Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENGAMAT Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan bahwa fenomena El Nino merupakan bencana yang dapat berdampak langsung kepada berkurangnya air untuk budidaya pertanian.
Ia memperkirakan, fenomena El Nino ini juga akan lebih merugikan dampaknya ketimbang dengan fenomena La Nina.
"El Nino juga memungkinkan penambahan luas tanam/panen di lahan-lahan rawa dan pasang surut. Akan tetapi secara umum penambahan tersebut lebih kecil ketimbang penurunan luas panen akibat kekeringan," ujar Khudori saat dihubungi, di Jakarta, Rabu (19/7).
Baca juga : Kementerian Pertanian Dampingi Petani Siap Hadapi Kemarau Panjang
Oleh karena itu, ia melanjutkan, Antisipasi dan mitigasi yang direncanakan pemerintah itu harus benar-benar bisa dieksekusi di lapangan. Jika itu semua dilakukan, seharusnya dampak El Nino tersebut tidak akan terlalu besar.
Baca juga :
Baca juga : BMKG: El Nino Ancam Produktivitas Pertanian
"El Nino dan La Nina itu frekuensinya makin sering berulang 2-3 tahun sekali. Saya yakin, K/L teknis sudah terbiasa dengan antisipasi dan mitigasi. Tinggal memastikan antisipasi dan mitigasi itu betul-betul bisa dieksekusi di lapangan dan petani betul-betul bisa disiapkan untuk mengantisipasinya," ucapnya.
Lebih lanjut, Khudori menjelaskan, berdasarkan informasi BMKG sampai hari ini perkiraan El Nino skalanya antara rendah dan sedang.
Ia menyebut, dampak El Nino hingga saat ini belum terasa ke pertanian. Namun, perlu tetap diwaspadai dampak langsung dari El Nino tersebut yang dapat mengurangi debit air untuk pertanian.
"Tidak seperti banjir yang berdampak segera dan jangka pendek. Kekeringan akibat menurunnya ketersediaan air itu seperti bencana merangkak, pelan-pelan tidak terasa, tapi dampaknya lebih berat," kata Khudori.
Sebelumnya, lanjut Khudori, fenomena El Nino berat juga pernah terjadi pada tahun 1997-1998 atau 2015, di mana dampaknya cukup terasa. Akan tetapi Khudori mengatakan, seberapa besar dampak El Nino kali ini, masih belum diketahui.
"Semoga skalanya hanya sedang atau moderat dan dampaknya tidak begitu besar," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya telah menyiapkan beberapa daerah penyangga dampak El Nino dari sisi ketahanan pangan. Daerah tersebut berada di Jawa dan luar Jawa.
Khudori mengatakan, enam provinsi yang digunakan penyangga tersebut merupakan lumbung padi. Dimana enam provinsi itu merupakan provinsi penghasil padi yang cukup besar.
Bahkan, Sulawesi Selatan dan Lampung, kata Khudori, merupakan dua provinsi dengan surplus padi/beras yang besar.
"Dugaan saya, kenapa fokus ke 6 provinsi karena wilayah itu sebagai produsen pangan, terutama padi. Tentu fokus kepada 6 provinsi itu bukan berarti mengabaikan Jawa. Karena sampai saat ini Jawa merupakan produsen pangan terbesar yang belum tergantikan," jelasnya. (Z-8)
Kalau musim kemarau sawah menganggur. Setahun tidak bisa digarap dua kali
Kekeringan rawan terjadi di Kecamatan Cipatujah, Cikalong, Pancatengah, Cineam, Karangjaya, Culamega, Cibalong, Kadipaten, Salawu, Tanjungjaya, Pageurageung dan Kecamatan Sukaresik.
Cuaca panas yang melanda Kota Padang selama dua bulan terakhir menyebabkan beberapa kawasan mengalami kekeringan, termasuk Bukit Gado-Gado, Air Manis, Seberang Palinggam, Rawang, dan Batang
Hasil pendataan wilayah rawan potensi kekeringan menurut Mikron adalah Pangkalpinang, Kelurahan Bukit Merapin, Kelurahan Sriwijaya, Kelurahan Bukit Besar, Bukit Baru, Kelurahan Temberan.
Puluhan hektare sawah di Purwakarta terancam gagal panen setelah pasokan air mengering.
ribuan hektare sawah yang terancam kekeringan tersebar hampir seluruh wilayah. Namun paling rawan berada di 49 desa dari 6 kecamatan meliputi Sindangkerta, Saguling, Cipongkor, Cipatat
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved