Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Sirkuit Demit dalam Bingkai Ilustrasi Tatang Ramadhan Bouqie

Naviandri
30/1/2022 21:15
Sirkuit Demit dalam Bingkai Ilustrasi Tatang Ramadhan Bouqie
Pameran karya seni ilustrasi Tatang Ramadhan Bouqie di Gedung YPK, Kota Bandung(MI/NAVIANDRI)


DARI 77 karya ilustrasi, seniman Tatang Ramadhan Bouqie memajang sekitar 66 karyanya dalam pameran tunggal yang diadakan di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (30/1).

Lewat karya ilustasi yang terangkum dalam Buku Sirkus Demit, Tatang Ramadhan Bouqie mengkritik kehidupan saat ini yang seperti Sirkus Demit.

"Tema besar Sirkus Demit itu diambil lantaran kehidupan berbangsa dalam
satu negara selalu bergerak, berjalan dan berputar seperti sebuah sirkus yang ada kalanya jungkir balik," jelas Tatang yang akan menggelar pameran ini hingga 5 Februari 2022 mendatang.

Sirkus Demit juga, ungkapnya, memiliki banyak arti. Ada nakalnya, curang, jahat. Itu karakter demit yang dia pahami. Bahkan, karakternya juga ada yang menakutkan seperti hantu.

"Sering kali memang hantu tak terlihat. Justru saat ini hantu itu bisa berwujud manusia," ujar seniman yang sudah puluhan tahun berkiprah di Ibu Kota itu.

Karya ilustrasinya memang sengaja ditampilkan dalam warna hitam dan putih.

"Bagi saya karya ilustrasi itu bagian dari karya seni rupa. Saya mencoba untuk mengilustrasikan cikal bakal kegiatan seni rupa dua dimensi. Namun dalam perkembangannya di masyarakat Indonesia, penerimaan terhadap seni ilustrasi justru berbeda," jelas pria kelahiran Kota Bandung, itu.

Tatang menjelaskan, ada seperti diskriminasi dalam seni. Banyak orang
lebih menghargai karya seni lukis dibanding ilustrasi.

Dia berharap dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan alternatif guna mengapresiasi kepada publik. "Seni ilustrasi saat ini menurut penilaian saya mulai ditinggalkan generasi sekarang. Saya  berharap semoga karya seni ilustrasi bisa kembali digandrungi kaum muda."

Alumnus Institut Teknologi Bandung itu melanjutkan,  77 karya seni ilustrasi dalam Sirkuit Demit, dikerjakannya dalam kurun waktu satu setengah bulan. Sayangnya tidak bisa semuanya dipajang, karena keterbatasan ruang pamer.

Selain itu, dalam masa pandemi covid-19, ada ketentuan harus memberi ruang yang berjarak, sesuai dengan protokol kesehatan. Ke-60 karya ilustrasi yang ditampilkan sudah cukup untuk menggambarkan kehidupan
sosial, ekonomi, hingga politik yang bisa dipajang.

Dalam pameran ini hadir pula tokoh enterpreneur kelahiran Bandung Perry Tristianto. Dia memberikan masukan kepada sahabatnya itu agar memberikan penjelaskan dari setiap karya ilustrasi yang dipamerkan.

"Ide pameran Sirkus Demit memiliki tujuan yang sangat bagus agar orang jangan sampai menjadi seperti demit yang merusak. Semua demit, memiliki gambaran yang menyeramkan," ujar perintis bisnis factory oulet di Bandung itu.

Dari pameran ini, lanjut dia, sosok demit seperti menyindir manusia. "Kang Tatang mengingatkan kita jangan sampai menjadi demit yang merusak segalanya. Saya juga mengimbau seniman lainnya serta generasi muda untuk senantiasa memperhatikan marketing dalam setiap kegiatannya apalagi seniman," jelasnya.

Seniman, kata Perry, memiliki karya sehingga perlu adanya pasar. Hal itu terkait tempat, harga dan promosi.Para seniman juga harus tahu
momen yang sedang digemari masyarakat untuk bisa dikreasikan dalam seni. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya