Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PARA pemimpin unjuk rasa di Sudan sepakat untuk mengakhiri gerakan pembangkangan sipil setelah militer Sudan membubarkan unjuk rasa dengan kekerasan. Demonstran juga ingin melanjutkan perundingan dengan para jenderal yang berkuasa di Sudan.
Kesepakatan itu diungkapkan mediator Ethiopia pada Selasa waktu setempat. Meski belum dikonfirmasi para penguasa militer, terobosan muncul ketika seorang diplomat Amerika Serikat yakni asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan Afrika, Tibor Nagy, siap memulai misi. Tujuan Nagy ialah menekan para jenderal agar menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa yang menuntut pemerintahan sipil.
Seorang utusan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed yakni Mahmoud Drir mengungkapkan para pemimpin pengunjuk rasa sepakat untuk mengakhiri gerakan mereka dan kembali ke meja perundingan.
"Mulai hari ini, Aliansi untuk Kebebasan dan Perubahan sepakat mengakhiri gerakan pembangkangan sipil," tutur Drir yang menjadi penengah di antara kedua belah pihak sejak Abiy Ahmed mengunjungi Khartoum pekan lalu.
"Kedua pihak juga sepakat untuk memulai kembali perundingan sesegera mungkin," lanjutnya.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB meminta seluruh pihak bekerja sama menuju solusi konsensus atas krisis yang berlangsung. Mereka juga menyuarakan dukungan terhadap upaya diplomatik pimpinan Afrika.
Selain itu, terdapat seruan untuk menghentikan serangan yang menyasar warga sipil. Dewan Keamanan PBB kembali menekankan urgensi penegakan hak asasi manusia.
Sejak Presiden Omar al-Bashir digulingkan dari kursi kekuasaannya, Sudan memang mulai dipimpin dewan militer. Sebelum lengser, mantan pemimpin Sudan itu mendapat protes nasional selama berbulan-bulan.
Dalam tiga dekade, Omar al-Bashir menjalankan pemerintahan dengan tangan besi. Setelah Bashir tidak menjabat, para pengunjuk rasa menuntut terbentuknya pemerintahan sipil.
Di wilayah Khartoum, protes dari warga sipil tersebut menyebabkan sebagian besar pertokoan dan bisnis tidak beroperasi. Beberapa perusahaan akhirnya memperpanjang masa penutupan hingga akhir pekan liburan Idul Fitri.
Sejauh ini pasukan RSF milik pemerintah Sudan, yang berkeliling kota dengan truk dan senapan mesin, dituding memainkan peran utama dalam kekerasan terhadap pengunjuk rasa pekan lalu,
"Kami mulai terbiasa hidup dengan senjata karena begitu banyak pasukan yang dilengkapi senjata mengunjungi restoran," tutur seorang warga ketika melihat sekelompok anggota RSF memasuki sebuah restoran.
Situasi normal
Sekarang situasi di Khartoum mulai kembali normal. Koresponden AFP yang berkeliling di wilayah ibu kota itu kemarin menyaksikan di sejumlah stasiun, armada bus terlihat menunggu penumpang. Sementara itu, pertokoan di beberapa distrik mulai beroperasi.
Adapun pasar emas utama di Khartoum masih tutup. Begitu juga dengan sebagian penduduk yang memilih tinggal di rumah mengingat pasukan keamanan masih bersiaga di penjuru ibu kota.
"Saya lebih baik tidak keluar rumah karena khawatir terhadap keberadaan pasukan keamanan yang membawa senjata di sejumlah jalan," tutur Samar Bashir, seorang pegawai perusahaan swasta.
Beberapa warga mengaku tetap bertahan di dalam rumah karena layanan internet belum sepenuhnya pulih sehingga menghambat pekerjaan mereka di kantor. (X-11)
MESIR meminta warganya untuk segera meninggalkan Sudan dan menahan diri untuk tidak melakukan perjalanan ke negara itu dalam keadaan apa pun.
Suara ledakan terdenar ketika tentara menargetkan pangkalan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat dengan artileri.
Kondisi perang yang berkepanjangan di Sudan telah berdampak terhadap persediaan makanan. PBB memperingatkan ancaman kelaparan parah.
SEDIKITNYA 16 warga sipil dilaporkan tewas dalam baku tembak antara tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) di Wilayah Darfur, Sudan.
PEMIMPIN de facto Sudan sekaligus panglima angkatan bersenjata Abdel Fattah al-Burhan mengumumkan gencatan senjata "sepihak" pada Selasa (27/6) yang merupakan hari pertama libur Idul Adha.
Militer sudan dan parammiliter Pasukan Pendukung Cepat mengabaikan seruan dunia untuk menghentikan perang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved