Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
BERIKUT ini pertanyaan mengganggu kewarasan, manakah yang lebih buruk terlalu banyak 'mulut' atau terlalu banyak 'telinga'?
Pertanyaan itu bisa jadi membutuhkan 'hari-hari nyepi' untuk menjawabnya, yaitu ketika 'hati' yang 'bicara' (sebagai mulut), dan 'hati' pula yang mendengar (sebagai 'telinga').
Kenyataan mungkin lebih parah, yaitu terlalu banyak 'mulut' untuk terlalu sedikit 'telinga' yang sudi mendengarkan. Di lain pihak, banyak 'telinga' bahkan mayoritas ingin mendengarkan, tetapi sedikit 'mulut' yang patut didengar.
Di ruang publik bisa terjadi apa yang disebut David Foster Wallace sebagai 'total noise', berisik total. Bukan karena kita kebanjiran informasi, melainkan karena kita kebanjiran kecerewetan, bahkan kebohongan.
Di dunia yang waras kemajuannya yang terjadi ialah banjir informasi itu dipertarungkan dengan banjir pengetahuan. Bukan dipertarungkan dengan kecerewetan apalagi kebohongan.
Karena itu, meminjam pikiran David Foster Wallace jelas menjadi sangat urgen di ruang publik orang menjernihkan fakta, konteks, dan perspektif agar 'mulut' yang berkeadaban bertemu dengan 'telinga' yang berkeadaban pula.
Fakta bohong mestinya mudah dipatahkan dalam konteks yang memang bukan jalinannya. Bukankah teks melekat pada jalinannya, tidak terkecuali fakta sebagai teks? Namun, kemiskinan perspektif membuat kebohongan dipercaya.
Fakta bohong itu contohnya Jokowi hadir pada waktu DN Aidit pidato pada 1955. Padahal, Jokowi belum lahir. Ia lahir 1961. Tidak benar Jokowi PKI, tetapi 6% responden dikabarkan percaya. Begitu buruknya perspektif.
Orang sabar besar pengertiannya. Itu kata orang suci. Ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Nasihat yang dipegang ialah janganlah terburu-buru dengan mulutmu. Kenapa? Karena mulut licin mendatangkan bencana.
Akan tetapi, fakta bohong tidak boleh dibiarkan berlama-lama diterima sebagai fakta yang benar, bahkan diyakini benar. Karena itu, harus dilawan.
Sampailah orang di tapal batas berdiam diri, sampai di titik yang 'manusiawi'. Bahkan, semut kalau diinjak melawan, menggigit, kata Erick Thohir, Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin. Apalagi manusia. Kemudian, meluncurlah kata 'tabok' dari mulut Jokowi, yang memang manusia bukan malaikat.
Jokowi ialah manusia yang memimpin negeri ini. Negeri mana pun tidak memerlukan malaikat untuk menjadi pemimpin. Pemimpin bagaimanakah yang kita perlukan?
Jawabnya yang paling pendek ialah ‘Pemimpin yang menaklukkan konteks’. Sesungguhnya itulah yang terus dilakukan Jokowi sebagai pemimpin dan kiranya itu pula yang tetap dilakukannya untuk masa jabatan kedua.
Pemimpin menaklukkan konteks merupakan pendapat C Carter-Scott. Katanya, antara lain inilah pemimpin yang mengilhami kepercayaan karena melakukan berbagai hal yang benar.
Pemimpin yang melakukan hal yang benar demi kemaslahatan publik, kemaslahatan rakyat banyak, tentu tidak takut untuk 'menabok' pembohong, pembuat, dan penyebab hoaks yang meracuni rakyat.
Menabok dengan tangan atau fisik bukan zamannya lagi. Ini zaman menabok dengan kata-kata, dengan kebernasan pikiran, dengan kebesaran hati, dan pada titik tertentu dengan penegakan hukum.
Tabokan paling berkhasiat dari pemimpin penakluk konteks tentulah keteladanan integritas dalam dirinya. Presiden yang bangga anaknya menjadi pedagang martabak kiranya pemimpin sederhana penakluk konteks yang mana pun di negeri ini.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved