuador, dia berlabuh selama lima pekan. Di situ dia mempelajari pipit dan kura-kura. Selama berlayar dia punya banyak waktu untuk tidak berbuat apa pun, selain membaca dan merenung, berefleksi.

Darwin melihat bagaimana transmutasi terjadi. Binatang yang cocok dengan lingkungannya hidup lebih lama dan lebih banyak punya generasi muda. Kemudian kita tahu dia penemu teori evolusi.

Orang sinting lainnya ialah Vincent van Gogh. Pelukis termasyhur itu dalam satu dasawarsa mampu menghasilkan 2.100 karya seni. Sinting dalam arti sebenarnya, di dalam sebuah kemarahan dia menggunting telinga kirinya dengan pisau cukur.

Indonesia juga punya pelukis dengan kesintingan yang alamiah. Pada usia yang semakin tua, Affandi berhadapan dengan kenyataan, inspirasi datang demikian cepat. Namun, tangan tuanya terlalu lamban menggunakan kuas untuk mengekspresikan sang inspirasi ke kanvas.

Kesintingan datang. Kuas ditinggalkan. Tangannya menggantikan kuas, berlumur cat minyak. Lahirlah lukisan teknik pelototan. Hemat saya, kita rindu lahir maestro-maestro sinting.

Semua itu kesintingan personal. Orang-orang dengan kesintingan kreatif. Bagaimana dengan kesintingan lembaga? Rasanya kita perlu kesintingan lembaga seperti KPK.

Gelar sinting KPK itu diberikan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah saat menanggapi pernyataan Ketua KPK Agus Rahardjo yang bilang, operasi tangkap tangan (OTT) bisa saja dilakukan setiap hari jika personel KPK memadai.

Kata Agus, dia tidak mencari-cari kesalahan. Pernyataannya itu karena masih banyak pejabat di Republik ini yang tidak jera korupsi.

Fahri menilai cara berpikir KPK salah. "Gila ini, otak kita ini diputernya ke arah yang salah. Iya kan?" Keberhasilan KPK mestinya diukur dari berkurangnya korupsi. Bukan malah bangga bisa OTT setiap hari. Dia bahkan menilai KPK sinting.

Apakah Fahri keliru? Tidak. Negeri ini memang memerlukan lembaga sinting seperti KPK.

Di Republik ini korupsi menjadi arus besar yang normal. Pejabat tidak korupsi pejabat tidak normal. Karena itu, kita perlu lebih banyak lagi yang sinting-sinting, orang atau lembaga yang tidak normal yang menolak korupsi, bahkan melawannya dan menghabisinya.

Kalau sampai tiap hari KPK bisa melakukan OTT, ini negeri memang negeri sinting. Bukan mustahil bisa pula terjadi kesintingan sangat sinting, suatu hari KPK meng-OTT dirinya sendiri. Kenapa?

KPK sangat berkuasa. Kekuasaan cenderung korup. Karena itu, kontrol dan kendali diri di dalam tubuh KPK yang dinilai sinting itu harus tetap dilaksanakan dengan sinting agar pembersih tetap bersih. Bangsa ini perlu kesintingan.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima