Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Seekor Harimau Sumatera Mati Di Pasaman

Yose Hendra
16/8/2021 01:25
Seekor Harimau Sumatera Mati Di Pasaman
Harimau Sumatera.(DOK MI)

SEEKOR harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) ditemukan Kenagarian Sontang Cubadak, Kecamatan Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Sabtu (14/8). Namun, karena mengalami sakit dan dehidrasi parah, harimau tersebut akhirnya mati.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatra Barat (BKSDA Sumbar) Ardi Andono menjelaskan, harimau sumatra itu diperkirakan berumur 7-8 tahun dengan jenis kelamin jantan, panjang badan kurang lebih 170 cm dan ekor sepanjang 60 cm. "Harimau tersebut ditemukan kurang lebih 4 km dari hutan lindung yang dikelola oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Pasaman Raya yang membentang membentuk koridor hutan Panti-Batang Gadis," katanya, Minggu (15/8).

Ia menjelaskan, Sabtu (14/8) pukul 09.00 WIB dirinya menerima laporan dari anggota DPRD Kabupaten Pasaman tentang adanya warga yang melihat harimau sakit dan tertidur di dekat Bendungan Sontang, Kenagarian Sontang Cubadak. Ardi juga mendapat kiriman video kondisi harimau yang masih hidup dengan kondisi yang lemas.

Mendapat informasi tersebut, BKSDA Sumbar berkoordinasi dengan  jajaran Polsek Panti dan Koramil Rao untuk membantu mengamankan harimau yang sakit. Selanjutnya Tim BKSDA meluncur ke lokasi dengan membawa kandang dan juga mempersiapkan dokter hewan dari Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi untuk melakukan pertolongan pertama yang selanjutnya akan dirawat lebih lanjut.

"Hasil analisa video tersebut, menurut dokter hewan, harimau tersebut diduga mengalami dehidrasi berat. Harimau itu sempat mendapatkan perawatan. Namun pukul 11.00 WIB harimau tersebut dinyatakan mati,"  jelasnya.

Masyarakat setempat kemudian meminta harimau tersebut dikubur di kampung mereka. Ia menyayangkan, bangkai harimau itu tidak bisa dibawa ke Padang untuk dilakukan nekropsi.

"Proses nekropsi sangat penting dilakukan guna mengetahui penyebab kematian apakah penyakit yang membahayakan dan menular atau karena diracun. Secara medis sangatlah berbahaya menguburkan bangkai satwa di sekitar pemukiman jika ternyata satwa tersebut membawa penyakit yang bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia)," ungkap Ardi. (OL-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya