Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Keinginan Jokowi Jadikan ASEAN Pusat Ekonomi Cukup Realistis

Cahya Mulyana
10/5/2023 19:32
Keinginan Jokowi Jadikan ASEAN Pusat Ekonomi Cukup Realistis
Presiden Indonesia Joko Widodo mengetok palu menandai dibukanya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-42 ASEAN(POOL/ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

PRESIDEN Joko Widodo atau Jokowi resmi membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Ke-42 di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (10/5). Pada kesempatan itu Jokowi mengatakan pada pemimpin negara-negara anggota yang hadir mengenai pentingnya persatuan kawasan sebagai modal pusat pertumbuhan ekonomi.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira keinginan tersebut cukup realistis. Terlebih kondisi perekonomian dunia sedang dalam ketidakpastian ekonomi khususnya yang dialami mitra dagang tradisional ASEAN seperti Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok.

"Intinya cukup optimis dan realistis karena tingkat perdagangan intra-ASEAN cukup tinggi," ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (10/5).

Baca juga: Keinginan Jokowi ASEAN Pusat Ekonomi demi Penduduk Dunia

Menurut dia, perdagangan intra-ASEAN harus didorong dan dipercepat. Pasalnya potensinya cukup besar dengan nilai ekspor Indonesia ke ASEAN pada 2022 mencapai 19,3%. Pasar ASEAN sebagai tujuan ekspor sangat potensial, dengan Indonesia membukukan ekspor di pasar ASEAN tahun lalu sebanyak US$5,2 miliar.

Bhima juga menyarankan supaya keinginan Jokowi dapat terealisasi harus diperbanyak kerja sama bilateral dan kawasan terkait perdagangan. Terutama untuk menjadi bagian global value chains atau rantai pasok perdagangan dunia.

Baca juga: Indonesia Jadi Pusat Ekonomi Dunia pada 2045

Ia mencontohkan industri kendaraan listrik untuk baterainya dipasok Indonesia, dirakit di Thailand yang menggunakan teknologi Vietnam dan dipasarkan di Malaysia. Jadi integrasi rantai pasoknya pun terintegrasi di intra-ASEAN.

Selanjutnya, lanjut dia, melibatkan pelaku UMKM yang porsinya cukup dominan terhadap ekonomi di ASEAN. Mereka harus dilibatkan dalam konteks perdagangan lintas batas.

"Ekspor-impor juga perlu didorong dengan local currency dengan perbankan di ASEAN dan sistem pembayaran terintegrasi. Diharapkan dengan ini pertumbuhan ekonomi ASEAN semakin solid," jelasnya.

Dengan langkah itu, kata Bhima, ASEAN tidak perlu mengkhawatirkan anomali ekonomi secara global yang masih terlihat dengan pertumbuhan Tiongkok dan Amerika yang belum pulih. Kondisi di kedua negara itu sangat berpengaruh terhadap neraca dagang dan pembayaran di ASEAN.

"Jadi harus ada diversifikasi dengan ekspor lebih besar lagi di intra-ASEAN," pungkasnya. (Cah)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya