Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
MENJELANG hari raya Idul Fitri 1441 Hijriyah bertepatan dengan 24 Mei mendatang, harga kebutuhan pangan di pasar tradisional wilayah kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur masih cukup setabil.
Hal itu di ungkapkan oleh salah satu pedagang keliling di Banyuwangi Anas, pada Sabtu (16/5). Kendati ada dampak virus Korona (Covid-19) namun harga kebutuhan pangan seperti cabe, bawang putih, tomat masih cukup setabil.
"Harga kebutuhan dapur sekarang masih setabil semua, tapi tidak tau untuk besok. Apakah juga sama, masih setabil apa tidak," ujar Anas, Sabtu (16/5).
Anas menjelaskan, harga kebutuhan pangan seperti bawang putih ia jual Rp17 ribu perkilo, tomat Rp8 ribu perkilo, sedangkan untuk cabe merah Rp12 ribu perkilo.
"Kalau saya sendiri ambil barang dagangan di kecamatan Genteng, karena pasar Genteng itu pusatnya pasar di Banyuwangi. Sehingga jika kebutuhan pokok di pasar Genteng itu naik, saya juga ikutan naik," kata dia.
Kendati demikian, kata dia saat ini ada beberapa kebutuhan pokok yang merangkak naik, seperti bawang merah dan danging ayam.
"Kalau kebutuhan pokok yang naik saat ini daging ayam, sama bawang merah," ujarnya.
Harga bawang merah saat ini mencapai Rp45 ribu perkilo, sedangkan harga daging ayam saat ini mencapai Rp39 ribu perkilo. "Sebelum puasa daging ayam masih Rp26 ribu perkilo, tapi sekarang sudah Rp39 ribu. Kalau bawang merah sih memang udah naik," jelasnya.
Anas juga menceritakan terkait permintaan pembeli pihaknya tidak merasa kesulitan untuk menjual, karena dirinya menjual dagagannya secara keliling mendatangi rumah-rumah warga. Sehingga warga pun tidak perlu repot-repot untuk datang ke pasar.
"Alhamdulilah saya masih lancar, namun kalau mereka yang menjual di pasar mungkin berbeda dengan saya," ungkapnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi mikro sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi, Nur Prasetyo mengatakan saat ini, pemerintah cenderung lebih siap dalam melakukan langkah-langkah berkaitan dengan ketersediaan pangan.
Sehingga meskipun di tengah pandemi korona dan mendekati lebaran Idul Fitri 1441 Hijriyah pemerintah kali ini, sudah siap dalam menekan ketersediaan pangan.
"Harusnya saat ini naik, apalagi di tengah pandemi Covid-19, yang kena imbasnya itu usaha mikro kecil, cuma kan sekarang pemrintah sudah menganggarkan Rp25 triliun, jadi harga menjadi setabil," ujar Prasetyo saat di
hubungi Media Indonesia via telpon.
Pihaknya juga menjelaskan, pemerintah pusat melalui Dinas Perdagangan di wilayah kabupaten bekerja sama dengan Bulog di masing-masing daerah, terjun langsung mensetabilkan harga dan mengamankan kebutuhan pokok, sehingga hal ini dapat memicu kesetabilan harga pangan di pasar.
"Selain itu Bulog pun juga siap mencover kebutuhan pokok, sehingga harga-harga tidak melambung tinggi baik di puasa maupun menjelang lebaran, dan intinya kali ini pemerintah sudah memperioritaskan 11 pangan utama seperti beras, Jagung, kedelai, cabe, maupun lainya, nah ini yang mungkin bisa jadi menyebabkan harga pangan menjadi setabil," pungkasnya (OL-13)
Pemerintah melalui Bapanas membangun kios pangan di berbagai daerah sebagai bagian dari upaya sinergis dalam stabilisasi pasokan dan harga pangan.
Harga pangan yang relatif stabil di level tinggi telah mengikis daya beli masyarakat. Kondisi itu akan semakin buruk jika ke depan ada kenaikan biaya lain.
Komoditas seperti jagung yang memiliki potensi besar dalam mendukung perekonomian nasional.
Satgas Pangan Polri menyarankan agar pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tingkatkan pasar murah dalam menjaga stabilisasi harga jelang Idul Fitri.
WAKIL Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan siklus panen di sejumlah daerah penghasil beras memberi harapan untuk menstabilkan harga di pasaran yang saat ini fluktuatif.
Jaminan ketersediaan stok kebutuhan pokok mesti disertai dengan stabilitas harga untuk meredam kekhawatiran masyarakat.
Menyikapi tingginya harga cabai rawit merah di tingkat konsumen, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional bersama Kementerian Pertanian menggelar aksi stabilitas pasokan harga pangan.
DIREKTUR Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto menyatakan bahwa kenaikan harga cabai rawit merah karena faktor kekeringan.
arga cabai rawit merah (lombok setan) di sejumlah daerah di Pantura Jawa Tengah melonjak dari sebelumnya Rp50 ribu per kilogram menjadi Rp90 ribu per kilogram.
Harga sejumlah komoditas pangan rata-rata secara nasional di tingkat pedagang eceran turun, mulai beras, bawang, minyak goreng hingga cabai merah keriting
MENTERI Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan mengatakan harga cabai di beberapa provinsi di Indonesia mengalami kenaikan jelang Idul Adha.
Harga bawang merah di Kuningan naik mencapai Rp50 ribu per kilogram. Sedangkan harga cabai merah seharga Rp40 ribu per kilogram.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved