Ketika Rupiah Menguat

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
10/11/2018 05:30
Ketika Rupiah Menguat
()

SEPEKAN terakhir ini kita melihat terjadinya pembalikan pada nilai tukar rupiah. Rupiah yang sempat tertekan mendekati Rp15.000 per dolar AS, sekarang mengalami penguatan. Nilai tukar bahkan sempat berada pada kisaran Rp14.500 per dolar AS.

Fenomena ini menunjukkan pasar uang sering kali bergerak di luar logika. Persoalan persepsi dan bahkan spekulasi jauh lebih kuat daripada fundamental ekonominya. Itulah yang membuat kita tidak perlu panik dan bahkan menepuk dada ketika nilai tukar bergerak naik atau turun.

Kita angkat topi kepada Bank Indonesia yang dengan kepala dingin menghadapi situasi. BI cepat belajar untuk tidak ikut dalam permainan pasar. Intervensi hanya dilakukan pada saat yang tepat, tidak lagi harus terpengaruh oleh isu 'batas psikologis' yang tidak jelas ukurannya.

Pada akhirnya, setiap orang dari kita akan membutuhkan rupiah karena kita tinggal di republik yang transaksinya menggunakan rupiah. Sebanyak apa pun mata uang asing yang dimiliki, akhirnya harus ditukar kembali ke rupiah untuk keperluan sehari-hari.

Berulang kali kita sampaikan, kita harus belajar kepada bangsa Jepang. Mata uang mereka setiap saat bergejolak terhadap dolar AS. Bisa satu saat nilai yen tertekan sampai 125 yen per dolar AS, tetapi bisa kemudian menguat sampai 90 yen per dolar AS. Namun, masyarakat Jepang tidak pernah panik menghadapi keadaan itu.

Mereka tetap berproduksi seperti biasanya. Mereka justru beruntung ketika yen melemah karena produk mereka menjadi sangat kompetitif di pasar dunia. Sebaliknya ketika yen menguat, mereka memperkuat stok kebutuhan produksi karena dengan yen yang lebih sedikit bisa mendapatkan stok bahan baku produksi yang lebih banyak.

Ciri negara yang terlalu mengandalkan kepada barang mentah, mereka selalu panik ketika nilai mata uangnya melemah. Itulah yang membuat kita selalu mengingatkan agar perekonomian negara ini harus didorong kepada industri yang bernilai tambah tinggi.
Pekerjaan rumah yang harus kita terus selesaikan ialah membangun industri yang berbasis kepada kekuatan sumber daya alam kita. Membangun industri itu bukan hanya sekadar membangun pabrik. Yang lebih penting ialah mempersiapkan infrastruktur untuk menopang industri yang akan kita bangun itu.

Infrastruktur yang paling penting untuk menjadi negara industri ialah sumber daya manusia. Kita harus memiliki tenaga terampil yang mampu  menjalankan industri yang akan kita bangun itu. Sekarang ini kita justru menghadapi masalah ketika hendak membangun industri karena banyak barang modal yang harus kita impor.

Defisit neraca transaksi berjalan selalu meningkat ketika kita hendak mendorong pertumbuhan. Hal itu terjadi karena tingginya ketergantungan kita kepada barang modal. Terutama permesinan harus kita impor karena kita tidak memiliki cukup tenaga ahli yang bisa menghasilkan itu.

Revolusi industri 4.0 yang akan kita masuki harus diawali dari revolusi di bidang pendidikan. Tidak mungkin kita akan mampu menjawab tantangan kalau hanya 19% dari mahasiswa kita yang mau menggeluti bidang teknik. Kita harus mendorong anak-anak muda untuk menguasai teknologi agar kita bisa menjadi negara industri maju.

Untuk itu harus ada affirmative action. Secara sengaja kita batasi anak-anak yang memilih ilmu-ilmu sosial dan harus lebih banyak anak yang kita dorong masuk ke bidang teknik. Kita harus berani seperti Tiongkok yang mampu melakukan lompatan besar karena secara khusus mendidik anak-anak bangsa itu untuk mendalami ilmu dasar dan teknologi.

Kita bisa lihat bagaimana Tiongkok dalam waktu yang begitu pendek kemudian bisa menghasilkan produk-produk teknologi yang dulu harus mereka impor. Bahkan, bukan hanya teknologi rendah yang mereka kini kuasai, melainkan juga teknologi tinggi, mulai otomotif sampai kereta cepat.

Arah pembangunan harus dirumuskan secara tepat karena tidak ada yang tidak mungkin kita lakukan sepanjang semua dibuat dengan perencanaan yang benar. Kita lahirkan anak-anak muda yang bisa menaklukkan tantangan dan berikan ruang yang cukup bagi mereka untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan.

Indonesia mempunyai kesempatan besar untuk menjadi negara besar. Kita bukan hanya memiliki sumber daya yang beragam, melainkan juga manusia-manusia produktif yang bisa didayagunakan. Apalagi kita juga memiliki pasar besar dengan daya beli yang juga besar. Kita tinggal membutuhkan pikiran besar, bukan membesar-besarkan hal-hal yang terlalu remeh-temeh seperti naik-turunnya nilai tukar rupiah.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima