Kejutan BI Rate

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
17/11/2018 05:30
Kejutan BI Rate
()

DI luar dugaan banyak pihak, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan, 7 days repo rate menjadi 6%. Dengan proyeksi inflasi 3,2%, Indonesia bisa memberikan real yield 2,8%, tertinggi di antara emerging markets. Kebijakan itu diharapkan bisa membuat pasar uang Indonesia menjadi lebih menarik dan dengan itu akan membuat nilai tukar bisa lebih stabil.

Langkah BI mendapat apresiasi dari banyak kalangan. BI lagi-lagi disebut ‘mendahului kurva’ (ahead the curve) dalam menjadi stabilitas moneter. Pasar diperkirakan masih menghadapi ketidakpastian karena Bank Sentral AS diprediksikan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya pada Desember mendatang.

Arus modal yang sempat keluar memang secara perlahan mulai masuk lagi ke Indonesia. BI berharap dengan kebijakan terakhir ini investor asing melihat Indonesia sebagai tempat yang menarik untuk menyimpan modal mereka. Kalau itu terjadi, bisa membantu mengamankan cadangan devisa sekaligus menstabilkan nilai tukar rupiah.

Hanya saja, kita tidak bosan untuk mengingatkan, kebijakan moneter tidak bisa berjalan sendirian. Harus ada kebijakan fiskal yang memadai agar manfaatnya bagi perekonomian nasional bisa lebih optimal.

Awal bulan ini kita mendapatkan berita, peringkat kemudahan berusaha di Indonesia turun dari semula peringkat ke-72 menjadi ke-73 dunia. Memang nilainya naik, tetapi kenaikan nilai kita itu kalah cepat jika dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia yang berada pada peringkat ke-15 atau Thailand yang berada pada peringkat ke-27.

Data itu menunjukkan, kita belum optimal untuk menggarap sektor riil sebagai pemacu pertumbuhan. Masih banyak hal-hal yang membuat investasi maupun kegiatan bisnis di dalam negeri belum berputar seperti yang diharapkan. Kita bersyukur masih bisa tumbuh di atas 5%. Namun, itu pun sudah menyebabkan defisit transaksi berjalan meningkat cukup signifikan.

Kita tidak boleh cukup puas dengan masuknya dana portofolio untuk memperkuat nilai tukar dan memperbesar cadangan devisa. Yang kita butuhkan ialah peningkatan cadangan devisa akibat bergeraknya sektor riil sehingga ekspor meningkat dan ada surplus perdagangan.

Satu lagi yang laten sehingga membuat defisit neraca transaksi berjalan kita selalu membengkak ialah defisit pada sektor jasa. Angkutan barang menjadi penyumbang defisit jasa terbesar karena kita tidak memiliki angkutan laut yang kuat. Setiap tahun setidaknya US$12 miliar kita harus keluarkan untuk pembiayaan transportasi barang.

Sudah berpuluh-puluh tahun kita ketahui akar persoalan yang kita hadapi, tetapi tidak ada langkah nyata yang bisa dilakukan. Akibatnya defisit neraca transaksi berjalan merupakan momok yang menghantui dan mudah dimanfaatkan orang untuk mengoyahkan stabilitas moneter.

Ironisnya, kita kemudian harus menggunakan instrumen moneter untuk menstabilkannya. Seperti sekarang kita terus harus menaikkan suku bunga acuan BI untuk membuat nilai tukar rupiah tidak terdepresiasi terlalu dalam. Padahal, kenaikan tingkat suku bunga acuan cepat atau lambat akan menjadi beban bagi sektor riil.

Ibarat komedi putar kita tidak pernah beranjak ke mana-mana. Perbankan terus berjuang untuk mencegah meningkatnya kredit bermasalah. Dunia usaha berusaha untuk tidak sampai gulung tikar. Pemerintah terus menggenjot pajak agar defisit anggaran tidak melebihi batas 3% dari produk domestik bruto yang ditetapkan. Namun, defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan tetap menjadi masalah yang membebani.

Dibutuhkan ada kebersamaan dari semua kementerian untuk membuat kebijakan yang saling menopang. Tidak mungkin kita bisa memutus lingkaran setan ini apabila tidak ada kebijakan yang terorkestrasi. Kebijakan sendiri-sendiri seperti yang dilakukan sekarang tidak pernah akan menyelesaikan akar persoalan yang kita hadapi.

Kita bisa memulai dengan fokus kepada lima industri unggulan yang sudah ditetapkan mulai dari tekstil dan produk tekstil, makanan dan minuman, otomotif, elektronik, dan kimia karena akan bisa menyerap 17 juta tenaga kerja. Kemudahan harus diberikan karena lima industri ini akan menjadi andalan ekspor. Secara bersamaan kita dorong sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan karena ini menopang kebutuhan pangan rakyat.

Baru kemudian sektor lain ,seperti pariwisata, ekonomi kreatif, teknologi informasi dikembangkan karena bisa melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah. Sektor energi, pekerjaan umum, perhubungan kita minta untuk menyediakan infrastruktur yang memadai agar konektivitas menjadi lebih efisien.

Urusan perizinan dan perpajakan harus dibuat bersahabat agar investor mau mempertaruhkan modalnya untuk berinvestasi di Indonesia. Apalagi, kalau polisi dan tentara bisa menciptakan keamanan dan ketertiban. Kebijakan moneter seperti yang dilakukan sekarang tidak hanya menjadi gimmick, tetapi juga bagian untuk memperkukuh perekonomian nasional.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima