Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
RUSIA memasuki resesi, sembilan bulan setelah melancarkan invasi ke Ukraina, setelah sanksi ekonomi dari negara-negara Barat mulai terasa imbasnya. Hal itu terungkap dalam data resmi, yang dirilis Rabu (16/11).
GDP Rusia menyusut 4% di kuarter ketiga berdasarkan perkiraan awal yang dirilis Badan Statistik Nasional, Rosstat.
Karena penyusutan itu terjadi secara beruntun di dua kuartal, Rusia kini secara resmi mengalami resesi berdasarkan definisi teknis.
Baca juga : Harga Minyak Naik Dipicu Pemotongan OPEC+ dan Pelemahan Dolar AS
Namun, penyusutan kali ini lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada Juli dan September kala output ekonomi Rusia menurun 4,5%.
Kontraksi ekonomi itu dipicu oleh penurunan 22,6% perdagangan grosir dan 9,1% perdagangan retail.
Sementara itu, konstruksi naik 6,7% dan pertanian naik 6,2%.
Baca juga : Rusia Batasi Suplai Gas ke Negara Pendukung Ukraina, Eropa Terancam Resesi
Ekonomi Rusia memang tengah menghadapi serangkaian masalah. Sanksi dari negara-negara Barat menyebabkan mereka mengalami kendala ekspor dan impor, termasuk sejumlah komponen penting manufaktur dan spare part.
Perusahaan juga kekurangan pekerja akibat mobilisasi yang menyedot jutaan pekerja pria dari tenaga kerja Rusia.
Saat ini, ekonomi Rusia semakin tergantung pada ekspor energi, yang mencakup sekitar 40% pemasukan pemerintah.
Menurut laporan Boris Titov, komisioner Rusia untuk entepreneur, sekitar sepertiga dari 5.800 perusahaan Rusia mengalami penurunan penjualan selama satu bulan terakhir.
Mobilisasi 300 ribu warga untuk bergabung dengan militer, September lalu, juga mempengaruhi sepertiga dari perusahaan di negara itu. (AFP/OL-1)
Presiden Joko Widodo menyambut baik rilis Badan Psuat Statistik terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2024. Menurutnya, angka 5,11% adalah hasil yang baik.
PRESIDEN Joko Widodo menegaskan pentingnya sinkronisasi dan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program-program pembangunan.
Optimisme juga didasari dari Bank Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 akan meningkat dalam kisaran 4,7%-5,5%.
Data resmi bulanan pada Rabu (13/3) menunjukkan produk domestik bruto tumbuh 0,2% menyusul penurunan tipis 0,1% pada bulan Desember
Inflasi Jepang melambat kurang dari yang diharapkan menjadi dua persen pada Januari. Ini mencapai target bank sentral.
EKONOM Poltak Hotradero mengatakan hampir setengah dari keranjang belanja masyarakat Indonesia adalah makanan dan bahan pangan. Jadi kalau harga bahan pangan naik, mengurangi daya beli
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved