Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KOTA Bandung, Jawa Barat, sudah identik dengan wisata alam, kuliner dan belanja. Tahun ini, pemerintah kota bersama kalangan usaha mengembangkan wisata medis.
Wisata medis, seperti diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Anhar Hadian, disiapkan di rumah sakit kelas A dan B. "Konsep wisata medis ini melibatkan seluruh perjalanan pasien dari mulai keluar rumah hingga masuk ke rumah sakit. Untuk memfasilitasi hal ini, akan ada biro pariwisata yang akan membantu pasien dan pendamping mereka," ujarnya, Jumat (27/10).
Beberapa rumah sakit yang sudah memenuhi syarat untuk dijadikan wisata
medis adalah RSUD Bandung Kiwari dan RS Santosa. RSUD Bandung Kiwari
terkenal unggul dalam layanan terkait kelahiran, medical checkup dan
rehabilitasi medis.
Sementara RS Santosa Bandung, kata Anhar, memiliki keunggulan dalam
pengobatan penyakit jantung dan syaraf. Rumah sakit ini telah menjadi tujuan perawatan bagi banyak pasien asing.
Dengan dua rumah sakit yang siap melayani wisata medis tahun ini, Kota Bandung berencana untuk menambah lima rumah sakit pada tahun depan. Jumlah ini akan terus bertambah hingga mencapai 16 rumah sakit nantinya.
"Paket-paket perawatan kesehatan yang komprehensif dan konsep wisata
medis yang nyaman menjadi daya tarik utama bagi pasien dan pendamping
mereka. Untuk saat ini, Permenkes hanya mengizinkan rumah sakit kelas A
dan B, untuk menjadi penyelenggara wisata medis dan Kota Bandung
memiliki potensi besar dalam hal ini," terang Anhar.
Libatkan kementerian
Menurut dia, awal munculnya gagasan wisata medis dilatarbelakangi saat
Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekhawatiran atas jumlah orang
Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk perawatan medis dan berwisata
kesehatan. Devisa yang dikeluarkan untuk tujuan ini mencapai angka yang
signifikan yakni sebanyak Rp170 triliun.
"Banyak dari mereka yang memilih Malaysia, khususnya Penang, sebagai
tujuan utama. Padahal fasilitas kesehatan di Indonesia tidak hanya
sebanding dengan yang ada di luar negeri, tetapi juga memiliki
keunggulan dalam berbagai aspek," ungkapnya.
Anhar menyatakan, upaya untuk mendorong wisata medis di Indonesia pun
akhirnya melibatkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
serta Kementerian Kesehatan. Lalu pada 2015, Permenkes No 76 tentang wisata medis diterbitkan.
Namun, hingga saat ini, di Jabar belum ada proyek pilot yang dijalankan meskipun Bandung memiliki fasilitas yang memadai.
"Untuk itu, kami menggandeng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Bandung juga dengan dinas-dinas lain untuk mewujudkan wisata medis. Saya berharap, upaya ini akan menciptakan peluang investasi yang signifikan dan menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan wisata medis yang sukses di masa depan," tandas Anhar. (SG)
Plataran Indonesia memperkuat posisinya dalam industri pariwisata nasional dengan meluncurkan Plataran Bandung sebagai destinasi unggulan untuk pasar MICE.
Beberapa event yang bisa jadi pertimbangan untuk dikunjungi yakni Festival Lembah Baliem hingga Dieng Culture Festival
Sustainability tourism bakal jadi tren terutama di kalangan gen Z. Liburan itu menjadi prioritas gen Z.
Langkah ini merupakan rangkaian kegiatan Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) tahun 2024 menuju Agro-eco Cultural Tourism Jajar Gumregah.
Strategi komunikasi dan branding untuk mempromosikan kawasan wisata di daerah seperti Banyumas, Jawa Tengah, menjadi isu krusial yang memerlukan tindakan konkret.
Rencana penutupan sementara Taman Nasional Komodo tahun 2025 tidak akan mempengaruhi target kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved