Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SATU tahun sudah konflik Ukraina dengan Rusia terjadi. Sampai kini belum ada tanda-tanda perang itu akan berakhir. Bahkan bukan tidak mungkin perang akan terus berkepanjangan dan berubah menjadi skala masif dengan melibatkan negara-negara besar lain.
Hal itu diungkapkan dosen Sastra Rusia Universitas Indonesia (UI) yang juga pemerhati masalah Rusia, Ahmad Fahrurodji, Rabu (22/2). Dia meyakini Rusia pastinya sudah menyiapkan diri untuk melakoni perang jangka panjang. Karena faktanya secara ekonomi Rusia juga tidak mengalami chaos meski diembargo negara-negara barat.
Meski begitu, jelasnya, Rusia juga butuh aliansi. Sebab kenyataannya saat ini yang terjadi adalah bukan lagi perang Ukraina melawan Rusia, melainkan Rusia dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dengan kata lain perang yang terjadi saat ini bukan lagi semata perang militer namun juga perang ekonomi dan informasi. Ukraina saat ini sekadar medannya.
Menurutnya negara yang paling mungkin untuk diajak berkoalisi oleh Rusia adalah Tiongkok yang saat ini hubungannya dengan Amerika Serikat tidak sedang baik-baik saja. Negara lain yang juga siap bergabung dengan Rusia adalah Iran dan Korea Utara yang memang sudah lama berseteru dengan Amerika Serikat.
"Kemungkinan bergabungnya Tiongkok tentu bukan sesuatu yang diharapkan Amerika. Sebab hal itu akan membuat perang semakin berkepanjangan dan bahkan berpotensi memicu perang dunia ketiga," jelasnya.
Di sisi lain, Tiongkok juga berkepentingan dengan Rusia sebagai mitra strategis dalam pengembangan militer. Apalagi berbagai analis memprediksi bahwa Taiwan akan menjadi medan perang selanjutnya setelah Ukraina dengan Tentara Pembebasan Rakyat menyerbu negara pulau tersebut. Padahal jika itu terjadi, saat itu Amerika dan sekutunya boleh jadi sudah kehabisan energi akibat perang di Ukraina.
"Bisa dibilang bola kini di tangan Tiongkok. Saya percaya mereka juga tidak akan sembrono menceburkan diri ke medan perang. Karena bagaimanapun perang membutuhkan cost yang besar," ujarnya.
"Jika Tiongkok bisa menawarkan resolusi perdamaian yang membuat semua pihak tidak harus kehilangan muka, boleh jadi konflik Ukraina dengan Rusia bisa berhenti. Dan sepertinya hanya itu satu-satunya cara," lanjut Fahrurodji.
Ia menambahkan, sebagai pewaris utama emperium Uni Soviet, Rusia tentu tidak mau menyerah begitu saja. Rusia, jelasnya, tidak akan menyerah seperti pernyataan sejumlah pejabat Eropa, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut Rusia akan kalah di Ukraina.
"Soal pernyataan (Joe) Biden dan pemimpin Eropa lainnya yang menyebut Rusia akan kalah di Ukraina, saya pikir itu cuma semacam psy war. Karena sejumlah analis NATO sendiri mengakui Rusia bukan lawan yang mudah. Keputusan Putin untuk keluar dari perjanjian nuklir itu bukan keputusasaan, melainkan tekanan untuk Barat," tegasnya.
Meski begitu, ia juga menyebut baik Rusia maupun Ukraina sejatinya tidak memetik keuntungan sama sekali dalam perang tersebut. Sebaliknya justru perusahan senjata AS lah yang kini menangguk untung.
"Ukraina saat ini tidak punya pilihan. Mereka tidak lagi punya kemerdekaan. Seandainya, Presiden Ukraina (Volodymyr Zelensky) tidak egois tetapi benar-benar membela rakyatnya serta mau mendengarkan permintaan Rusia untuk bersikap netral dengan tidak bergabung dengan NATO, semuanya mungkin baik-baik saja. Kita berharap saja semoga ada solusi. Dan itu sepertinya ada di tangan Tiongkok," ujarnya. (OL-15)
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Dalam pertemuan tersebut, Prabowo menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Rusia.
Seorang komandan dari kelompok tentara bayaran Rusia, yang kini dikenal sebagai Africa Corps, tewas di Mali setelah serangan pemberontak selama badai pasir.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat tentang potensi krisis rudal jika AS melanjutkan rencananya untuk menempatkan rudal jarak jauh di Jerman mulai 2026.
Seorang pria berusia 40 tahun, yang telah tinggal di Prancis selama 14 tahun, ditangkap dalam sebuah penggerebekan di apartemennya di pusat kota Paris.
Aplikasi pesan Telegram telah menonaktifkan monetisasi iklan untuk pemilik channel Rusia.
Otoritas Moskow menawarkan bonus pendaftaran sebesar 1,9 juta rubel (sekitar US$22,000) untuk penduduk kota yang bergabung dengan militer Rusia.
Agen intelijen militer Ukraina mengklaim terlibat dalam penyergapan yang menewaskan petempur dari kelompok Wagner Rusia di Mali, ribuan mil dari garis depan di Ukraina.
Sejumlah atlet yang berlaga di Olimpiade Paris 2024 harus berjuang bukan hanya soal kemenangan, tetapi perjuangan sebuah negara untuk bertahan hidup.
Diplomat RI periode 1988-2021, Ple Priatna, mengatakan bahwa situasi di Ukraina-Rusia dengan Israel-Palestina tidak bisa disamakan.
AS telah memberikan bantuan militer senilai puluhan miliar dolar untuk Kyiv sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.
Keluarga korban penerbangan Malaysia Airlines MH17 memperingati 10 tahun jatuhnya pesawat tersebut.
Kebijakan politik luar negeri calon Wakil Presiden JD Vance, terkait Palestina, Ukraina, dan Tiongkok menjadi tanda tanya. Bagaimana posisinya?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved