Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tukiri Berbagi Tidur dengan Kambing Pascalindu

Bagus Suryo
13/4/2021 21:40
Tukiri Berbagi Tidur dengan Kambing Pascalindu
Keluarga Tukiri di Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tinggal di kandang kambing.(MI/BAGUS SURYO)


PANASNYA matahari tak membuat Tukiri membatalkan puasa awal
Ramadan. Lapar dan dahaga tak ia rasakan, bahkan nyaris terlupakan
karena kesibukan yang ia lakukan di Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Bapak enam anak itu terus mengumpulkan barang-barang rumah tangga dan
benda berharga yang tertimbun puing bangunan, berkejaran dengan hujan
yang mulai mengguyur kawasan setempat. Ia dibantu beberapa anaknya, yakni Bayu, Wawan, Yogi dan Riki Hartanto.

Siang yang panas tak menghentikan aktivitas mereka untuk membersihkan seng atap rumah dan kabel listrik yang masih berserakan. Saat gerimis mulai datang pun tak mereka gubris. Mereka melanjutkan mengais
barang di reruntuhan tembok bangunan rumah yang hancur total rata dengan tanah.

Usai barang terkumpul, lalu diangkut ke samping kandang kambing tepat di depan reruntuhan rumah yang ambruk tersebut.

Kandang dengan bau khas kotoran hewan ternak itu menjadi penampungan
barang sekaligus tempat tidur sejak awal gempa bumi bermagnitudo 6,1, r
yang meluluhlantakkan rumah sederhana miliknya sejak Sabtu (9/4).

"Saya dan anak-anak tidur di kandang kambing ini," tegas Tukiri, Selasa
(13/4).

Satu keluarga berbagi tempat tidur dengan empat kambing. Mereka hanya
dibatasi skat kayu untuk memisahkan.

Di kandang ukuran empat meter persegi ditambah tenda, Tukiri dan keluarga merasa aman. Setidaknya tiga hari terakhir, kandang kambing itu satu-satu tempat paling nyaman untuk beristirahat saat malam tiba.

Dinginnya udara malam dan rasa lapar mereka tahan sebisanya terutama tiga hari pascagempa lantaran tidak ada bantuan apa pun. Bahkan satu keluarga tidur berbagi selimut jarik seadanya di kandang yang bocor saat hujan. Suara embikan berpadu dengan jangkrik dan air hujan mengusir lapar sepanjang malam.

Kondisi memprihatinkan ini tak membuat Tukiri mengeluh, apalagi meratapi bencana yang sudah terjadi. Ia menunjukkan sikap tegar dan kuat sembari memberikan semangat pada sang anak agar psikologis mereka tak ikut hancur seperti rumah punden mereka yang rata dengan tanah.

<>Bantuan pemerintah belum datang<>


Mereka baru menerima bantuan sembako, Senin (12/4) sehingga merasa
sedikit lega bisa makan secara cukup. Bagi Tukiri dan keluarga, saur
awal puasa berusaha tak mereka lewatkan begitu  saja agar merasakan
kegembiraan Ramadan.

Tukiri mengungkapkan bantuan sembako memang sudah datang, akan tetapi dari warga, bukannya bantuan dari pemerintah. Ia menerima paket sembako berupa beras, mi, minyak goreng, bumbu dapur dan telur ayam. Bahan makanan itu cukup lumayan mengisi perut saat buka puasa dan saur.

Tukiri masih belum melupakan kengerian gempa. Peristiwa getir itu
terjadi sesaat ia sepulang kerja sebagai buruh tani. Tiba-tiba lindu
merobohkan bangunan rumah warga.

Kejadian gempa yang begitu cepat, membuat warga panik, berteriak memberikan isyarat kepada warga lainnya agar menyelamatkan diri. Sontak, ia lari sebisanya, menyelamatkan anak-anak. Sampai kini, Tukiri dan keluarga bertahan di kandang bersama empat kambing miliknya.

Sementara itu, Kepala Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Maderah berjanji secepatnya mengevakuasi Tukiri dan keluarganya ke tenda pengungsian. "Agar lebih layak," katanya.

Sejauh ini, lanjutnya, sebagian warga sudah menempati tenda pengungsian. Sementara penanganan bencana dibantu personel TNI-AD dari Batalion Arhanud 14 Malang mengevakuasi barang-barang milik warga.

Petugas lainnya merobohkan bangunan yang rawan ambruk. Rehabilitasi pascagempa jauh dari kata usai. Kini, korban bencana pasrah sambil menjalankan ibadah puasa Ramadan di pengungsian. (N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya