Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Cepat Menular, tapi tidak Lebih Berbahaya

Agus Utantoro
27/12/2020 04:50
Cepat Menular, tapi tidak Lebih Berbahaya
(Sumber: AFP/Satgas Penanganan Covid-19/Tim Riset MI-NRC)

DUA pakar kesehatan terkemuka di Tanah Air sepakat masyarakat tidak perlu takut berlebihan dengan varian baru covid-19 yang ditemukan pertama kali di Inggris. Sampai saat ini, kegawatan virus mutasi bernama N501Y itu masih sebatas kemampuan infeksi lebih tinggi sehingga lebih mudah menular hingga 70% ketimbang covid-19.

“Namun, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya atau lebih ganas. Mutasi ini juga belum terbukti memengaruhi efektivitas vaksin korona yang sudah ada,” kata Ketua Kelompok
Kerja Genetik, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Gunadi, kemarin.

Prof Zubairi Djoerban, Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, juga sependapat. “Ada yang bilang varian baru ini tidak bisa terdeteksi tes PCR. Itu tidak benar. Masyarakat tidak usah khawatir karena tes PCR bisa mendeteksinya.”

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu juga memastikan virus N501Y tidak memengaruhi hasil vaksinasi. “Vaksinasi tidak membentuk satu respons antibodi saja.”

Kedua pakar sepakat meski harus mewaspadai, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan. “Masyarakat tetap harus menerapkan 3M, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” ujar Gunadi.

Prof Zubairi mengkritisi keputusan banyak warga yang memilih tetap berlibur di tengah pandemi. “Varian baru ini seharusnya memengaruhi kebijakan kita dan keputusan orang
untuk berlibur. Sekali lagi, mari kita perketat tali masker,” tandasnya.


Menular ke Jepang


Varian baru virus korona mulai ditemukan pada 20 September silam. Dalam perjalanan, N501Y juga ditemukan di Irlandia, Prancis, Belanda, Denmark, dan Australia. Di Asia, tiga kasus terjadi di Singapura, Hong Kong, dan Israel.

Pekan ini, varian tersebut juga berkembang ke negara lain. Kemarin, Jepang mengonfirmasi kasus pertama di wilayahnya.

Tidak tanggung-tanggung, virus menginfeksi 5 pendatang dari Inggris. Mereka datang pada 18-21 Desember. Jepang baru meningkatkan pengawasan untuk pendatang dari Inggris
sejak 25 Desember lalu.

Menteri Kesehatan Norihisa Tamura memaparkan dari lima warga itu, hanya seorang pria berusia 60-an yang mengalami kelelahan. Sementara itu, empat lainnya tanpa gejala.
“Kelima orang itu sudah dikarantina di bandara,” kata Norihisa.

Kementerian Kesehatan Prancis juga menyatakan kasus pertama varian virus korona telah ditemukan di negaranya. Penderita pertama ialah warga Prancis yang tinggal di Inggris.

Dia tidak menunjukkan gejala dan sudah melakukan isolasi mandiri di rumahnya, di Tours, Prancis. Korban tiba di Prancis dari London pada 19 Desember. Ia menjalani tes di
rumah sakit pada 21 Desember. Hasilnya, dia dinyatakan positif terinfeksi varian baru itu.

“Otoritas kesehatan telah melakukan pelacakan kontak untuk para profesional kesehatan yang merawat pasien tersebut. Semua yang pernah melakukan kontak dengan korban juga
akan diisolasi,” kata pejabat Kementerian Kesehatan Prancis.

Laboratorium Institut Pasteur Prancis juga sedang menelusuri sejumlah sampel positif covid-19 yang diduga merupakan varian baru tersebut. (AT/Nur/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya