Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
OPERASI Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menangani polusi udara Jabodetabek telah selesai dilakukan. Terakhir, TMC di Jabodetabek dilaksanakan pada Minggu (10/9) dan belum ada lagi rencana pelaksanaan TMC Jabodetabek.
“Untuk sementara tidak ada (rencana TMC Jabodetabek),” kata Koordinator Lab Badan TMC BRIN Budi Harsoyo saat dihubungi, Senin (11/9).
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil TMC pada Minggu (10/9), beberapa wilayah berhasil diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga ringan. Di antaranya Boor, Tomang, Bekasi, Depok hingga Tangerang.
Baca juga : Polusi Jakarta, Ada Regulasi yang Tidak Pas
Sebelumnya, TMC wilayah Jabodetabek telah dilakukan selama kurang lebih 18 hari ke belakang. Adapun, dalam operasi itu telah dilakukan sebanyak 13 sorti penerbangan dengan total bahan semai 9.600 kg NaCl, 800 kh CaO di sejumlah titik wilayah Jabodetabek.
Terpisah, dosen program studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) Dwi Ratri M Isnadina menilai, upaya modifikasi cuaca efektif untuk mengurangi polusi udara. Penyebabnya adalah karena proses modifikasi cuaca dapat menghasilkan deposisi basah akibat adanya hujan.
Baca juga : KLHK Siapkan Gugatan Perdata Ganti Rugi Lingkungan untuk Perusahaan Penyebab Polusi
“Penelitian oleh peneliti di Inggris juga menyimpulkan semakin sering hujan turun di hari kerja dari pada di hari libur, maka akan menghasilkan penurunan dampak polusi dari kegiatan industri. Namun yang lebih baik adalah mengurangi polusi dari sumber seperti halnya lebih baik mencegah daripada mengobati,” kata dia.
Dwi Ratri menjelaskan, pada dasarnya modifikasi cuaca adalah sebuah rekayasa buatan manusia untuk mengendalikan sumber daya air di atmosfer atau awan pembawa hujan. Modifikasi cuaca ini bertujuan untuk meminimalisasi risiko bencana alam akibat cuaca di daerah tertentu.
“Jika ada suatu daerah yang mengalami kebakaran atau kekeringan berarti kita harus memodifikasi cuaca agar hujan segera turun di sana. Namun, jika ada daerah banjir maka kita harus memodifikasi cuaca agar hujan tidak turun di sana,” ujar peneliti Pengendalian dan Teknologi Polusi Udara itu.
Ia mengatakan, modifikasi cuaca ini berkaitan erat dengan aktivitas presipitasi air menjadi awan. Bentuk umumnya adalah cloud seeding atau penyemaian awan. Cloud seeding ini dilakukan dengan menyebarkan serbuk AgI (perak iodida) di atas awan yang berpotensi menjadi pembawa hujan di daerah tersebut. Nantinya, penyebaran serbuk Agl akan dibantu oleh pesawat atau drone.
Dwi Ratri mengimbau upaya modifikasi hujan tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya, negara bisa mendapatkan cuaca seperti yang mereka harapkan.
Sedangkan, dampak negatifnya adalah dampak akibat penggunaan kristal garam AgI yang berlebih dapat mempengaruhi ekosistem tanah dan air. “Jika rekayasa ini sering terjadi juga akan mungkin ada dampak terhadap iklim kedepannya,” pungkas dia. (Z-4)
Suhu udara umumnya berkisar antara 16 hingga 35 derajat Celcius dan kelembaban berkisar antara 47% hingga 99%.
BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan.
Kondisi berawan diprakirakan terjadi di Serang dan Bandung. Kondisi berawan tebal diprakirakan terjadi di Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya.
Kondisi berawan mendominasi sejumlah kota besar di Pulau Jawa. BMKG memprediksi Jakarta dan Bandung akan mengalami cuaca berawan tebal.
Prakiraan tinggi gelombang laut di wilayah Indonesia, secara umum tinggi gelombang berkisar antara 0,5 hingga 2,5 meter.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Senin (29/7), memperkirakan seluruh wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu akan cerah berawan sepanjang hari.
Operasi Modifikasi Cuaca mengatasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau periode 20-29 Juli 2024, diperpanjang selama tiga hari sampai dengan 1 Agustus 2024.
OPERASI Modifikasi Cuaca (OMC) atau dulunya disebut dengan TMC atau hujan buatan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau saat ini sedang dilaksanakan selama 8 hari.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana kembali melakukan modifikasi cuaca untuk mengatasi polusi udara.
Operasi modifikasi cuaca direncanakan berlangsung selama dua pekan dengan pesawat yang akan stay selama periode tersebut.
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk melakukan modifikasi cuaca
BMKG melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah pembangunan infrastruktur penunjang Ibu Kota Nusantara (IKN).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved