Pahlawan

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
09/11/2018 05:10
Pahlawan
()

PAHLAWAN itu bernama Eko Yuli Irawan. Ketika di dalam negeri kita tengah bertengkar sengit hal ihwal terkait dengan politik, di luar negeri Eko Yuli mengukir prestasi tinggi. Ia meraih tiga medali emas di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 di Ashgabat, Turkmenistan, Sabtu pekan lalu. Merah Putih pun terkerek tinggi dan Indonesia Raya bergema berkali-kali.

Turun di nomor 61 kg, Eko tak hanya menjadi juara dunia, tapi juga memecahkan dua rekor dunia untuk total angkatan (317 kg) dan angkatan clean and jerk (174 kg). Di final, pria berusia 29 tahun itu mengalahkan dua atlet Tiongkok. Inilah pahlawan angkat besi yang diraih atas perlawanan terhadap kemiskinan keluarganya.

Eko merupakan bagian dari beberapa lifter Indonesia yang bertanding di Ashgabat yang juga menjadi ajang kualifikasi cabang angkat besi menuju Olimpiade Tokyo 2020. Dengan segala optimisme, ia memang ingin menorehkan prestasi tertinggi di olahraga dunia multicabang itu. Namun, dengan atau tanpa medali emas Olimpiade, sesungguhnya tak bisa menggugurkan fakta bahwa pria kelahiran Desa Tejo Agung, Metro, Lampung, itu merupakan pahlawan angkat besi.
Cerita hidup Eko ialah cerita pada umumnya anak-anak miskin di perdesaan Indonesia yang tangguh. Sejak sekolah dasar ia menggembala kambing milik tetangga demi menambah ekonomi ayahnya sebagai penarik becak. Ia mula-mula hanya melihat kesibukan orang-orang berlatih angkat besi di sebuah klub di desanya. Namun, ketika sang pelatih klub itu menawarinya bergabung, semangatnya pun tak terbendung.

Bahkan, di masa kanak-kanak ia harus berpisah dengan kedua orangtuanya karena tawaran berlatih di tempat jauh, Bogor, di bawah pelatih Yon Daryono dan Joni Firdaus. Eko kecil pun larut dalam tangis, tapi sebuah tekad telah ditancapkan. Ia harus fokus menuju satu titik. Sejak itu, hari-hari Eko ialah hari-hari latihan penuh disiplin, hari-hari berbeda dengan anak-anak sebayanya yang asyik bermain.

Tentu, sebelum melangkah ke kejuaraan Asia Tenggara, di tingkat nasional ia telah berkali-kali meraih prestasi. Namanya mulai bergema luas sejak menjadi juara dunia junior angkat besi pada 2007. Sejak 2009 ia meraih empat medali emas SEA Games, perhelatan dua tahunan itu.

Ia hanya gagal di SEA Games 2017, tapi menebusnya dengan amat gemilang di Asian Games 2018 di Jakarta. Emas yang ia raih berkat latihannya di Padepokan Gadjah Pringsewu, Lampung, milik Imron Rosadi yang mendunia itu. Di Asian Games sebelumnya, Eko dua kali meraih medali perunggu.

Ayah dua anak itu menjadi satu-satunya atlet Indonesia yang tiga kali menyabet medali di ajang Olimpiade secara berturut-turut; perunggu di Beijing (2008) dan London (2012), serta perak di Rio de Janeiro, Brasil (2016). Ia beberapa kali cedera, tapi selalu bangkit dan tak pernah sepi prestasi.

Tentulah di dunia angkat besi, yang amat layak disebut pahlawan ialah Imron Rosadi. Padepokan miliknya telah melahirkan ratusan atlet, termasuk lifter kelas dunia, antara lain Sutrisno, Lisa Rumbewas, Sri Wahyuni Agustiani, Triyatno, dan Eko sendiri. Imron yang terlahir bernama Liu Nyok Siong seperti ditakdirkan untuk mendedikasikan hidupnya bagi angkat berat dan angkat besi.  

Pria yang kini berusia 73 tahun itu tak segan-segan mengeluarkan duit pribadi untuk mengirim para atletnya berlaga di luar negeri. Imron pun memperjuangkan agar para atlet pascajuara dunia memiliki masa depan. Berkat Imron, sedikitnya 20 atlet menjadi pegawai negeri. Berkat dedikasinya yang tinggi, ia mendapat Anugerah Bintang Mahaputra dari tiga presiden Indonesia.

Yang luar biasa, Imron menawari kaum marginal untuk berlatih. Misalnya, mereka yang bekerja sebagai buruh, tukang becak, atau pemulung, tapi memiliki postur tubuh lumayan bagus, diajak bergabung. Kalau anak sekolahan, kata Imron, tak mau olahraga berat seperti angkat besi.

Anak-anak miskin justru bisa dibentuk jiwa dan mental mereka untuk menjdi atlet yang pantang menyerah alias tangguh. Anak-anak tak berpunya itu ia manjakan berlatih dengan peralatan canggih, menginap di asrama, makan bergizi tiga kali, semuanya gratis. Bahkan, mereka mendapat uang saku. Di tangan Imron, di padepokan yang ia dirikan pada 1970 itu, sedikitnya begitu banyak medali baik tingkat ASEAN, Asia, bahkan dunia. Ia ‘empu’ angkat besi dari Pringsewu.
Eko Yuli, peraih banyak medali, sang juara dunia, juga pernah merasakan tangan dingin sang ‘empu’. Eko kini menjadi salah satu inspirasi atlet dan calon atlet angkat besi; dan Imron menjadi inspirasi atas dedikasi yang luar biasa bagi pengembangan olahraga ini. Dua-duanya pahlawan.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima