Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SPRINTER Saptoyogo Purnomo kembali mempersembahkan medali emas Asian Para Games (AiPG) Hangzhou 2022 untuk lomba lari nomor 200 m, usai dua hari sebelumnya gemilang di nomor 400 meter.
Selain pelari emas NPC Indonesia itu, sepanjang Rabu (25/10) sejumlah cabor yang diikuti kontingen Merah-Putih juga menyabet emas. Seperti boccia dan lawn bowls. Kemudian cabor para balap sepeda menambah perak dan perunggu.
Dalam perlombaan yang berlangsung di Huanglong Sports Center Stadium, Rabu (25/10), Saptoyogo tampil luar biasa untuk finis terdepan, dengan catatan waktu 23.34, yang disusul perak oleh pelari Arab Saudi, Ali Yousef Alnakhli ddengan waktu 24.75 detik dan perunggu oleh Shreyansh Trivedi (India) dengan catatan waktu 25.26 detik.
Baca juga : Indonesia Peroleh Emas Pada Blind-Judo di Asian Para Games 2022 Hangzhou
Yogo memperlihatkan performa impresif pada nomor-nomor perlombaan yang dijalaninya. Terbukti dia mampu membawa pulang dua medali emas untuk Indonesia usai bersaing dengan lawan beratnya.
"Terutama di nomor 200 meter lawan terberat datang dari India dan Arab Saudi. Lawan-lawan yang saya hadapi tadi memang sangat tangguh," ungkap Yogo dengan nada bahagia.
Baca juga : Rebut Perak Paraangkat Berat, Ni Nengah Widiasih Akui Wakil Tiongkok Lawan Berat
Keberhasilan Yogo merebut emas lari 200 m T37 putra merupakan emas kedua darinya atau kepingan emas ketiga dari para-atletik Indonesia. Sebelumnya Yogo mampu tampil tercepat di lari 400 m T37 putra, dua hari lalu.
Dengan demikian, tim para-atletik sudah mengumpulkan 3 medali emas, 2 medali perak dan 2 medali perunggu.
Kepala pelatih tim para-atletik Slamet Widodo mengatakan anak-anak asuhannya masih memiliki peluang merebut medali di nomor-nomor unggulan.
Sayangnya harapan Indonesia untuk menambah emas dari Kharisma Evi Tiarani yang seharusnya berlomba di lari 100 m T44/T64 harus digeser ke nomor lomba T42/T63 karena tidak ada peserta di kategori T44/T64.
"Karena di kategori T44/T64 yang harus diikuti Kharisma Evi tidak ada peserta jadi nomor lombanya ditiadakan. Kami sangat menyayangkan keputusan itu karena Kharisma Evi diunggulkan untuk mendapat medali emas," imbuh Slamet.
Sementara cabor boccia Indonesia juga tampil sangat impresif menyumbang medali emas dan satu perunggu. Medali emas datang dari atlet boccia Indonesia, Felix Ardi Yudha di nomor BC2 yang sebelum berangkat hanya ditarget perunggu.
Partai final nomor BC2 putra yang berlangsung di Hangzhou Gymnasium itu cukup sengit. Yudha yang melawan atlet asal Malaysia Lee Chee Hoong merasakan tekanan-tekanan di awal permainan.
Namun Yudha mampu mengantisipasi serangan lawan dengan tenang. Hingga akhirnya mampu unggul dengan skor akhir 5-3.
"Jalannya pertandingan di awal dari N1-N3 sengit tapi masih bisa mengontrol diri, kontrol emosi serta mengikuti saran pelatih dan melakukan yang terbaik. Alhamdulilah hasilnya maksimal," ungkap Yudha, usai pertandingan.
Yudha telah bertemu saingan terberatnya hingga masuk ke partai final. Untuk meraih medali emas, Yudha selalu bermain dengan mengontrol emosi.
Menariknya, ini kali ketiga Yudha bertemu Chee Hoong. Dua pertandingan sebelumnya Yudha selalu dikalahkan, namun kali ini dia membalasnya dengan kemenangan manis di podium tertinggi kelas BC2 putra.
"Saya mengucapkan terimakasih untuk para pelatih, tim boccia Indonesia dan NPC Indonesia telah mendoakan dan mendukung saya di Asian Para Games," lanjut Yudha.
Sementara medali perunggu diraih Muhammad Afrizal Syafa di kelas BC1 putra.di luar dugaan boccia Indonesia mampu membuat kejutan dengan mendongkrak prestasi dari perunggu menjadi medali emas. Kepingan emas berasal dari Felix Ardi Yudha yang juara di nomor BC2 putra.
Kepala pelatih boccia Indonesia Islahuzzaman Nur Yadin mengungkapkan prestasi boccia Indonesia menunjukkan peningkatan performa yang signifikan. Pasalnya pada gelaran Asian Para Games 2018, debut boccia Indonesia belum membuahkan hasil, namun kini mampu merebut medali emas.
"Perkembangan dari 2018 belum membuahkan hasil, tahun 2019 sudah mulai aktif ikut kejuaraan kemudian 2022 persiapan ASEAN Para Games Solo berhasil merebut satu emas. Kemudian di APG Kamboja dapat 2 emas dan di Asian Para Games kita pecah telur emas," kata Islah, sapaan Islahuzzaman Nur Yadin.
"Prestasi ini sudah melampaui target, karena awalnya memang kepastian medali perunggu. Lalu ketika kita melihat lawan, medali emas masih 50:50, tapi akhirnya bisa kita raih," ungkap Islah.
Tim Boccia Indonesia masih akan melakukan satu pertandingan secara team BC1/BC2 yang akan diawali Handayani, Muhammad Bintang Satria Herlangga, Felix Ardi Yudha pada 26 dan 27 Oktober mendatang.
Langkah tim boccia Indonesia tak berhenti di AiPG Hangzhou 2022 saja, melainkan ada target yang lebih tinggi untuk diraih yakni mampu menjadi representasi Indonesia dalam ajang Paralimpiade Paris 2024.
Lawn Bowls
Kepingan emas untuk Indonesia juga datang dari Kacung yang berlaga di lawn-bowls nomor tunggal putra B2. Kacung mengalahkan wakil Malaysia, Muhamad Ayub, di Hangzhou Wenhui School Lawn Bowls Green, Hangzhou, Tiongkok pada Rabu (25/10)
Bermain di Green 1 Rink 5, Kacung terus mendominasi sejak end pertama. Pertandingan berdurasi dua jam tersebut berlangsung sepanjang 15 end dan Kacung keluar sebagai kampiun dengan skor 15-8.
Pencapaian Kacung ini merupakan kejutan, pasalnya ia hanya dipatok medali perunggu. Pelatih Rumi Iqbal Doewes mengungkapkan prestasi ini tak lepas dari upaya keras Kacung dalam menjalani latihan.
Memang targetnya Mas Kacung adalah perunggu, namun di hari ini tampil sangat luar biasa bisa meraih emas. Hasil ini merupakan suatu hal yang luar biasa," terang Rumi.
Keberhssilan Kacung meraih emas Lawn Bowls mendapatkan apresiasi Chef de Mission (CdM) Angela Tanoesoedibjo yang mengikuti pertandingan dari pinggir lapangan.
"Turut bangga, turut bahagia, apalagi lawannya ini kita tahu secara historis selalu unggul kadang juga Mas Kacung yang unggul jadi selalu ganti-gantian gitu, ya," tutur Angela. (Z-5)
Tiongkok jadi negara pertama peraih medali emas di Olimpiade Paris 2024
Upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 akan bergulir Sabtu (27/7) dini hari WIB. Meski begitu sejumlah cabang hraga (cabor) sudah mulai dipertandingkan sejak sebelum pembukaan.
Salah satu anggota delegasi Olimpiade Inggris Raya yang paling berprestasi, Charlotte Dujardin, telah mengundurkan diri dari Olimpiade Paris 2024
Awalnya, Rio Waida dan keluarganya tinggal di Jepang. Kemudian saat Rio berumur lima tahun, ia dan keluarganya pindah ke Indonesia.
Zohri finis dengan catatan waktu 10,19 detik, lebih cepat dari pelari Malaysia Muhammad Azeem Mohd Fahmi dengan waktu 10,37 detik.
Tim nasional para-angkat berat Indonesia meraih kesuksesan dengan enam medali dalam Pattaya 2024 Para Powerlifting World Cup di Thailand.
Eni Joe memaknainya sebagai The Beautiful Heart for Difabel, meskipun dengan segala keterbatasannya atlet difabel mampu turut serta mendukung dan melestarikan budaya Indonesia.
Muhadjir menegaskan pemberian hadiah rumah tidak berdasarkan jumlah medali yang didapatkan oleh para atlet, tetapi secara perorangan.
Kontingen Indonesia berhasil melebihi target dengan koleksi 29 medali emas, 30 perak, dan 36 perunggu
Torehan 95 medali tersebut membuat kontingen Merah Putih duduk di peringkat enam memenuhi target 10 besar dan juga melewati incaran target 19 emas.
Emas pertama datang dari Jendi Pangabean di nomor 100 m gaya punggung S9. Jendi berhak atas medali emas dengan catatan waktu 1:05,74 menit.
Satu medali emas diraih oleh Sri Sugiyanti yang dipiloti Ni’mal Magfiroh di nomor Women’s B Road Race dengan jarak tempuh 70km.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved