Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMBERIAN gawai pada anak bukan lah pemandangan baru. Terkadang orangtua meminjamkan gawai sebagai pilihan hiburan bagi anak atau agar anak bisa sambil diajak bekerja. Tapi tahu kah Anda, screen time berlebihan pada anak usia dini dapat menimbulkan gangguan yang berdampak terhadap perkembangannya.
Dikutip dari laman resmi Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), ada beberapa perkembangan yang bisa terganggu akibat screen time yang berlebihan, baik menatap gawai seperti ponsel maupun televisi.
Gangguan pada perkembangan fisik anak usia dini menjadi salah satu hal yang bisa terjadi akibat screen time berlebihan. Gangguannya meliputi perkembangan motorik dan berkurangnya asupan makanan hingga durasi tidur anak yang lebih pendek.
Baca juga : Ingin Batasi Penggunaan Gawai oleh Anak? Orangtua Harus Mulai dari Diri Sendiri
Bukan hanya itu, screen time berlebih juga bisa mempengaruhi perkembangan kesehatan anak. Banyak berkutat pada gawai membuat aktivitas fisik luar ruang yang lebih rendah, sehingga bisa berakibat anak mengalami kelebihan berat badan, kecanduan dan meningkatkan risiko penglihatan buruk.
Dampak negatif screen time terhadap anak usia dini juga terjadi pada perkembangan sosial- emosional. Dampak pada perkembangan sosial di antaranya berkurangnya kemampuan bersosialisasi pada anak dan hilangnya empati, kurangnya interaksi antara orangtua dan anak, hingga kemungkinan anak mengakses konten yang tidak pantas.
Sementara pada perkembangan emosional, screen time berlebihan bisa mempengaruhi sejumlah hal seperti masalah perilaku, masalah hubungan dengan teman sebaya, regulasi emosi yang buruk, temperamen yang buruk, pengendalian emosi yang rendah. Sehingga mengakibatkan kesejahteraan psikososial yang buruk, pemutusan hubungan permainan, dan gangguan permainan. Selain itu berdampak pula pada berkurangnya keterampilan sosial, keterampilan adaptif, dan keterampilan hidup anak usia dini.
Baca juga : Asmirandah Ungkap Pentingnya Batasi Waktu Anak dengan Gawai
Anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar, rentan mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian mereka pada aktivitas yang memerlukan fokus dan konsentrasi. Tentu hal ini akan berdampak pada kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas yang melibatkan keterlibatan kognitif.
Secara bahasa, kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat individu mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa.
Mengetahui tiga dampak dari penggunaan gawai yang berlebihan diharapkan mampu memberi pemahaman bagi orangtua dan pengasuh untuk membatasi waktu menonton, memastikan aktivitas fisik dan waktu yang dihabiskan di depan layar seimbang. Idealnya, menurut anjuran World Health Organization (WHO), anak di bawah 1 tahun sebaiknya tidak melihat layar gawai sama sekali. Anak usia 1 sampai 2 tahun tidak dianjurkan menonton TV dan video, screen time hanya dibatasi misalnya melakukan video chatting dengan anggota keluarga yang berjauhan.
Sedangkan untuk anak usia 2 hingga 6 tahun bisa menatap layar gawai dengan screen time maksimal satu jam per hari. Alih-alih memberikan gawai sebagai alat bermain serta hiburan anak, orang tua diharapkan bisa lebih banyak mengajak anak melakukan aktivitas bersama dan mengenalkan lingkungan sekitar.(M-3)
Penggunaan gawai berlebihan dan membaca di tempat minim pencahayaan menjadi dua penyebab utama anak diharuskan menggunakan kacamata
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi alkohol oleh ayah juga bisa berdampak pada kesehatan janin.
Selain 16.314 anak, 10.980 wanita, 885 petugas medis, 165 jurnalis, dan 79 personel pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel.
"Kakak-kakaknya yang ngajar dan semuanya baik banget. Belajarnya juga enggak bikin bosen karena ada gimnya,"
Rumah Cita-cita ingin berkontribusi membantu anak-anak yang berada di sekitar Kampung Pemulung, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang menerima nutrisi dan stimulasi yang tepat selama 1000 HPK memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dan keterampilan sosial yang lebih baik.
Sebagai orangtua kita harus mempersiapkan anak yang bepergian sendiri dalam menghadapi berbagai situasi yang di luar kendali orangtua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved