Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMERINTAH Kabupaten Karo, Sumatra Utara bergerak cepat untuk meminimalisasi kerugian pascaerupsi Gunung Sinabung, Minggu (6/9) lalu.
Setelah sehari sebelumnya meninjau ke lapangan Senin (10/6) lalu, Pemkab mengambil kebijakan untuk membantu petani memperbaiki lahan pertanian yang rusak.
Kepala BPBD Karo, Martin Sitepu mengatakan, saat ini Pemkab Karo dan beberapa otoritas terkait yang tergabung dalam Satgas Gunung Sinabung telah membagikan beberapa alat pompa air kepada petani.
"Pompa-pompa air ini digunakan untuk menyiram tanaman petani agar tak rusak karena terpapar abu vulkanik," katanya, Selasa (11/6).
Pompa air yang tersedia saat ini diprioritaskan untuk beberapa desa yang terpapar cukup parah, terutama desa-desa yang ada di sebelah Tenggara gunung. Desa-desa ini memang terkena dampak paling besar karena saat erupsi, arah angin mengarah ke sana.
Saat Sinabung meletus, abu vulkanik memang tersebar di enam kecamatan di sana yakni Kecamatan Naman Teran, Kecamatan Tiganderket, Kecamatan Payung, Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Kutabuluh dan Kota Berastagi. Bahkan, sejumlah kawasan di Propinsi Aceh juga terkena imbas dari abu vulkanik Gunung Sinabung.
Di Kabupaten Karo, ada tiga kecamatan yang lahan pertaniannya mengalami kerusakan, yakni Kecamatan Payung, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Kutabuluh. Lebih dari 70% lahan pertanian di sana mengalami kerusakan karena terpapar abu. Hanya saja, kata dia, kerusakan yang terjadi tidak terlalu parah dan hanya sebagian kecil yang berpotensi mengalami gagal panen.
Meski tak sampai gagal panen, dia memprediksi akan ada penurunan produktivitas tanaman pertanian di sana karena terpapar abu. Tanaman seperti cabai, tomat dan sayuran lainnya diperkirakan akan terjadi penurunan hasil panen.
"Atau setidaknya terjadi penurunan kualitas, khususnya pada buah tomat atau cabai," ungkapnya.
Makanya, tambah dia, untuk menghindari kerugian yang lebih besar lagi, tanaman-tanaman tersebut disemprot dengan air untuk menghilangkan abu yang menempel. Jika tak disemprot, tanaman ini, khususnya yang dalam bentuk buah akan cepat membusuk dan tak laku di pasaran.
"Pada intinya, aksi ini untuk penyelamatan perekonomian petani di sana," ujar Martin.
Baca juga: Abu Sinabung hingga ke Aceh
Sementara itu, setelah mengalami erupsi hebat pada hari Minggu (9/6) lalu, aktivitas Gunung Sinabung sejak hari Selasa pagi mulai mereda.
Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung, Armen Putra mengungkapkan, sejak Selasa dini hari hingga pagi ini, aktivitas gempa gunung itu nihil.
"Sementara dari puncak gunung masih terlihat asap putih setinggi 100 meter hingga 300 meter," katanya ketika dihubungi secara terpisah Selasa (11/6).
Begitupun, kata dia, aktivitas kegempaan gunung itu secara umum masih fluktuatif. Potensi terjadinya erupsi masih sangat besar, mengingat aktivitasnya cenderung lebih aktif dalam beberapa hari belakangan.
Meski aktivitas kegempaan masih nihil pada hari ini, dia memprediksi dalam waktu dekat gunung itu masih akan terus aktif dan bahkan berpotensi meningkat.
"Masyarakat juga masih diimbau untuk tidak mendekat ke wilayah-wilayah terdampak, terutama dalam radius 5 km dari puncak gunung. Wisatawan juga belum boleh mendekat," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, hari Minggu (9/6) pukul 16.45 WIB lalu Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, kembali meletus dengan tinggi kolom abu mencapai 7.000 meter di atas puncak. Letusan ini merupakan yang terbesar sejak status Sinabung diturunkan pada Senin (20/5) dari Awas (level IV) menjadi level Siaga (level III).
Tercatat sebaran abu vulkanik Sinabung telah mencapai 20 km ke arah Tenggara. Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah selatan.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 120 mm dan durasi ± 9 menit 17 detik. Terjadi awan panas ke arah tenggara 3,5 km dan selatan 3 km serta terdengar suara gemuruh sampai ke pos pengamatan Gunung Sinabung. (A-4)
Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatra Barat (Sumbar), mengalami erupsi sebanyak tiga kali pada Sabtu (27/7).
Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, kembali erupsi dengan letusan setinggi 800 meter atau 4.476 meter di atas permukaan laut.
Gunung Lewotobi Laki-laki kembali mengalami erupsi pada Minggu (21/7) pagi,dengan kolom abu mencapai 500 meter di atas puncak kawah.
Enam jam terakhir, dari pukul 06.00 hingga 12.00 WITA, terjadi satu kali erupsi dengan ketinggian mencapai 1.000 meter di puncak gunung Lewotobi Laki-laki.
pada Minggu (14/7) pukul 12.00-18.00 WIB. Gunung Semeru mengalami 20 kali gempa guguran. Selain gempa guguran, Gunung Semeru juga mengalami sebanyak 28 kali gempa letusan/erupsi
GUNUNG Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur mengalami enam kali Erupsi pada Selasa 9 Juli 2024. Akibat terbawa angin saat erupsi, abu vulkanik melanda 20 Desa di Kabupaten Sikka, NTT.
Aktivitas Sinabung masih sangat tinggi dan dapat terjadi erupsi dan awan panas susulan kapan saja.
Kondisi gelap yang sempat dialami masyarakat Karo itu berlangsung sejak pagi hingga tengah hari. Suasana seperti sudah malam hari.
"Siang tadi teramati Gunung Sinabung meluncurkan abu sejauh 500 hingga 1.000 meter ke arah timur, tenggara, dan selatan," ungkap Kepala BPBD Kabupaten Karo Natanail Perangin-angin
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara kembali erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik setinggi satu kilometer, Jumat (12/1/2021).
Aktivitas Gunung Sinabung mengalami peningkatkan.
Asap kawah bertekanan lemah hingga kuat teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 200-600 meter di atas puncak kawah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved