Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SELAMA seminggu terakhir, (29 Oktober-4 November 2021), Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat kegempaan di Gunung Merapi yang berada di perbatasan Kabupaten Sleman (DIY), Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten (ketiganya di Jawa Tengah), didominasi oleh kegempaan guguran (RF) yang mencapai 1.297 kali.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, Jumat (5/11) malam, mengatakan kegempaan lainnya adalah 181 gempa hembusan, 33 kali gempa Fase Banyak (MP), dan 15 kali gempa tektonik serta 1 kali gempa awan panas guguran.
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan dengan kegempaan pekan lalu," kata Hanik.
Baca juga: BBWS Citarum Bandung Kebut Kerjakan Proyek Pengendalian Banjir
Dijelaskannya, BPPTKG juga mencatat adanya 1 kali awan panas guguran ke arah barat daya dengan jarak luncur hingga 2.000 meter. Sedangkan guguran lava teramati sebanyak 106 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter.
Sementara kubah lava, Hanik menjelaskan tidak terjadi perubahan morfologi yang signifikan, baik kubah lava tengah maupun kubah lava barat daya,
"Volume kubah lava barat daya sebesar 1.610.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.927.000 meter kubik," kata Hanik.
Selama periode pengamatan tersebut, tercatat terjadi hujan dengan intensitas sebesar 49 milimeter per jam selama 220 menit yang tercatat di Pos Kaliurang, Selasa (2/11) lalu.
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi," ujarnya.
Meski demikian, Hanik mengemukakan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif sehingga status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga.
"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor Tenggara–Barat Daya sejauh maksimal 3 kilometer ke arah Sungai Woro dan sejauh 5 kilometer ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak," katanya. (OL-1)
Menyikapi perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, Pemerintah Kabupaten Sleman segera mengambil berbagai langkah antisipatif.
Senin (22/7) pukul 04.04 WIB, BPPTKG Yogyakarta melaporkan terjadinya awan panas guguran dari Gunung Merapi.
Sebanyak 43 guguran lava dari Gunung Merapi terjadi selama 12 jam.
WARGA lereng Gunung Merapi di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu malam (6/7/2024), menggelar tradisi sesaji kepala kerbau dalam peringatan malam tanggal satu di Bulan Suro.
Sistem peringatan dini untuk mengantisipasi dampak bencana banjir lahar dingin pascaerupsi Gunung Marapi yang terletak di perbatasan Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatra Barat.
Selama periode 12 jam dari hari Selasa hingga Rabu, Gunung Merapi mengalami 22 kali guguran lava yang semuanya mengarah ke barat daya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved